Sukses

Menkeu AS Umumkan Sanksi ke Pendukung Hamas

Amerika Serikat dan Inggris memberikan sanksi kepada orang-orang terkait Hamas.

Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat dan Inggris Raya kompak menerapkan sanksi terbaru terhadap kelompok Hamas. Sanksi ini akan berdampak kepada pihak-pihak yang terkait dengan Hamas, baik itu individu dan lembaga.

Tujuan sanksi tersebut adalah mencegah Hamas dan pendukungnya menyalahgunakan sistem keuangan.

"Amerika Serikat akan terus bekerja bersama mitra-mitra kami, termasuk UK, untuk mencegah kemampuan Hamas untuk mengumpulkan dan menggunakan uang untuk melakukan kekejiannya," ujar Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam rilis resmi situs Kementerian Keuangan AS, Selasa (14/11).

Janet Yellen berkata aksi-aksi Hamas telah memicu penderitaan. Ia menyebut ada pendanaan dari luar untuk Hamas.

"Bersama dengan mitra-mitra kami, kami secara tegas bergerak untuk menurunkan infrastruktur finansial Hamas, memotong mereka dari pendanaan luar, dan memblokir saluran-saluran pendanaan baru yang mereka cari untuk mendanai tindakan-tindakan keji mereka," kata Yellen.

Selain Hamas, Palestinian Islamic Jihad (PIJ) juga terdampak regulasi baru ini.

Pihak Kemenkeu AS turut menyorot perang Iran yang medukung Hamas melalui Korps Garda Revolusi Islam. Bantuan dari Korps tersebut disebut mencapai ratuan juta dollar untuk Hamas. Dananya digunakan untuk persenjataan dan latihan operasional.

Orang-orang atau institusi keuangan yang melakukan transaksi atau aktivitas tertentu dengan pihak yang disanksi bakal terancam sanksi. Namun, Amerika Serikatberjanji dana untuk kemanusiaan akan diizinkan.

"Kemenkeu tetap berkomitmen untuk mengizinkan aliran bantuan kemausiaan yang sah untuk mendukung keperluan manusia yang mendasar bagi populasi rentan, sembari terus mencegah pemberian sumber daya kepada teroris dan aktor-aktor berbahaya lain," ujar pihak Kemenkeu AS.

2 dari 4 halaman

Hamas Jawab Tuduhan Israel Soal Penolakan Bahan Bakar untuk Rumah Sakit al-Shifa di Gaza

 Hamas membantah laporan yang menyebutkan bahwa mereka menolak 300 liter bahan bakar dari Israel yang dimaksudkan untuk operasional medis di Rumah Sakit al-Shifa di Gaza.

"Tawaran tersebut meremehkan rasa sakit dan penderitaan pasien yang terjebak di dalam tanpa air, makanan atau listrik. Jumlah tersebut tidak cukup untuk mengoperasikan generator rumah sakit selama lebih dari 30 menit," ungkap pernyataan Hamas, seperti dilansir Reuters, Selasa (14/11/2023). 

Menurut juru bicara otoritas kesehatan Gaza Ashraf al-Qidra, Rumah Sakit al-Shifa membutuhkan 8.000-10.000 liter bahan bakar sehari, yang harus disalurkan oleh Palang Merah atau badan bantuan internasional.

Dalam pernyataannya, Hamas kembali menegaskan bahwa pihaknya tidak terkait dengan manajemen al-Shifa, yang merupakan rumah sakit terbesar di Jalur Gaza.

"Hamas bukan bagian dari struktur pengambilan keputusan. (Rumah sakit) sepenuhnya tunduk pada otoritas kesehatan Palestina," ujar kelompok itu.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Minggu (12/11) mengklaim bahwa Israel telah menawarkan bahan bakar ke Rumah Sakit al-Shifa di Gaza, yang berhenti beroperasi setelah kehabisan bahan bakar, namun Hamas menolaknya.

 

3 dari 4 halaman

Tuduhan Netanyahu

Netanyahu ditanya oleh NBC News apakah tuduhan Israel bahwa Hamas memiliki pos komando di bawah tanah rumah sakit dapat dijadikan pembenaran atas bahaya orang-orang yang berada di al-Shifa dan dia menjawab, "Sebaliknya, kami tadi malam malah menawarkan mereka bahan bakar yang cukup untuk mengoperasikan rumah sakit, inkubator, dan sebagainya karena kami sama sekali tidak berperang dengan pasien atau warga sipil."

Militer Israel juga mengatakan siap mengevakuasi bayi-bayi dari al-Shifa. Hingga berita ini diturunkan, update The Guardian menyebutkan bahwa pasukan Israel masih mengepung al-Shifa dengan ratusan orang terjebak di dalam rumah sakit.

Kepala departemen pediatrik di Rumah Sakit al-Shifa Mohamed Tabasha, dalam wawancara telepon dengan Reuters pada Senin (13/11) mengonfirmasi bahwa tiga bayi telah meninggal akibat terputusnya akses ke peralatan penyelamat jiwa.

Netanyahu ditanya kembali apakah Israel memiliki rencana untuk memasukkan bahan bakar ke Gaza untuk memungkinkan rumah sakit kembali beroperasi dan dia mengatakan, "Kami baru saja menawarkan bahan bakar kepada Rumah Sakit al-Shifa, mereka menolaknya."

"Hamas, (yang) bersembunyi di rumah sakit -rumah sakit … tidak menginginkan bahan bakar untuk rumah sakit … Mereka ingin mendapatkan bahan bakar yang akan mereka bawa dari rumah sakit ke terowongan mereka, ke mesin perang mereka."

4 dari 4 halaman

AS Lontarkan Tuduhan Serupa

Tuduhan bahwa Hamas memiliki pusat komando di bawah Rumah Sakit al-Shifa digemakan oleh Amerika Serikat (AS).

"Anda dapat melihat bahkan dari laporan sumber terbuka bahwa Hamas menggunakan rumah sakit dan banyak fasilitas sipil lainnya untuk komando dan kontrol, untuk menyimpan senjata, untuk menampung para pejuangnya," kata Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan di program CNN "State of the Union".

"Tanpa membahas rumah sakit khusus ini atau klaim khusus tersebut, ini adalah rekam jejak Hamas, baik secara historis maupun dalam konflik ini."

Israel bersikeras bahwa tindakan militer di sekitar rumah sakit dibenarkan, meskipun ada kritik dari PBB dan organisasi internasional lainnya. Israel mengumumkan telah menciptakan koridor evakuasi dan "memaksa" evakuasi warga sipil ke selatan Gaza.