Liputan6.com, Jakarta - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menjadi salah satu dari sejumlah pemimpin dunia yang mendorong terjadinya gencatan senjata di tengah perang Hamas Vs Israel yang pecah sejak 7 Oktober 2023.
"Gencatan senjata harus segera dapat dilakukan. Alasan Israel bahwa ini adalah sebuah self-defence tidak dapat diterima. Ini merupakan sebuah collective punishment," demikian kata Jokowi di KTT Luar Biasa OKI, Sabtu (11/11/2023).
Baca Juga
Pernyataan Jokowi dan posisi Indonesia ini menjadi sorotan asing, terutama soal dorongan terwujudnya gencata senjata.
Advertisement
Kantor berita Reuters menulis: Indonesia bergabung dengan banyak negara dalam menyerukan gencatan senjata segera dan sudah mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
"Jokowi, menjadi pemimpin negara mayoritas Muslim terbesar di dunia yang terbang ke Riyadh untuk menghadiri pertemuan puncak internasional (KTT Luar Biasa OKI) terkait konflik di Gaza. Hasilnya akan dia sampaikan kepada Joe Biden," demikian disebut dalam artikel bertajuk Indonesia president will convey to Biden that "Hamas-Israel war should be stopped."
Sementara itu, media asing lainnya yang turut menyoroti desakan gencatan senjata adalah The Guardian.
"Gencatan senjata harus segera dilaksanakan, kita juga harus mempercepat dan meningkatkan jumlah bantuan kemanusiaan, dan kita harus memulai perundingan perdamaian,” kata Presiden Joko Widodo di KTT Luar Biasa OKI di Riyadh.
The Guardian mengutip pertanyaan Jokowi yang mengatakan dunia tampak "tidak berdaya" dalam menghadapi penderitaan rakyat Palestina.
Sorotan Media Asing Lainnya
Al Jazeera juga menyoroti kunjungan Jokowi ke Amerika Serikat untuk menghadiri KTT APEC dan bertemu dengan Joe Biden.
"Presiden Indonesia Joko Widodo berada di Amerika Serikat untuk menghadiri pertemuan puncak dengan Presiden Joe Biden di Gedung Putih, dan kemudian menghadiri pertemuan puncak Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) ke-30 di San Francisco, di tengah berlanjutnya perang Israel-Gaza."
"Kunjungan akan menyerukan gencatan senjata di Gaza," demikian ditulis Al Jazeera di artikel bertajuk Indonesian President Joko Widodo heads to US amid Gaza tensions.
Advertisement
Arab Saudi Tak Mau Gunakan Minyaknya Jadi Jalan Hentikan Perang di Gaza
Sementara itu, Arab Saudi tidak berniat menggunakan produksi minyaknya sebagai alat untuk mempengaruhi perang di Gaza.
Hal ini ditegaskan oleh Menteri Investasi Arab Saudi Khalid Al-Falih, dikutip dari laman newarab.com, Senin (13/11).
Berbicara di Forum Ekonomi Bloomberg Singapura, Al-Falih menyampaikan kepada Israel dan negara-negara Barat bahwa negaranya tidak berniat menggunakan minyak sebagai senjata untuk mendorong gencatan senjata di Gaza.
"Hal itu tidak dibahas saat ini. Arab Saudi sedang berusaha menemukan perdamaian melalui diskusi damai."
Desakan Stop Pasokan Minyak datang dari Iran
Pemimpin Iran dan Hizbullah Hassan Nasrallah telah mendesak negara-negara penghasil minyak untuk memberlakukan embargo minyak dan sanksi lainnya terhadap Israel sebagai tanggapan atas kampanye militer yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
Wilayah ini terkepung, di mana lebih dari 10.800 warga Palestina -- kebanyakan anak-anak, wanita dan orang tua -- berada di sana.
Ia juga mengatakan bahwa pembicaraan mengenai normalisasi Saudi dengan Israel masih dalam pertimbangan.
"Hal itu sudah didiskusikan. Hal ini masih dibahas dan jelas mengalami kemunduran selama sebulan terakhir dan telah memperjelas mengapa Arab Saudi begitu bersikeras bahwa resolusi konflik Palestina harus menjadi bagian dari normalisasi," katanya.
Advertisement