Sukses

7 Desember 1972: Blue Marble, Foto Pertama Keseluruhan Bumi Diambil dari Luar Angkasa

7 Desember menandai hari jadi ke-51 foto keseluruhan Bumi, Blue Marble, yang diambil oleh kru pesawat ruang angkasa Apollo 17 milik NASA saat misi terakhir ke Bulan.

Liputan6.com, Jakarta - 7 Desember menandai hari jadi ke-51 foto Blue Marble, yang diambil oleh kru pesawat ruang angkasa Apollo 17 milik NASA saat misi terakhir ke Bulan. Foto ini mengubah cara kita melihat Bumi secara permanen, memberikan visualisasi yang luar biasa tentang planet tempat kita tinggal.

Dengan menggunakan kamera film Hasselblad, foto ini adalah yang pertama menampilkan Bumi bulat utuh dan diyakini sebagai gambar yang paling banyak dicetak dalam sejarah. Sebelumnya, pandangan kita tentang diri kita sendiri terbatas dan terfragmentasi, tak ada cara untuk melihat Bumi secara menyeluruh.

Melansir dari The Conversation, Kamis (7/12/2023), ketika kru Apollo 17 sedang dalam perjalanan menuju Bulan, mereka mengambil foto ini dari jarak 29.000 kilometer dari Bumi. Foto ini dengan cepat menjadi simbol harmoni dan persatuan.

Misi Apollo sebelumnya pernah mengambil gambar Bumi sebagian yang masih terdapat bayangan. Earthrise menampilkan Bumi sebagian yang muncul dari permukaan Bulan.

<p>Earthrise menangkap sebagian bayangan Bumi. (NASA, CC BY-NC-SA)</p>

Dalam foto Blue Marble, Bumi terlihat mengambang di tengah-tengah antariksa. Untuk melihat Bumi dengan bulatan utuh lengkap yang melayang di ruang angkasa, penting untuk memperhatikan pencahayaan dengan teliti dan penempatan matahari harus tepat di belakang.

Astronot Scott Kelly mencatat bahwa hal tersebut sulit direncanakan saat bergerak dengan kecepatan tinggi di orbit.

Foto ini diciptakan dalam konteks persaingan budaya dan politik yang melibatkan "perlombaan luar angkasa" antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Foto ini menampilkan pandangan netral yang tak terduga tentang Bumi, tanpa batasan yang jelas.

2 dari 4 halaman

Gangguan Terhadap Konvensi Pemetaan

Menurut ahli geografi Denis Cosgrove, Blue Marble mengganggu konvensi Barat untuk pemetaan dan kartografi. Dengan menghilangkan graticule – garis-garis meridian dan paralel yang ditempatkan manusia di atas bola dunia – gambar tersebut mewakili Bumi yang terbebas dari praktik pemetaan yang telah berlangsung selama ratusan tahun.

Foto tersebut juga memberikan posisi sentral kepada Afrika dalam representasi dunia, di mana praktik pemetaan eurosentris cenderung mengurangi skala Afrika.

Gambar tersebut dengan cepat menjadi simbol harmoni dan persatuan. Alih-alih memberikan bukti atas supremasi Amerika, foto tersebut memupuk rasa saling terhubung secara global.

Sejak zaman Pencerahan, pemetaan dan pembuatan peta telah menonjolkan dominasi manusia atas Bumi. Namun, Blue Marble menantang hierarki ini dengan memunculkan rasa hormat dan kesadaran akan kerapuhan Bumi yang membutuhkan perlindungan. Dalam bukunya Earthrise, Robert Poole menulis:

"Although no one found the words to say so at the time, the 'Blue Marble' was a photographic manifesto for global justice."

Yang artinya adalah, "Meskipun pada saat itu tidak ada yang menemukan kata-kata untuk mengatakannya, 'Blue Marble' adalah manifesto fotografi untuk keadilan global."

3 dari 4 halaman

Blue Marble dan Krisis Iklim

Sulit untuk memisahkan Blue Marble dari kegentingan krisis iklim yang kita hadapi saat ini.

Foto ini dengan cepat menjadi simbol awal bagi gerakan lingkungan dan diadopsi oleh kelompok aktivis seperti Friends of the Earth serta menjadi bagian dari peringatan tahunan seperti Earth Day.

Blue Marble juga muncul di sampul buku Gaia karya James Lovelock (1979), di perangko, dan sebagai bagian awal dari film An Inconvenient Truth milik Al Gore (2006).

Cara kita melihat dan menggambarkan Bumi telah mengalami perubahan besar selama beberapa dekade terakhir. Pada tahun 1990-an, NASA menciptakan gambar Bumi secara digital yang berjudul Blue Marble: Next Generation sebagai bentuk penghormatan terhadap foto asli dari misi Apollo 17.

4 dari 4 halaman

Foto-foto yang Diambil oleh Satelit pada Berbagai Waktu

Ini merupakan gambar komposit yang dibentuk dari data yang dikumpulkan dari ribuan gambar yang diambil oleh satelit pada berbagai waktu.

Teknologi pencitraan dari luar angkasa terus berkembang, memberikan detail yang semakin mengagumkan. Beberapa sejarawan seni, seperti Elizabeth A. Kessler, telah menghubungkan generasi baru gambar-gambar kosmos ini dengan konsep filosofis tentang keagungan yang luar biasa.

<p>Blue Marble dapat menginspirasi rasa kagum serupa pada gambar seperti Grand Canyon of the Yellowstone karya Thomas Moran. (Museum Departemen Dalam Negeri AS)</p>

Foto-foto ini menghasilkan perasaan kagum dan kebesaran yang bisa membuat orang terpukau, seperti lukisan Romantis pada abad ke-19 seperti lukisan The Grand Canyon of the Yellowstone oleh Thomas Moran (1872).

Pada tahun 1995, Teleskop Luar Angkasa Hubble menampilkan gambar gunung gas dan debu di Nebula Elang. Terkenal dengan nama Pillars of Creation, foto itu memperlihatkan proses terbentuknya bintang baru melalui gas dan debu yang terlihat.

<p>Foto Nebula Elang yang diberi nama Pillars of Creation ini diambil oleh Hubble. (NASA)</p>

Pada tahun 2022, NASA merilis gambar pertama yang diambil oleh Teleskop Luar Angkasa James Webb.

Berlanjut dari penemuan Hubble, Webb dirancang untuk memvisualisasikan panjang gelombang inframerah dengan tingkat kejernihan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

<p>Quintet Stephan difoto oleh Teleskop James Webb. (NASA, ESA, CSA, dan STScI, CC BY-NC-SA)</p>