Liputan6.com, Beirut - Pejabat senior Hamas Osama Hamdan mengatakan pada Minggu (3/12/2023), perundingan lebih lanjut dengan Israel mengenai pertukaran sandera dan tahanan harus memasukkan poin penghentian agresi dan gencatan senjata.
"Kami menegaskan bahwa dimulainya kembali perundingan pertukaran bergantung pada penghentian agresi dan gencatan senjata," ungkap Hamdan di Beirut, seperti dilansir Al Arabiya, Senin (4/12/2023).
Baca Juga
"Sebelumnya, tidak ada diskusi tentang hal itu."
Advertisement
Hamdan mengatakan bahwa sikap keras kepala dan menunda-nunda Israel sekalipun ada upaya dari mediator -Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat- menyebabkan gagalnya gencatan senjata selama sepekan.
Kedua belah pihak saling menyalahkan atas tidak diperpanjangnya gencatan senjata.
Israel sendiri mengklaim Hamas melanggar ketentuan gencatan senjata, yang berakhir pada Jumat (1/12) pagi. Menurut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Hamas belum memenuhi kewajibannya membebaskan semua sandera perempuan.
Merespons hal itu, Hamdan menggarisbawahi bahwa berdasarkan kesepakatan sebelumnya maka daftar sandera perempuan yang diserahkan berlatar belakang warga sipil, bukan militer.
"Sementara mereka semua (sandera perempuan yang tersisa) adalah tentara perempuan yang ditangkap dari lokasi militer," tutur Hamdan.
Dia menambahkan bahwa para prajurit ini memiliki metode dan mekanisme khusus untuk ditukarkan.
Total 401 Personel Pertahanan Israel Tewas
Militer Israel pada Senin mengatakan tiga tentaranya tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza. Kematian terbaru tersebut menambah jumlah tentara Israel yang tewas di sana menjadi 75 orang sejak perang Hamas Vs Israel dimulai pada 7 Oktober.
"Ketiganya tewas di Gaza utara pada hari Minggu," kata militer Israel.
Adapun total personel pertahanan Israel yang terbunuh sejak 7 Oktober -di antaranya mereka yang tewas dalam serangan Hamas, termasuk tentara, pasukan cadangan, penjaga kibbutz, dan lainnya – menjadi 401 orang.
Advertisement
Peringatan Israel bagi Hizbullah
Dalam perkembangan lainnya, Netanyahu mengancam bahwa setiap potensi eskalasi yang dipicu Hizbullah di perbatasan Israel-Lebanon dapat mengakibatkan kehancuran Lebanon.
Netanyahu menegaskan bahwa tentara Israel bersikap proaktif dalam memerangi kelompok teror yang didukung Iran itu dan telah mengadopsi kebijakan pencegahan yang kuat di utara terhadap Hizbullah.
"Kami selalu bertindak di utara melawan segala upaya Hizbullah yang beroperasi menentang kami. Kami memberantas sel-sel teror, mengusir mereka dari perbatasan, dan menghancurkan amunisi mereka. Kami akan melanjutkan dengan pencegahan yang kuat di wilayah utara dan kemenangan total di wilayah selatan," kata Netanyahu seperti dilansir Al Arabiya.
"Harusnya jelas, kami berkomitmen memulihkan keamanan di selatan dan utara. Jika Hizbullah melakukan kesalahan dan terlibat perang habis-habisan maka mereka akan menghancurkan Lebanon dengan tangannya sendiri."
Hizbullah, sekutu lama Hamas, meningkatkan retorikanya terhadap Israel sejak perang pecah pada 7 Oktober. Milisi Lebanon itu juga telah melancarkan serangan lintas batas terhadap sasaran-sasaran Israel.
Baru-baru ini, pasukan Israel dan anggota Hizbullah saling baku tembak di perbatasan Israel-Lebanon. Kedua belah pihak mengaku telah mencapai sasaran dalam serangan yang meliputi beberapa wilayah perbatasan.