Liputan6.com, Abuja - Sedikitnya 85 orang dipastikan tewas akibat serangan drone militer Nigeria yang salah sasaran. Drone dilaporkan menyerang acara maulid Nabi Muhammad SAW di barat laut negara itu.
"Delapan puluh lima mayat sejauh ini telah dikuburkan sementara pencarian masih berlangsung," kata Badan Manajemen Darurat Nasional Nigeria (NEMA) dalam pernyataan yang menyebutkan anak-anak, perempuan dan orang tua termasuk di antara para korban tewas, seperti dilansir ABC News, Rabu (6/12).
Baca Juga
"Sedikitnya 66 orang terluka."
Advertisement
Sejak tahun 2017, menurut perusahaan keamanan SBM Intelligence yang berbasis di Lagos, sekitar 400 warga sipil tewas oleh serangan udara yang menurut militer Nigeria menargetkan kelompok bersenjata menyusul krisis keamanan yang mematikan di bagian utara negara itu.
Pejabat pemerintah dan keamanan menyatakan bahwa insiden terbaru terjadi pada Minggu (3/12) malam oleh drone yang menargetkan teroris dan penjahat di Desa Tudun Biri, Negara Bagian Kaduna.
"Insiden serangan udara yang salah perhitungan menunjukkan dimensi yang mengkhawatirkan di negara ini," kata Atiku Abubakar, mantan wakil presiden Nigeria dan kandidat presiden oposisi utama pada pemilu tahun ini.
Isu Lama
Militer Nigeria sering melakukan serangan udara saat memerangi kekerasan ekstremis dan pemberontak yang telah mengguncang wilayah utara negara itu selama lebih dari satu dekade, sering kali menimbulkan korban sipil, termasuk pada Januari ketika puluhan orang tewas di Negara Bagian Nasarawa dan pada Desember 2022 ketika puluhan orang juga tewas di Negara Bagian Zamfara.
"Teroris seringkali dengan sengaja menempatkan diri mereka di pusat-pusat populasi sipil," kata juru bicara Markas Besar Pertahanan Nigeria Mayor Jenderal Edward Buba pada Selasa mengenai insiden terbaru.
Para analis di masa lalu telah menyampaikan kekhawatiran tentang kurangnya kolaborasi di antara badan-badan keamanan Nigeria serta tidak adanya uji tuntas dalam beberapa operasi khusus mereka di zona konflik.
Kabir Adamu, pendiri perusahaan keamanan yang berbasis di Abuja, Beacon Consulting, mengungkap salah satu kekhawatiran utamanya adalah menjamurnya drone di dalam badan keamanan Nigeria, sehingga tidak ada prinsip panduan kapan drone dapat digunakan.
Advertisement
Penyelidikan Menyeluruh
Presiden Nigeria Bola Tinubu pada Selasa (6/12/2023) memerintahkan penyelidikan menyeluruh atas tragedi tersebut. Namun, investigasi semacam ini sering kali dilakukan secara rahasia dan hasilnya tidak pernah diketahui.
"Dalam insiden di Nasarawa pada Januari, yang menewaskan 39 orang, Angkatan Udara Nigeria memberikan sedikit informasi dan tidak memberikan keadilan atas insiden tersebut," kata Human Rights Watch.
Direktur Amnesty International di Nigeria Isa Sanusi menilai bahwa insiden seperti ini disebabkan oleh tidak adanya hukuman bagi petugas atau lembaga yang melakukan kesalahan.
"Militer Nigeria menganggap enteng konsekuensi yang ditimbulkan … dan warga sipil yang seharusnya mereka lindungi adalah pihak yang menanggung akibatnya karena ketidakmampuan mereka dan kurangnya uji tuntas," kata Sanusi kepada AP.