Liputan6.com, Gaza - Juru bicara otoritas kesehatan di Gaza Ashraf al-Qudra mengonfirmasi 12 orang tewas dalam serangan Israel ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara pada Senin (20/11/2023).
"Kami khawatir pasukan Israel akan mengulangi apa yang mereka lakukan di RS Al-Shifa," ujar al-Qudra, seperti dilansir Al Jazeera.
Baca Juga
Al-Qudra menambahkan bahwa situasinya sangat buruk dan pasukan Israel semakin mengintensifkan serangan mereka.
Advertisement
"Staf medis di RS Indonesia bersikeras akan tetap tinggal untuk merawat korban luka. Ada sekitar 700 orang, termasuk staf medis dan orang yang terluka, di dalam rumah sakit," kata al-Qudra.
Dikutip dari The Guardian yang melansir AFP, militer Israel mengakui bahwa pihaknya memperluas operasinya di Jalur Gaza.
Israel memperingatkan pengungsi di kamp pengungsi terbesar di Gaza, Jabalia, dan kamp terdekat untuk mengungsi kembali. Otoritas kesehatan Jalur Gaza mengatakan bahwa lebih dari 80 orang tewas dalam dua serangan di Jabalia pada Sabtu (18/11), termasuk di sekolah PBB yang menjadi pusat penampungan.
Militer Israel mengklaim bahwa Jabalia adalah salah satu wilayah yang menjadi fokus pasukan menargetkan teroris dan menyerang infrastruktur Hamas.
Kepala HAM PBB Volker Turk pada Minggu (19/11) mengutuk serangan terhadap sekolah PBB sebagai tindakan mengerikan.
"Peristiwa mengerikan dalam 48 jam terakhir di Gaza tidak dapat dipercaya," tuturnya seperti dilansir The Guardian.
Â
Gencatan Senjata Segera
Para menteri negara-negara Arab dan muslim pada Senin menyerukan gencatan senjata segera di Gaza, ketika mereka mengunjungi Beijing, China, sebagai bagian dari upaya mendorong diakhirinya permusuhan dan mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza.
Reuters melaporkan bahwa delegasi negara-negara Arab dan muslim, yang akan bertemu dengan para pejabat yang mewakili anggota tetap Dewan Keamanan PBB, memberikan tekanan kepada negara-negara Barat untuk menolak pembenaran Israel atas tindakannya terhadap warga Palestina sebagai bentuk pembelaan diri.
Adapun para pejabat yang mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi pada Senin antara lain berasal dari Arab Saudi, Yordania, Mesir, Indonesia, Palestina, dan Organisasi Kerja Sama Islam.
KTT gabungan Islam-Arab yang luar biasa di Riyadh, Arab Saudi, bulan ini juga mendesak Mahkamah Pidana Internasional (ICC) menyelidiki kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan Israel di wilayah Palestina.
Arab Saudi disebut berupaya menekan Amerika Serikat (AS) dan Israel agar mengakhiri permusuhan di Gaza, alasan di balik Putra Mahkota Mohammed bin Salman yang merupakan penguasa de facto Arab Saudi, mengumpulkan para pemimpin Arab dan muslim untuk memperkuat pesan tersebut.
Advertisement
31 Bayi Prematur Diupayakan Dapat Dievakuasi ke Mesir
Kementerian Kesehatan Palestina yang berkedudukan di Ramallah pada Minggu mengumumkan bahwa setidaknya 13.000 warga Palestina di Gaza terbunuh dan 30.000 lainnya terluka akibat serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober. Sementara itu, hampir 884.000 pengungsi internal berlindung di 154 instalasi di Gaza yang dikelola oleh Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
Dalam perkembangan lainnya, WHO mengonfirmasi bahwa petugas medis Palestina berhasil mengevakuasi 31 bayi prematur dari RS Al-Shifa di Kota Gaza dan membawa mereka ke sebuah rumah sakit di Gaza selatan untuk pemeriksaan dan perawatan.
Para dokter dilaporkan menemukan fakta bahwa semua bayi tersebut berjuang melawan infeksi serius karena kurangnya pasokan medis dan ketidakmungkinan melanjutkan tindakan pengendalian infeksi di RS Al-Shifa.
"Persiapan sedang dilakukan agar bayi-bayi tersebut dapat memasuki Mesir," kata Direktur Jenderal Rumah Sakit di Gaza Mohammed Zaqut.