Liputan6.com, Gaza - Danielle Aloni dan putrinya Emilia, 5, disandera oleh Hamas selama 49 hari di Gaza yang terkepung.
Pada 24 November 2023, ibu dan anak perempuan Israel tersebut dibebaskan sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata sementara antara Hamas dan Israel. Keduanya dipertemukan kembali dengan kerabat mereka.
Baca Juga
Sebelum mereka meninggalkan Gaza, Danielle Aloni menulis thank you letter atau surat ucapan terima kasih kepada Hamas yang berbunyi, "Aku berterima kasih dari lubuk hati yang terdalam atas rasa kemanusiaan luar biasa yang Anda tunjukkan terhadap putriku, Emilia."
Advertisement
Brigade Qassam, yang merupakan sayap bersenjata Hamas, membagikan surat tersebut di akun Telegram resminya pada pukul 16.49 GMT tertanggal 27 November 2023.
Surat itu, seperti dikutip dari TRT World, Rabu (29/11/2023), awalnya ditulis dalam bahasa Ibrani dan disertai terjemahan bahasa Arab, bersama dengan foto ibu dan putrinya yang warga Israel.
"Dia (Emilia) mengakui bahwa Anda semua adalah temannya, bukan hanya teman, tapi benar-benar dicintai dan baik," kata Nyonya Danielle Aloni dalam surat tulisan tangannya yang berbahasa Ibrani.
Aloni mengakui perawatan baik yang diberikan kepada para sandera di Gaza dan menulis: "Terima kasih atas waktu yang Anda habiskan sebagai perawat."
Dia lebih lanjut menyatakan putrinya tidak hanya terikat dengan Hamas tetapi juga merasa seperti seorang ratu.
"Anak-anak seharusnya tidak disandera, namun terima kasih kepada Anda dan orang-orang baik lainnya yang kami temui selama ini, putriku merasa seperti seorang ratu di Gaza," kata Aloni.
Selalu Ingat Perbuatan Baik Hamas
Danielle Aloni mengatakan bahwa dalam perjalanan panjang yang kami lalui, kami belum pernah bertemu dengan orang yang tidak baik padanya. "Anda telah memperlakukannya dengan baik dan penuh kasih sayang," ucapnya.
Aloni mengakhiri suratnya dengan belas kasih kepada Hamas, dengan menyatakan: "Aku akan mengingat perilaku baik Anda yang ditunjukkan meskipun dalam situasi sulit yang Anda hadapi dan kerugian besar yang Anda derita di sini di Gaza."
"Aku berharap di dunia ini kita benar-benar bisa menjadi teman baik," tulisnya dan menambahkan ucapan selamatnya kepada warga Gaza. "Aku berharap Anda semua sehat dan sejahtera… kesehatan dan cinta untuk Anda dan anak-anak keluarga Anda."
Danielle dan Emilia Aloni termasuk di antara 24 sandera Israel yang dibebaskan oleh Hamas pada 24 November. Mereka mengunjungi saudara perempuan Danielle dan keluarganya di Kibbutz Nir Oz di Israel selatan sebelum disandera.
Advertisement
Kisah Bahagia Ibu di Thailand, Anak dan Calon Menantu Dibebaskan Hamas
Kisah bahagia sekaligus mengharukan kembali datang dari keluarga yang sempat kehilangan salah satu anggota mereka karena disandera oleh Hamas.
Kali ini, kisah tersebut datang dari Thailand.
Ibu dari Natthawaree Mulkan, salah satu sandera Hamas, merasa bahagia dan sontak berdansa dengan cucunya yang masih berusia delapan tahun di rumah mereka di wilayah timur laut Thailand, usai mengetahui putrinya telah bebas.
"Saya sangat gembira. Saya keluar dan menari," kata Bunyarin Srijan (56), seperti dikutip CNA, Senin (27/11/2023).
