Liputan6.com, Paris - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa tidak ada pembenaran atas pengeboman Israel terhadap bayi, wanita, dan orang lanjut usia di Gaza.
Macron menyampaikan hal itu kepada BBC sehari setelah konferensi bantuan kemanusiaan di Paris mengenai perang Hamas Vs Israel sejak 7 Oktober. Dia menyerukan gencatan senjata, dengan mengatakan hal itu akan menguntungkan Israel.
Baca Juga
Kesimpulan yang jelas dari semua pemerintah dan lembaga pada pertemuan puncak pada Kamis, tegas Macron, adalah bahwa tidak ada solusi lain selain pertama jeda kemanusiaan yang dilanjutkan dengan melakukan gencatan senjata, yang akan memungkinkan perlindungan semua warga sipil.
Advertisement
"De facto – saat ini, warga sipil dibom. Bayi-bayi ini, wanita-wanita ini, orang-orang tua ini dibom dan dibunuh. Jadi, tidak ada alasan untuk itu dan tidak ada legitimasi. Kami mendesak Israel untuk berhenti," ujar Macron, seperti dilansir The Guardian, Sabtu (11/11/2023).
Pemimpin Prancis tersebut mengatakan bahwa pihaknya jelas mengutuk serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 240 orang.
"Kami turut merasakan penderitaan (Israel)," kata Macron, namun dia menambahkan tidak ada pembenaran atas pengeboman yang sedang berlangsung terhadap warga sipil di Gaza.
"Sangat penting bagi kita semua karena prinsip kita, karena kita adalah negara demokrasi. Penting juga bagi keamanan Israel sendiri dalam jangka menengah hingga jangka panjang, untuk menyadari bahwa semua nyawa berharga," tutur Macron.
Ketika ditanya apakah dia ingin para pemimpin lain – termasuk Amerika Serikat (AS) dan Inggris – ikut serta dalam seruannya untuk melakukan gencatan senjata, ia menjawab, "Saya harap mereka akan melakukannya."
Laporan The Guardian yang mengutip otoritas kesehatan Gaza menyebutkan bahwa hingga Jumat (10/11), 11.078 warga Palestina di Jalur Gaza tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober, termasuk di antaranya 4.506 anak-anak.
Respons Netanyahu atas Desakan Prancis
Pernyataan Macron direspons oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
"Sementara Israel melakukan segalanya untuk tidak menyakiti warga sipil dan menyerukan mereka untuk meninggalkan daerah pertempuran, Hamas-ISIS melakukan segalanya untuk mencegah mereka meninggalkan daerah aman dan menggunakan mereka sebagai tameng manusia," sebut pernyataan dari kantor Netanyahu.
"Hamas dengan kejam menyandera warga kami – perempuan, anak-anak dan orang tua – dalam kejahatan terhadap kemanusiaan dan menggunakan sekolah, masjid dan rumah sakit sebagai pusat komando teror."
Advertisement
WHO: Satu Anak Tewas dalam Setiap 10 Menit di Gaza
Pemimpin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali menggambarkan kengerian situasi di Gaza, mulai dari rumah sakit yang melakukan operasi tanpa anestesi hingga fakta bahwa seorang anak terbunuh setiap 10 menit.
"Tidak ada tempat dan tidak ada seorang pun yang aman," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada Dewan Keamanan PBB pada Jumat.
"Sistem kesehatan Gaza berada di ambang kehancuran."
Ghebreyesus mengatakan bahwa ada lebih dari 250 serangan terhadap pusat kesehatan di Gaza dan lebih dari 100 mitra PBB telah tewas.
"Setengah dari 36 rumah sakit di Gaza dan dua per tiga dari pusat layanan kesehatan primer tidak berfungsi," ujarnya.
"Mereka yang beroperasi jauh melampaui kapasitas mereka."