Liputan6.com, Jakarta - Daerah dekat Indonesian Hospital (Rumah Sakit Indonesia) di Jalur Gaza terkena serangan Israel. Berdasarkan laporan Al Jazeera, Kamis (9/11/2023), sejumlah ledakan terlihat di daerah dekat rumah sakit Indonesia di Gaza.
Sejumlah warga tampak berlarian ketika ledakan beruntun terjadi.Â
Baca Juga
Pada video lain yang beredar di media sosial, seorang saksi mata mencoba berlindung di dekat mobil dari serangan udara tersebut.Â
Advertisement
Belum diketahui korban luka dan korban jiwa dari serangan tersebut.
Ini bukan pertama kalinya Israel melakukan serangan di area fasilitas umum. Sebelumnya, Israel dituduh menyerang rumah sakit Al-Ahli, sekolah yang jadi tempat penampungan, serta ambulans.Â
Pada serangan rumah sakit yang menewaskan ratusan orang, Israel membantah sebagai pelakunya dan menuduh ledakan terjadi karena senjata militan di Gaza. Namun, mereka mengakui serangan ke ambulans yang mereka sebut digunakan oleh kelompok Hamas.Â
Terkini, Al Jazeera melaporkan bahwa Israel sudah setuju gencatan senjata, namun hanya empat jam sehari. Gencatan senjata itu dimaksudkan agar rakyat Gaza bisa melarikan diri ke sisi selatan Jalur Gaza, sebab perang berkecamuk di sisi utara.
WHO Waspadai Ancaman Penyebaran Penyakit di Gaza Akibat Kekurangan Air Bersih
Sebelumya dilaporkan WHO memperingatkan mengenai risiko penyakit yang berpotensi merajalela di Gaza, di tengah serangan Israel yang terus berlanjut di wilayah kantong tersebut.
"Ketika kematian dan cedera di Gaza terus meningkat akibat meningkatnya permusuhan, kepadatan penduduk yang berlebihan dan terganggunya sistem kesehatan, air, dan sanitasi menimbulkan bahaya tambahan: penyebaran penyakit menular yang cepat," tulis Organisasi Kesehatan Dunia di platform X seperti dikuti Anadolu Agency, Kamis (9/11).
Saat ini, warga Palestina di Gaza sangat berpotensi mengalami masalah pencernaan termasuk diare, lantaran minimnya kebersihan dan mengonsumsi air yang terkontaminasi.
"Situasi ini sangat memprihatinkan bagi hampir 1,5 juta pengungsi di Gaza, terutama mereka yang tinggal di tempat penampungan yang sangat padat dengan akses yang buruk terhadap fasilitas kebersihan dan air bersih, sehingga meningkatkan risiko penularan penyakit menular," kata WHO.Â
Badan tersebut mencatat lebih dari 33.000 kasus diare, lebih dari 54.800 kasus infeksi saluran pernapasan atas, dan ribuan kasus penyakit lainnya sejak pertengahan Oktober.
"Terganggunya kegiatan vaksinasi rutin, serta kurangnya obat-obatan untuk mengobati penyakit menular, semakin meningkatkan risiko percepatan penyebaran penyakit," sambung WHO.
Pihaknya juga mengatakan bahwa pencegahan infeksi dasar menjadi tidak mungkin dilakukan di fasilitas kesehatan di tengah pengepungan dan konflik.Â
"WHO menyerukan akses bantuan kemanusiaan yang mendesak dan dipercepat – termasuk bahan bakar, air, makanan, dan pasokan medis – ke dalam dan di seluruh Jalur Gaza," kata badan tersebut.
Lebih jauh, WHO juga menyerukan semua pihak yang bertikai untuk "mematuhi kewajiban mereka berdasarkan hukum kemanusiaan internasional untuk melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil, termasuk layanan kesehatan." Â
Advertisement
WHO Kutuk Serangan Terhadap 3 Fasilitas Rumah Sakit di Gaza
Sebelumnya, WHO telah mengutuk serangan Israel pada tanggal 3 November 2023 di dekat tiga fasilitas kesehatan di Kota Gaza dan Provinsi Gaza Utara. Ketiga rumah sakit yang dimaksud yakni Rumah Sakit Al-Shifa, Rumah Sakit Al-Quds, dan Rumah Sakit Indonesia. Demikian seperti dikutip dari kanal Health Liputan6.com.Â
Menurut laporan, ketika terjadi serangan di pintu masuk Rumah Sakit Al-Shifa, ambulans sedang mengevakuasi pasien yang terluka parah dan sakit ke rumah sakit di selatan Jalur Gaza.
Berdasarkan laporan awal, sedikitnya tiga belas orang tewas dan lebih dari 60 orang terluka akibat serangan terhadap rumah sakit di Gaza tersebut. Selain itu, infrastruktur rumah sakit dan satu ambulans mengalami kerusakan.
Serangan ini menambah kerusakan dari kejadian sebelumnya yang mengakibatkan kerusakan pada ambulans lain dalam konvoi yang sama.
Sementara itu, Rumah Sakit Al-Quds di Kota Gaza telah menutup sebagian besar operasionalnya setelah kehabisan bahan bakar dan bertahan di tangah pengeboman harian Israel di sekitar kompleks medis sejak Minggu 5 November.
Rumah sakit tersebut, yang terletak di lingkungan Tal al-Hawa dan dijalankan oleh Palestine Red Crescent Society (PRCS) atau Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan pihaknya terpaksa menghentikan sebagian besar layanan "untuk menjatah penggunaan bahan bakar dan memastikan tingkat layanan minimum dalam beberapa hari mendatang".