Liputan6.com, Jakarta - Dr. Henry Hidayatullah, dari Presidium Lembaga Kemanusiaan MER-C, mengungkap keadaan memprihatinkan Rumah Sakit Indonesia yang terletak di Beit Lahiya, Gaza Utara.
Rumah sakit ini telah beberapa kali menjadi target serangan Israel, terutama dalam 5 hari terakhir, mengalami pengeboman dan penembakan yang mengkhawatirkan.
Baca Juga
"RS Indonesia memang berdiri di tanah yang namanya Beit Lahiya. Posisinya terletak di Gaza Utara. Pada saat ini rumah sakit dalam kondisi yang sangat sangat memprihatinkan setelah beberapa kali menjadi target di sekitar rumah sakit dan dalam 5 hari terakhir atau persisnya dalam 3 hari terakhir, benar-benar menjadi target pusat pengeboman dan penembakan-penembakan," ujar Henry kepada Liputan6.com dalam acara Liputan6 Update pada 22 November 2023.
Advertisement
Dan ini buat kami, sambungnya, yang menginisiasi rumah sakit ini menjadi sangat sangat murka terhadap apa yang terjadi di sana. "Dan tentunya, hal yang sama juga dirasakan oleh masyarakat Indonesia sebagai donatur Rumah Sakit Indonesia," lanjutnya.
Kondisi semakin meresahkan karena kehilangan kontak dengan 3 relawan MER-C dalam 10 hari terakhir. Komunikasi singkat yang terjalin pun segera terputus, menyulitkan perolehan informasi terkini.
"Dalam 10 hari terakhir kita lost contact dengan mereka (3 relawan MER-C yang hilang kabar), namun ada beberapa kesempatan kawan kita sempat melakukan komunikasi namun dalam 3-4 kata kemudian lost contact terjadi. Sehingga kami tidak bisa mendapatkan informasi yang lengkap," ungkapnya.
Peperangan Lumpuhkan Kegiatan Rumah Sakit
Dr. Henry Hidayatullah, dari Presidium Lembaga Kemanusiaan MER-C mengatakan, diperkirakan hampir 5.000 pengungsi telah berada di rumah sakit tersebut, sementara jumlah tenaga medis yang tersedia sulit dipastikan karena sebagian telah menjadi korban. Sejauh ini, sekitar 200 tenaga medis dan 200 masyarakat sipil telah menjadi korban, membuat Rumah Sakit Indonesia satu-satunya tempat perlindungan bagi mereka.
"... Praktis dengan kondisi peperangan kemarin bisa dipastikan kondisinya sangat lumpuh. Kita lihat bagaimana kerusakan yang begitu masif di banyak ruangan di rumah sakit Indonesia. Dan terlebih ini mengenai, daripada tenaga medis dan juga para korban," jelas Henry.
"Informasi terakhir bahwa 200 korban pasien sudah dievakuasi ke arah Khan Younis ke Gaza Selatan. Dan kemudian dilanjutkan pada (Rabu) pagi ini, dilanjutkan untuk mengevakuasi sisanya ke arah Khan Younis di Gaza Selatan,” sambungnya.
Dr. Henry Hidayatullah menegaskan bahwa situasi peperangan telah melumpuhkan kegiatan di rumah sakit tersebut. Kerusakan yang begitu besar terjadi, terutama pada fasilitas medis dan jumlah korban.
Advertisement
Pasien Dievakuasi ke Gaza Utara
Evakuasi 200 pasien ke Khan Younis, Gaza Selatan, telah dilakukan. Rencananya, sisanya akan dievakuasi ke arah yang sama. Namun, situasi penuh dengan pasien dan kerusakan yang masif di fasilitas kesehatan menjadi keprihatinan utama.
Dr. Henry Hidayatullah juga mengatakan bahwa evakuasi ini membuat kondisi semakin memprihatinkan. "Ini bisa kita bayangkan dengan sentral-sentral pelayanan kesehatan yang sudah penuh pasien, ditambah lagi dari RS yang notabene jumlahnya juga besar."
Terkait rencana evakuasi lanjutan dari RS Indonesia, mengingat jumlah korban terus bertambah.
"Evakuasi dilakukan, penambahan pagi ini direncanakan waktu Gaza oleh ICRC di mana sisanya kurang lebih 400 pasien-pasien yang dipindah ke rumah sakit An-Nasr di Khan Younis di Gaza Selatan. Mudah-mudahan ini bisa berlangsung dengan baik sehingga tidak jatuh korban ke arah yang lebih banyak lagi. Bahwa Rumah Sakit Indonesia tidak bisa beroperasi tidak lain dan tidak bukan dalam rangka menyelamatkan pasien-pasien yang ada adalah dengan mengevakuasi pasien-pasien ke rumah sakit yang lebih layak," tutur Henry.
Pada kesempatan itu, Dr. Hidayatullah mengatakan bantuan telah dicoba disalurkan namun upaya tersebut belum memberikan hasil yang memadai.
"Adapun bantuan yang sampai, beberapa kali diperlukan upaya tapi belum terjadi. Informasi gencatan senjata diharapkan bisa terjadi semoga kemanusiaan para korban bisa diselamatkan."
"Tentunya ini jadi awal dari mereka bisa survive dalam kehidupan ke depan," tegas dia.
Dr. Hidayatullah mengatakan, "harapan akan gencatan senjata menjadi kunci utama untuk menyelamatkan korban dan masyarakat. Sehingga para korban benar-benar bisa ditolong".
Perihal kabar bahwa bantuan dari Indonesia tertahan, "menurut informasi yang kami dapatkan 10 hari yang lalu sudah ada yang masuk, namun persisnya bantuan di mana belum bisa dipastikan," jelas Dr. Henry Hidayatullah.
Gencatan Senjata Jadi Langkah Selamatkan Manusia
Dalam tragedi kemanusiaan ini, Dr. Hidayatullah memandang pentingnya terus melakukan upaya diplomasi. Namun, dia juga menyoroti adanya standar ganda dari Amerika terhadap kasus di Gaza, berharap agar kesadaran akan kemanusiaan dapat mempengaruhi keputusan Joe Biden dan aliansinya.
Mer-C kabarnya melayangkan surat untuk Presiden AS Joe Biden, mendesak agar gencatan senjata segera dilaksanakan. Meski diketahui AS menjadi sekutu kuat Israel.
"Jadi segala upaya yang kita lakukan dari mulai doa, dalam bantuan, menyalurkan bantuan, kemudian melakukan diplomasi-diplomasi itu harus terus dilakukan. Bahwa kemudian ada hasil yang kurang optimal harus terus dan terus dilakukan. Problematikannya adalah adanya dualisme atau standar ganda daripada Amerika terhadap kasus ini dan aliansinya terhadap kasus yang terjadi di Gaza," terang Henry.
"Tentunya hal ini tidak bisa diterima, namun karena pengakuan dunia terhadap Amerika, yang mana Amerika menjadi aliansi Israel, kita harapkan dengan surat itu paling tidak mencoba menyentuh daripada nurani kemanusiaan dari Joe Biden dan kawan-kawannya. Terlepas itu berhasil atau tidak, upaya apapun harus terus kita lakukan,” tutupnya.
Dalam pandangannya, upaya gencatan senjata adalah langkah menyelamatkan manusia.
Adapun dalam 2 hari kemarin Israel mengepung dan membombardir RS Indonesia, telah memakan korban jiwa 13 orang dan 400 orang terluka -- 200 di antaranya tenaga medis terluka.
Advertisement