Liputan6.com, Jakarta Mohammad Deen Jagir adalah seorang pemuda Gujjar yang buta huruf dari desa Darakasi di Tangmarg. Pemuda biasa ini mendapat penghargaan Padma Shree karena bisa menggagalkan Operasi Gibraltar Pakistan pada tahun 1965.
Operasi Gibraltar adalah nama sandi operasi militer yang direncanakan dan dilaksanakan oleh Angkatan Darat Pakistan di wilayah Jammu dan Kashmir, pada Agustus 1965.
Strateginya mencakup infiltrasi rahasia terhadap sekitar 30.000 tentara gerilya yang terlatih dan bersenjata lengkap yang mampu menimbulkan pemberontakan.
Advertisement
Pada Agustus 1965, ada banyak pasukan Pakistan yang menyamar sebagai penduduk setempat menyusup ke lembah di kawasan tersebut.
Operasi ini kemudian terbongkar berkat Mohammad Deen Jagir. Suatu hari ia sedang pergi untuk memeriksa ternaknya di padang rumput Tosa Maidan, dikutip dari laman awazthevoice.in, Minggu (12/11/2023).
Tiba-tiba dalam perjalanan ia dicegat oleh sekelompok gerilyawan. Tujuan kelompok orang tersebut adalah memintanya untuk membelikan pheran (pakaian Kashmir) dan topi Kashmir untuk mereka.
Alih-alih pergi ke pasar di Tangmarg, Mohammad Deen Jagir malah mendatangi polisi dan memberi tahu mereka tentang para penyusup.
Saat mereka membangun markas di Gulmarg, Jagir menyampaikan informasi penting tentang pergerakan mereka kepada Polisi dan pasukan keamanan yang kemudian bertindak dan menggagalkan invasi.
Hal ini memicu perang yang berujung pada kekalahan dari Pakistan.
Menurut pensiunan Jenderal Pakistan Akhtar Hussain Malik, tujuan Operasi Gibraltar adalah untuk meredakan masalah Kashmir, melemahkan India dan membawa New Delhi ke meja perundingan.
Hal tersebut menjadi kacau karena perencana gagal karena keberadaan pria seperti Jagir di kawasan lembah tersebut.
Ajukan 2 Permintaan ke PM Indira Gandhi, Salah Satunya Pujaan Hati
Setelah perang yang terjadi antara India dan Pakistan berakhir, Ketua Menteri Ghulam Mohammad Sadiq merekomendasikan Jagir untuk mendapatkan Padma Shri – penghargaan sipil tertinggi keempat di India, atas pekerjaan sosialnya yang luar biasa.
Sebelumnya, penghargaan Padma dibentuk pada tahun 1954, Sonam Norbo (Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di tahun 1961), dari wilayah Ladakh menjadi penerima pertama penghargaan Padma dari Negara.
Pada tahun 1966, Jagir menjadi orang kedua dari J&K dan orang pertama dari Kashmir. Dia menuliskan sejarah dan berbagi kehormatan dengan ilmuwan, seniman, dan sastrawan terkenal seperti Prof Satish Dhawan dan Maqbool Fida Hussain.
Kala itu, Perdana Menteri Indira Gandhi bertanya kepada Jagir tentang dua keinginan utamanya yang akan dia penuhi sebagai pengakuan atas pengabdiannya kepada bangsa.
Jagir kemudian meminta sebuah Radio merek Philips dengan sistem dual band.
Kemudian PM Gandhi menanyakan apa keinginannya yang kedua?
Jagir menjawab: "Saya ingin menikahi putri seorang penduduk desa yang kaya bernama Reshma. Tetapi ayahnya menolak keinginan saya."
Advertisement
Impian Menikahi Wanita Idaman Terwujud
Permintaan Jagir sempat tertunda beberapa minggu. Namun, menurut warga Tehsildar. Ada instruksi dari perdana menterin hingga Sekretaris Utama dan Wakil Komisaris Baramulla yang mendekati orang tua Reshma dan berhasil memotivasi mereka untuk menjodohkan anaknya dengan penerima penghargaan Padma.
Reshma, menurut kerabat keluarga, adalah gadis tercantik di wilayah Tangmarg. Beberapa pejabat tinggi pemerintah dan politisi menghadiri pernikahan Jagir pada tahun 1966.
Jagir dan Reshma membesarkan keluarga mereka dan menjalani kehidupan bahagia hingga fase pemberontakan bersenjata saat ini meletus pada tahun 1989.
Pensiunan hakim Neelkant Ganjoo, yang menjatuhkan hukuman mati kepada pendiri JKLF Maqbool Bhat dalam kasus pembunuhan, adalah korban pertama dari pembunuhan tersebut.
Â
Mohammad Deen Jagir Tewas Tertembak
Dia ditembak mati di Jalan Raya Hari Singh di Srinagar ketika sedang berjalan keluar dari Pengadilan Tinggi Jammu dan Kashmir pada tanggal 4 November 1989.
Beberapa bulan kemudian Jagir ditembak mati di Tangmarg, diduga karena tindakannya mengungkapkan gerakan dan rencana para pelaku 'Operasi Gibraltar' kepada polisi pada tahun 1965.
Terlepas dari kasus pembunuhannya, Mohammad Deen Jagir berada di urutan teratas penerima penghargaan Padma Shree di Jammu dan Kashmir.
Advertisement