Natthawaree, ibu dua anak, merupakan salah satu dari 10 sandera asal Thailand dalam gencatan senjata pertama selama perang Israel Vs Hamas yang sudah berlangsung selama tujuh pekan sejak 7 Oktober. Dia adalah satu-satunya wanita asal Thailand yang diculik.
Bunyarin mengaku kehilangan kontak dengan putrinya sejak serangan itu dan memutuskan untuk tidak mengikuti perkembangan berita, karena khawatir nasib buruk akan menimpa putrinya.
"Selama masa putus asa itu, saya tidak menonton berita selama setengah bulan," ungkap Bunyarin.
"Saya takut melihat putri saya terbaring mati."
Kabar bebasnya Natthawaree telah dikonfirmasi usai dirinya terlihat dalam foto yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Thailand, dengan tersenyum dan mengepalkan tangannya.
Bunyarin mengatakan putrinya berencana menikah dengan pacarnya, Boonthom Phankhong, yang juga diculik oleh Hamas dan dibebaskan pada hari Jumat (24/11).
"Setelah dia kembali, saya akan membawanya ke kuil untuk menjalankan ritual keagamaan," tuturnya sambil menyeka air matanya.
Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin mengatakan pada Sabtu (28/11) bahwa pemerintahnya masih berusaha untuk membebaskan 20 warga Thailand yang masih disandera.
Sekitar 30.000 pekerja asal Thailand, sebagian besar berasal dari wilayah timur laut negara itu, bekerja di sektor pertanian Israel dan menjadi salah satu kelompok pekerja migran terbesar di negara tersebut.
Cerita Nenek Israel Berusia 85 Tahun Ditahan 17 Hari oleh Kelompok Hamas
Seorang nenek asal Israel berusia 85 tahun menggambarkan penderitaan yang dialaminya selama 17 hari sebagai seorang sandera Hamas.
Untuk pertama kalinya ia menceritakan kisahnya menjadi seorang tawanan kelompok Hamas di Gaza, demikian dikutip dari lama New York Times, Rabu (25/10/2023).
Nenek tersebut bernama Yocheved Lifshitz dan ia juga seorang aktivis perdamaian yaitu Nir Oz.
Yocheved Lifshitz dibebaskan pada Selasa (24/10) bersama dengan lansia lainnya, Nurit Cooper (79) setelah negosiasi antara Israel dan Hamas difasilitasi oleh Mesir dan Qatar.
Hanya dua sandera dari 222 sandera yang telah dibebaskan sejak serangan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan lebih dari 1.400 orang di Israel.
“Saya mengalami pengalaman yang sangat buruk,” kata Lifshitz kepada wartawan di rumah sakit Tel Aviv pada Selasa (24/10).
Berbicara dari kursi roda, dia menyampaikan ceritanya dengan suara terbata-bata dan dilaporkan masih merasa lelah.
Ia menjelaskan tentang kondisi terowongan bawah tanah Hamas yang ia ibaratkan seperti jaring laba-laba.
Hamas telah menggali terowongan dan ruang bawah tanah dengan ukuran luas, yang diyakini sebagai tempat persembunyian senjata, anggota, dan beberapa sandera.
"Setelah mencapai terowongan, kami berjalan beberapa kilometer di bawah tanah,” kata Lifshitz tentang area tersebut, yang menurutnya memiliki ruangan yang cukup besar untuk menampung puluhan orang.
Hamas bertanggung jawab atas pembebasan Lifshitz ke Palang Merah, namun masih belum jelas apakah kelompok tersebut atau organisasi afiliasinya telah menangkap dan menahannya.petugas medis.
Para anggota Hamas membawanya ke aula bawah tanah besar tempat mereka mengumpulkan 25 orang, sebelum lima orang lainnya dipisahkan dan ditempatkan di sebuah ruangan sendiri, kata Lifschitz.
“Kami dijaga ketat oleh penjaga dan petugas medis. Suatu saat dokter juga datang dan memastikan kami menerima pil dan obat-obatan,” ujarnya.
Advertisement