Sukses

Kisah Terkini Keluarga Terbesar di Dunia, 199 Orang Tinggal Satu Atap

Keluarga terbesar beranggotakan 199 orang di India tinggal di bawah satu atap rumah besar. Kini mereka hidup rukun, dengan beberapa memilih untuk tidak ikut berpoligami. Bahkan kini juga dibangun rumah baru.

Liputan6.com, New Delhi - Jika Anda pernah tertarik pada kisah keluarga Gen Halilintar dengan 11 anak, maka cerita di India ini mungkin akan membuat takjub.

Sebanyak 199 anggota keluarga tinggal di bawah satu atap dalam rumah yang begitu besar. Lokasi tepatnya berada di Desa Baktawng di negara bagian Mizoram, India timur laut.

Dilansir Oddity Central, Selasa (14/11/2023), keluarga yang diyakini terbesar di dunia ini harus saling berbagi tempat, fasilitas, maupun makanan dalam rumah yang sama.

Pu Ziona yang memegang gelar kepala keluarga terbesar di dunia, berpoligami dengan 38 istri.

Dari hasil pernikahannya, ia kini memiliki 89 anak, dan 36 cucu. Namun, Ziona telah meninggal dunia pada 2021 lalu saat menginjak usia 76 tahun. Ia mengalami komplikasi kesehatan akibat hipertensi dan diabetes.

Setelah kepergian Ziona, keluarga ini memilih untuk tetap tinggal dalam rumah besar milik pria tersebut yang dibangun di perbukitan Baktawng.

Beberapa anak-anak laki Ziona dikabarkan telah memiliki istri dengan beberapa dari mereka memiliki istri lebih dari satu. Kini, total anggota keluarga terbesar di dunia ini mencapai 199 orang.

Rutinitas keluarga tersebut adalah makan dua kali sehari di sebuah aula besar di dalam rumah. Uniknya, ketika waktu makan tiba, suasana di sana tak terlihat seperti ruang makan keluarga pada umumnya melainkan tampak seperti kantin yang sibuk dengan banyak pelanggan.

Tampak rukun, para anggota keluarga ini berbagi segalanya mulai dari beban kerja sehari-hari, makanan, hingga keuangan.

2 dari 4 halaman

Kondisi Keluarga Tersebut Saat Ini

Meskipun semua anggota keluarga ingin meneruskan 'nilai warisan' yang dianut oleh ayah mereka, Pu Ziona, tetapi beberapa dari mereka merasa tidak mampu untuk melakukannya.

"Saya bukan ayah saya! Dia dipilih oleh Tuhan, tapi kami hanyalah manusia biasa dan tidak bisa memiliki banyak istri," tutur Pak Record, salah satu putra bungsu Ziona mengatakan kepada The Straits Times baru-baru ini.

Tak hanya itu, beberapa anggota keluarga memilih untuk mengirim anak-anak mereka ke tempat-tempat di mana mereka bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik, membuka jalan bagi generasi mendatang untuk meraih kesuksesan dalam kehidupan mereka. 

Lalu seiring berjalannya waktu, kini sebuah rumah baru sedang dibangun di desa untuk menjadi hunian lain bagi keluarga ini.

Kebersamaan 199 anggota keluarga dalam satu atap rumah yang sama ini tinggal menunggu waktu berakhir, sampai rumah baru tersebut selesai dibangun.

3 dari 4 halaman

Kepala Keluarga Tersebut Dihormati Warga Setempat, Pemimpin Sekte

Sebelum meninggal dunia, Pu Ziona merupakan pemimpin salah satu sekte Kristen milenial yakni Chhuan Thar Kohhran atau Gereja Generasi Baru di negara bagian Mizoram. Selain itu, sekte yang dipimpin Ziona ini dikabarkan mendukung laki-laki untuk melakukan poligami.

Dengan kedudukannya yang sangat dihormati tersebut, ia dianggap oleh banyak orang sebagai nabi dan 'manusia pilihan Tuhan'.

Oleh karena itu, ketika Ziona memutuskan untuk berpoligami dengan banyak istri, ia hampir tidak menghadapi protes dari anggota komunitasnya atau bahkan keluarganya sendiri. 

Bahkan dikabarkan, keluarga setempat 'menyerahkan' putri mereka untuk dinikahi Ziona dengan senang hati.

Setelah dua tahun kematian Ziona pun, warisannya masih tetap terasa di komunitasnya. Hal ini dapat dilihat dengan gambar dan potret diri pria tersebut yang berupa lukisan masih menghiasi rumah keluarganya. Beberapa nilai yang dianutnya juga masih terus diwariskan kepada para keturunannya.

4 dari 4 halaman

Anggota Keluarga Saling Membantu

Bagaimana pun, mengurus keluarga beranggotakan 199 orang bukanlah hal yang mudah. Beruntungnya keluarga ini saling membantu dalam tugas sehari-hari yang mencakup pekerjaan di peternakan babi, pertanian, 4 bengkel pertukangan, hingga bengkel aluminium. Semua itu milik keluarga besar ini.

Salah satu tugas berat dalam keluarga ini adalah momen makan sebanyak dua kali dalam sehari. Hal ini karena melibatkan setidaknya 80 kg beras dan banyak bahan lainnya dalam kuali raksasa yang harus dibersihkan setelahnya.

Namun, mereka mengerjakannya secara bersama-sama sehingga meski ini merupakaan pekerjaan yang berat, tidak ada satupun yang mengeluh.

"Sebagai manusia, kami semua menghadapi kesulitan dan kesusahan, tetapi keluarga kami memiliki sisi positif karena kami adalah keluarga besar yang saling mendukung satu sama lain," kata salah satu menantu perempuan Pu Ziona. 

"Saat kami jatuh sakit, kami saling mendukung," tambahnya.

Dalam wawancara dengan The Straits Times, Nunparliana, putra sulung Ziona, mengakui bahwa warisan poligami mungkin akan hilang bersamanya, meski ia memiliki dua istri.

Namun, Nunparliana tetap berharap keluarga besar ini akan tetap bersatu untuk waktu yang lama. 

Kisah unik tak biasa ini dikabarkan berhasil menarik banyak wisatawan untuk datang ke desa terpencil Baktawng, tempat tinggal keluarga Ziona.