Sukses

Rusia Dorong Solusi Dua Negara untuk Akhiri Perang Israel Vs Hamas, Dubes Lyudmila: Warga Gaza Menderita

Dubes Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengakui bahwa semakin hari, kondisi masyarakat Gaza semakin memprihatinkan.

Liputan6.com, Jakarta - Rusia kembali menegaskan posisinya terkait perang Israel Vs Hamas, menyebut pihaknya mendorong two-state-solution atau solusi dua negara dalam menyelesaikan konflik yang tengah berlangsung di Timur Tengah itu. Hal ini disampaikan langsung oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva, Rabu (22/11/2023).

"Pernyataan Presiden (Putin) sangat jelas. Kami melihat satu-satunya solusi adalah two-state-solution. Prinsip ini tertuang dalam resolusi Dewan Keamanan PBB yang tidak pernah benar-benar diimplementasikan," ujar Lyudmila dalam pernyataan pers hari ini.

Ia turut mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh para pemimpin dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), termasuk Indonesia, dalam mendorong gencatan senjata oleh Israel demi meredakan isu kemanusiaan yang dialami masyarakat sipil di Gaza.

"Kami mengapresiasi seluruh upaya yang dilakukan anggota OKI, mereka melakukan KTT di Riyadh dan mereka telah menyatakan pentingnya gencatan senjata untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk rakyat Gaza," tuturnya.

"Dan posisi itu sama dengan posisi Rusia. Kami siap untuk berkoordinasi erat dengan mitra negara Arab dan negara Islam untuk menurunkan eskalasi di wilayah konflik," sambungnya lagi.

Dubes Lyudmila mengakui bahwa semakin hari, kondisi masyarakat Gaza semakin memprihatinkan. Terlebih, dengan banyaknya korban yang setiap hari berjatuhan.

"Kita lihat situasi di Gaza semakin memburuk setiap hari. Kejadian tragis ini sudah memakan lebih dari seribu korban jiwa di pihak Israel dan lebih dari 11 ribu jiwa rakyat Palestina. Mayoritas dari mereka hanya rakyat biasa, termasuk perempuan dan anak-anak. Tentu saja ini bencana kemanusiaan," tegasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bantuan Rusia untuk Warga Gaza

Menegaskan kepeduliannya terhadap warga Gaza, Lyudmila turut menyampaikan bantuan kemanusiaan yang dikirimkan oleh Rusia ke sana.

"Kami berpartisipasi secara aktif dalam upaya bantuan kemanusiaan, dengan tujuan membantu masyarakat sipil yang menderita," katanya.

Ia menyebut bahwa pada 10 November lalu, Rusia telah mengirimkan dua pesawat berisi bantuan kemanusiaan yang diperuntukkan bagi masyarakat Gaza. Bantuan tersebut dikirim melalui Mesir.

"Kami sudah mengirimkan lebih dari 40 ton bantuan kemanusiaan yang diberikan lewat Mesir," sambungnya.

Sementara itu, sama halnya seperti Indonesia, Rusia juga telah melakukan evakuasi terhadap ratusan warganya dari Gaza dan sudah kembali ke Moskow.

3 dari 4 halaman

Rencana Penarikan Duta Besar

Sementara itu, Lyudmila mengakui belum mengetahui adanya rencana penarikan duta besar Rusia dari Israel. Menurutnya, langkah tersebut tidak memiliki dampak signifikan dalam mengatasi konflik ini.

"Jika kita menarik duta besar, bagaimana itu bisa membantu menyelesaikan situasi di Palestina?" ungkapnya.

Ia mengatakan langkah tersebut belum direncanakan lantaran masih ada sejumlah warga Rusia yang berada di sana.

"Kami perlu mengawasi situasi di sana. Dengan adanya kedutaan dan duta besar di sana, itu akan membantu warga negara kami juga," lanjutnya.

"Saya juga tidak melihat adanya dampak konkret dari langkah tersebut. Itu hanya seperti langkah dalam public relations (PR)."

4 dari 4 halaman

Salahkan AS

Sebelumnya, Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya berkata bencana kemanusiaan di Jalur Gaza telah melewati "imajinasi terburuk". Rusia menyalahkan AS atas konflik yang terjadi, sebab AS dianggap melakukan sabotase terhadap solusi di kawasan.

Nebenzya berkata konflik ini sudah lama diperingatkan sebelum akhirnya meledak.

"Kami bersama banyak lainnya selama beberapa tahun telah mengingatkan bahwa situasinya hampir meledak dan ledakannya terjadi," ujar Nebenzya.

Lebih lanjut, Dubes Rusia turut meminta agar kedaulatan Palestina segera diakui.

"Setelah ini harus ada pendirian dari Negara Palestina yang berdaulat, di dalam perbatasan 1967, dengan Yerusalem Utara sebagai ibu kotanya, bersandingan dengan damai dan aman bersama Israel," tegasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini