Liputan6.com, Manila - ISIS mengaku bertanggung jawab atas pengeboman saat Misa Katolik di Filipina pada Minggu (3/12/2023), yang menewaskan sedikitnya empat orang dan melukai 50 lainnya.
Serangan itu terhadi di gimnasium Mindanao State University (MSU), Marawi, sebuah kota di selatan Filipina yang dikepung selama lima bulan oleh kelompok militan yang terinspirasi ISIS pada 2017.
Baca Juga
Melalui Telegram, ISIS mengakui bahwa bom diledakkan oleh anggotanya. Demikian seperti dilansir CNA, Senin (4/12).
Advertisement
Sebelumnya pada Minggu, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengutuk peristiwa pengeboman tersebut sebagai tindakan tidak masuk akal dan paling keji yang dilakukan oleh teroris asing.Â
Di Roma, Paus Fransiskus memanjatkan doa bagi para korban dalam pidatonya pada Minggu.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Gilberto Teodoro mengatakan dalam konferensi pers bahwa operasi penegakan hukum untuk mengadili para pelaku teroris akan terus berlanjut.
Terdapat indikasi kuat adanya unsur asing dalam pengeboman tersebut, kata Teodoro, menolak menjelaskan lebih lanjut agar tidak mengganggu penyelidikan yang sedang berlangsung.
Pecahan mortir 16 mm, menurut pejabat senior polisi Emmanuel Peralta, ditemukan di lokasi kejadian.
Â
Dugaan Serangan Balasan
Ledakan di Marawi, ibu kota Provinsi Lanao del Sur, terjadi setelah serangkaian operasi militer terhadap kelompok lokal pro-ISIS di Filipina selatan.
Peristiwa terpisah pada Minggu di Lanao del Sur menyebabkan terbunuhnya seorang pemimpin kelompok Maute.
"Ada kemungkinan bahwa apa yang terjadi pagi ini adalah serangan balasan," kata Panglima Angkatan Bersenjata Filipina Romeo Brawner.
Maute yang terkait dengan ISIS merebut Marawi pada Mei 2017, berupaya menjadikannya "wilayat" atau kegubernuran di Asia Tenggara untuk ISIS.
Dalam lima bulan pertempuran antara militan dan pasukan Filipina, lebih dari seribu orang, termasuk warga sipil, tewas.
Advertisement
Kelas Ditangguhkan
Pasca insiden pengeboman, kantor polisi di Mindanao dan wilayah ibu kota disiagakan dan pos pemeriksaan polisi diperketat untuk mencegah kemungkinan insiden lanjutan.
Penjaga pantai turut mengintensifkan inspeksi pra-keberangkatan di pelabuhan.
Universitas Negeri Mindanao melalui unggahan di Facebook mengatakan bahwa pihaknya sangat sedih dan terkejut dengan tindakan kekerasan yang terjadi selama acara keagamaan.
"Kami dengan tegas mengutuk keras tindakan tidak masuk akal dan mengerikan ini," ungkap mereka.
Universitas mengatakan mereka menangguhkan perkuliahan sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Â