Sukses

Kehabisan Bahan Bakar, Rumah Sakit Al-Quds di Gaza Berhenti Beroperasi

Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan Rumah Sakit al-Quds, yang terbesar kedua di Gaza, menghentikan operasinya karena kekurangan bahan bakar.

Liputan6.com, Jakarta - Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan Rumah Sakit al-Quds, yang terbesar kedua di Gaza, menghentikan operasinya karena kekurangan bahan bakar.

Hal ini terjadi ketika pasukan Israel terus mengebom daerah kantong yang terkepung tersebut, dikutip dari laman Al Jazeera, Senin (13/11/2023).

“Rumah sakit dibiarkan mengurus dirinya sendiri di bawah pemboman Israel yang terus-menerus, menimbulkan risiko besar bagi staf medis, pasien, dan warga sipil yang kehilangan tempat tinggal,” kata PRCS dalam sebuah pernyataan pada Minggu (12/11).

Hal ini lantas meningkatkan ketakutan bagi warga Palestina yang mencari perawatan dan perlindungan di sana.

“Penghentian layanan ini disebabkan menipisnya ketersediaan bahan bakar dan pemadaman listrik. Staf medis melakukan segala upaya untuk memberikan perawatan kepada pasien dan korban luka, bahkan menggunakan metode medis yang tidak konvensional di tengah kondisi kemanusiaan yang mengerikan dan kekurangan pasokan medis, makanan, dan air,” kata PRCS.

Organisasi tersebut mengatakan, mereka meminta pertanggungjawaban komunitas internasional dan para penandatangan Konvensi Jenewa Keempat atas hancurnya sistem layanan kesehatan di Gaza dan krisis kemanusiaan yang mengerikan yang diakibatkannya.

Tommaso Della Longa, juru bicara Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, mengatakan Rumah Sakit al-Quds telah terputus dari dunia luar dalam enam hingga tujuh hari terakhir.

“Tidak ada jalan masuk, tidak ada jalan keluar,” kata juru bicara itu.

2 dari 3 halaman

Rumah Sakit al-Shifa Juga Ditutup

Rumah Sakit Al-Quds dan Rumah Sakit al-Shifa sekarang juga ditutup untuk pasien baru. Para staf mengatakan, pemboman Israel dan kurangnya bahan bakar dan obat-obatan menyebabkan mereka yang sudah dirawat bisa meninggal.

Rumah sakit di wilayah utara wilayah Palestina diblokade oleh pasukan Israel dan hampir tidak mampu merawat mereka yang berada di dalamnya, kata staf medis.

Semakin banyak orang yang terbunuh dan terluka setiap hari, namun semakin sedikit tempat yang bisa dituju oleh korban luka.

“Anak saya terluka dan tidak ada satu pun rumah sakit yang bisa saya bawa sehingga dia bisa mendapatkan jahitan,” kata Ahmed al-Kahlout, yang melarikan diri ke selatan sesuai dengan saran Israel karena khawatir tidak ada tempat yang aman di Gaza.

 

3 dari 3 halaman

Kondisi Bayi di Gaza

Seorang ahli bedah plastik di Rumah Sakit al-Shifa mengatakan, pemboman di gedung inkubator telah memaksa mereka untuk menjajarkan bayi prematur di tempat tidur biasa, menggunakan sedikit daya yang tersedia untuk menghangatkan AC.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf al-Qudra mengatakan tembakan Israel “meneror pejabat medis dan warga sipil”.

Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 11.000 orang di Gaza dalam lima minggu, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.