Liputan6.com, Helsinki - Finlandia mengatakan pada Selasa (28/11/2023), mereka akan menutup perbatasan terakhirnya dengan Rusia di tengah kekhawatiran Moskow menggunakan migran sebagai bagian dari perang hibrida untuk mengganggu stabilitas negara Nordik tersebut setelah bergabung dengan NATO.
Sepanjang bulan ini, Finlandia telah menutup tujuh dari delapan pos pemeriksaan di perbatasannya dengan Rusia sepanjang 1.340 kilometer, menyusul lonjakan kedatangan migran dari Timur Tengah dan Afrika. Helsinki menuduh Moskow menggiring mereka menuju perbatasan – melalui hutan lebat di selatan hingga lanskap Arktik yang terjal di utara.
Baca Juga
"Pemerintah telah memutuskan untuk menutup semua titik persimpangan di seluruh perbatasan timur," ujar Perdana Menteri Petteri Orpo seperti dilansir AP, Rabu (29/11), seraya mengatakan Finlandia menghadapi situasi luar biasa yang disebabkan Moskow.
Advertisement
"Finlandia punya alasan kuat untuk mencurigai masuknya (migran) diatur oleh negara asing. Ini berkaitan dengan operasi pengaruh Rusia dan kami tidak akan menerimanya. Kami tidak menerima upaya apa pun untuk melemahkan keamanan nasional kami. Rusia telah menyebabkan situasi ini dan juga dapat menghentikannya."
Orpo dalam pernyataan terpisah bahwa Rusia menggiring migran ke perbatasan dalam kondisi musim dingin yang keras.
"Finlandia bertekad mengakhiri fenomena ini," tegasnya.
Penutupan total yang diumumkan pada Selasa, kata pemerintah Finlandia, akan berlangsung setidaknya selama dua minggu. Setelah itu, satu titik penyeberangan dapat dibuka kembali.
Rusia Bantah Tuduhan Finlandia
Kremlin membantah mendorong migran memasuki Finlandia dan menyesalkan penutupan perbatasan Finlandia. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pekan lalu berpendapat bahwa Helsinki seharusnya mencoba menemukan solusi yang dapat diterima bersama atau menerima penjelasan.
Pihak berwenang Finlandia mengatakan sekitar 1.000 migran tanpa visa atau dokumen yang sah telah tiba sejak Agustus di perbatasan yang biasanya dikontrol ketat, yang merupakan bagian penting dari sisi timur laut NATO, dan bertindak sebagai perbatasan eksternal Uni Eropa di utara.
Pihak berwenang Finlandia menuturkan, dari jumlah itu, sekitar 900 orang datang ke perbatasan Finlandia dengan Rusia pada bulan ini - peningkatan yang tidak biasa bagi negara berpenduduk 5,6 juta jiwa tersebut. Para pencari suaka dilaporkan berasal dari negara-negara seperti Eritrea, Ethiopia, Irak, Pakistan, Somalia, Suriah dan Yaman.
Data dan foto penjaga perbatasan menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka adalah laki-laki muda berusia 20-an dan 30-an, namun beberapa di antaranya adalah keluarga dengan anak-anak dan perempuan. Banyak dari mereka yang mengenakan sepatu kets dan perlengkapan outdoor ringan. Hampir semuanya tiba di zona perbatasan dengan sepeda yang menurut laporan media Finlandia dan Rusia disediakan dan dijual kepada mereka.
Gubernur Murmansk, wilayah utara Rusia, pekan lalu mengatakan setidaknya ada 400 orang yang menunggu untuk memasuki Finlandia melalui perbatasan sisi Rusia dan jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat karena Helsinki menutup titik penyeberangannya sedikit demi sedikit.
Advertisement
Telah Diperkirakan Sebelumnya
Dua tahun lalu, Uni Eropa menuduh sekutu Rusia, Belarus, menggunakan migran yang mencari kehidupan yang lebih baik di Eropa sebagai pion untuk mengganggu stabilitas demokrasi Barat. Para pemimpin Eropa menyebutnya sebagai bentuk perang hibrida yang dilakukan Moskow, bersamaan dengan disinformasi, campur tangan pemilu, dan serangan dunia maya.
Menteri Luar Negeri Finlandia Elina Valtonen menggunakan istilah yang sama dalam wawancara pada 22 November. Dia mengatakan tidak ada keraguan bahwa Rusia memanfaatkan migran sebagai bagian dari perang hibrida.
Sebelum bergabung dengan NATO tahun ini, sebuah keputusan yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina, para pejabat Finlandia memperingatkan bahwa Rusia dapat mencari cara untuk mengacaukan stabilitas negaranya sebagai pembalasan, termasuk serangan dunia maya dan mengirim migran ke perbatasannya – sesuatu yang terjadi di Finlandia selama musim dingin tahun 2015-2016.
"Kami memiliki bukti yang menunjukkan bahwa tidak seperti sebelumnya, tidak hanya otoritas perbatasan Rusia yang membiarkan orang-orang tanpa dokumentasi yang tepat memasuki perbatasan Finlandia, namun mereka juga secara aktif membantu mereka memasuki zona perbatasan," kata Valtonen.
Beberapa analis politik Barat meyakini pula bahwa motif Rusia adalah menciptakan kekacauan di perbatasan luar Uni Eropa.
Menteri Dalam Negeri Mari Rantanen mengatakan perlintasan perbatasan terakhir untuk lalu lintas kendaraan yang masih dibuka, Raja-Jooseppi, akan ditutup pada Rabu tengah malam dan tetap ditutup hingga 13 Desember. Perlintasan kereta api antara kedua negara tetap dibuka, namun hanya untuk lalu lintas kargo.