Liputan6.com, Yerusalem - Pasukan Israel dilaporkan menandai rumah Imam Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur untuk digusur. Bangunan tempat tinggal dari Sheikh Ekrima Sa'id Sabri disebut tidak mendapatkan izin pembangunan.
Berdasarkan laporan Anadolu, Senin (4/12/2023), kediaman Sheikh Ekrima Sa'id Sabri berada di gedung apartemen di kawasan Sawaneh. Pada hari Minggu kemarin, pasukan Israel memasuki gedung tersebut.
Baca Juga
Salah satu apartemen yang digrebek adalah milik Sheikh Ekrima.
Advertisement
"Pasukan besar kepolisian Israel dan intelijen memasuki gedung itu, termasuk apartemen tempat Sheikh Sabri yang berusia 85 tahun tinggi di kawasan Sawaneh di Yerusalem Timur pada Minggu pagi," ujar para saksi mata.
Lebih lanjut, para saksi mata melihat pasukan kepolisian itu menempelkan perintah penggusuran di pintu gedung dengan alasan pembangunan tak berizin.
Saksi mata menyebut gedung itu dibangun bertahun-tahun lalu dan menjadi rumah bagi 100 lebih warga Palestina di 18 apartemen residensial.
Sheikh Sabri dan otoritas Israel masih enggan merespons kesaksian para saksi mata tersebut.
Sheikh Sabri juga merupakan kepala dari otoritas tinggi Islam (Awqaf). Ia sebelumnya pernah ditahan dan dilarang masuk Masjid Al-Aqsa. Salah satu alasannya karena ia dituduh memberikan pernyataan provokatif terhadap Israel.
Mahasiswa Keturunan Palestina Lumpuh Akibat Ditembak di AS
Mahasiswa keturunan Palestina di Amerika Serikat dinyatakan lumpuh usai menjadi korban penembakan. Pemuda bernama Hisham Awartani (20) itu ditembak bersama dengan dua temannya yang juga keturunan Timur Tengah.
Diduga mereka bertiga adalah korban kejahatan kebencian.
Berdasarkan laporan Middle East Monitor, Minggu (3/12), pihak keluarga Hisham berkata pemuda itu mengalami kelumpuhan dari dada ke bawah akibat luka yang ia derita. Ia lumpuh karena peluru melukai tulang belakangnya (spine).
Keluarga Hisham telah mengumpulkan dana bantuan sebesar USD 200 ribu melalui platform GoFundMe.
Hisham disebut masih berniat untuk melanjutkan kuliahnya di Brown University, salah satu kampus Ivy League. Meski terluka, Hisham juga dilaporkan masih bisa bercanda bersama keluarganya.
"Ia telah menunjukkan keberanian, resiliensi, dan ketabahan yang luar biasa - bahkan juga rasa humor - bahkan saat kenyataan kelumpuhannya dimulai," tulis pihak keluarga di GoFundMe.
Dua sahabatnya yang terluka diperkirakan dapat sembuh total.
Ketiga mahasiswa itu ditembak pada 25 November lalu. Pelaku bernama Jason Eaton telah ditangkap dan polisi menyelidiki kasus ini sebagai kasus kebencian.
Hisham merupakan keturunan blasteran Palestina, Irlandia, dan Amerika. Berdasarkan profil LinkedIn miliknya, ia merupakan mahasiswa jurusan matematika.
Advertisement
Setelah Gaza Utara Luluh Lantak, Angkatan Darat Israel Kini Bidik Gaza Selatan
Pasukan darat Israel bergerak maju ke Gaza Selatan, setelah tiga hari pengeboman besar-besaran pasca berakhirnya gencatan senjata pada Jumat (1/12/2023) pagi.
Laporan awal dari radio tentara Israel mengonfirmasi bahwa Israel melancarkan operasi darat di utara Khan Younis. BBC memverifikasi gambar tank-tank Israel yang beroperasi di dekat kota tersebut.
Seperti dilansir BBC, Senin (4/12), Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Herzi Halevi mengatakan kepada pasukan cadangan dari divisi Gaza, "Kita bertempur dengan penuh kekuatan dan total di Gaza Utara dan sekarang kita juga akan melakukannya di Gaza Selatan."
Juru bicara IDF mengonfirmasi pula bahwa Israel terus memperluas serangan darat di seluruh Gaza, termasuk melakukan pertempuran langsung dengan kelompok Hamas.
Sejak gencatan senjata berakhir, Israel tanpa mengulur waktu melanjutkan pengeboman skala besar di Gaza, yang oleh warga Khan Younis digambarkan sebagai gelombang serangan terberat sejauh ini.
Gencatan senjata tujuh hari telah berhasil membuat Hamas membebaskan 110 sandera yang ditahan di Gaza sebagai imbalan atas pembebasan 240 warga Palestina dari penjara-penjara Israel.
Pejabat PBB: Rumah Sakit Nasser Jadi Zona Perang
Pada Minggu (3/12) pagi, tentara Israel mengeluarkan perintah evakuasi di beberapa distrik Khan Younis, mendesak masyarakat untuk segera pergi.
Pihak berwenang Israel yakin para pemimpin Hamas bersembunyi di kota yang menjadi tempat ratusan ribu orang berlindung setelah melarikan diri dari pertempuran di Gaza Utara pada tahap awal perang. Pengungsian ke Gaza Selatan juga merupakan rekomendasi Israel.
Seorang pejabat PBB menggambarkan "tingkat kepanikan" yang belum pernah dilihatnya sebelumnya di sebuah rumah sakit di Gaza, setelah militer Israel mengalihkan fokus serangannya ke selatan.
James Elder, dari UNICEF, menggambarkan Rumah Sakit Nasser di Khan Younis sebagai zona perang. Elder mengatakan kepada BBC bahwa dia mendengar ledakan besar terus-menerus di dekat Rumah Sakit Nasser dan anak-anak datang dengan luka di kepala, luka bakar parah, dan pecahan peluru akibat ledakan.
"Ini adalah rumah sakit yang sering saya kunjungi ... Orang-orang memegang tangan saya atau memegang baju saya dan berkata 'tolong bawa kami ke tempat yang aman. Di mana yang aman?'"
"Menyedihkan sekali mereka mengajukan pertanyaan yang satu-satunya jawabannya adalah tidak ada tempat yang aman. Dan itu termasuk, seperti yang mereka tahu, rumah sakit itu," tutur Elder.
Advertisement