Sukses

Netanyahu Tuduh Otoritas Palestina Bantu Teroris, Dilarang Masuk ke Gaza

PM Israel Benjamin Netanyahu tidak ingin pemerintah Palestina masuk ke Gaza setelah perang berakhir.

Liputan6.com, Tel Aviv - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberi peringatan bahwa ia tidak akan mengizinkan Otoritas Palestina mengendalikan Gaza usai perang melawan Hamas selesai. Israel berambisi melenyapkan Hamas di Jalur Gaza.

Sebagai informasi, Jalur Gaza dikuasai Hamas, sementara pemerintah Otoritas Palestina berbasis di Ramallah.

Netanyahu menuduh bahwa Otoritas Palestina membantu terorisme.

Dilaporkan Middle East Monitor, Selasa (5/12), Netanyahu berkata Otoritas Palestina "mempromosikan dan mendanai terorisme". Ia pun menyesalkan pembentukan Otoritas Palestina.

Ia juga tidak suka dengan Presiden Mahmoud Abbas.

Netanyahu berkata perginya Palestine Liberation Organisation (PLO) ke Tunisia merupakan langkah yang sudah benar, tetapi mereka kembali lagi ke Palestina dan berkuasa sebagai Otoritas Palestina. PLO merupakan partai Mahmoud Abbas yang memimpin Palestina.

PLO kembali lagi ke Palestina berkat perjanjian damai Oslo Accords pada 1993 lalu. Netanyahu pun juga menyesalkan perjanjian tersebut.

Netanyahu, yang kini sedang menghadapi kasus korupsi, menekankan agar pasukan Israel harus mengendalikan seluruh Jalur Gaza dengan alasan mencegah bangkitnya terorisme pada tahun-tahun mendatang.

Hamas masuk kategori terorisme oleh Israel, Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa. Pada 7 Oktober lalu, Hamas melancarkan serangan ke Israel serta menculik warga.

2 dari 4 halaman

WHO: Israel Perintahkan Pengosongan Gudang Bantuan di Gaza Selatan dalam Waktu 24 Jam

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada Senin (4/12/2023) tentara Israel telah meminta pihaknya mengosongkan gudang bantuan di Gaza Selatan di tengah serangan intensif ke kawasan tersebut

"Hari ini, WHO menerima pemberitahuan dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) bahwa kami harus memindahkan pasokan kami dari gudang medis kami di Gaza Selatan dalam waktu 24 jam karena operasi darat akan membuatnya tidak dapat digunakan lagi," tulis Tedros di platform X alias Twitter. 

"Kami mengimbau Israel untuk mencabut perintah tersebut dan mengambil segala tindakan yang mungkin untuk melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit dan fasilitas kemanusiaan." 

WHO pun menyerukan perlindungan sistem kesehatan dari serangan lebih lanjut dan penurunan kapasitasnya.

"Sekali lagi, tidak ada tempat yang aman di #Gaza," tulis WHO di X.

"WHO sangat prihatin dengan dimulainya kembali pertempuran, termasuk pengeboman besar-besaran di Gaza dan menegaskan kembali seruannya kepada Israel untuk mengambil segala tindakan yang mungkin guna melindungi warga dan infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit, sesuai dengan hukum perang."

Dalam pernyataannya, WHO juga menyebutkan bahwa sekitar 1,9 juta orang atau hampir 80 persen populasi Jalur Gaza diperkirakan menjadi pengungsi internal dan dalam waktu kurang dari 60 hari, jumlah rumah sakit yang berfungsi menurun dari 36 menjadi 18.

"Dari 7 Oktober hingga 28 November, WHO mencatat jumlah serangan terhadap layanan kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya; 203 serangan terhadap rumah sakit, ambulans, pasokan medis, dan penahanan pekerja layanan kesehatan. Ini tidak bisa diterima ... Satu-satunya solusi yang layak adalah gencatan senjata yang berkelanjutan," ungkap WHO.

WHO menambahkan saat ini terdapat 1.000 pasien dan ribuan orang yang berlindung di Kompleks Medis Nasser yang berkapasitas 350 tempat tidur serta 1.000 pasien dan sekitar 70.000 orang berlindung di Rumah Sakit Eropa di Gaza Selatan.

3 dari 4 halaman

Update Perang di Jalur Gaza: 15.899 Warga Palestina Tewas dan Tank Israel Memasuki Gaza Selatan

Otoritas kesehatan Gaza merilis total korban terbaru serangan Israel, yakni 15.899 warga Palestina di Jalur Gaza tewas sejak 7 Oktober. Adapun 70 persen dari mereka yang terbunuh adalah perempuan dan anak-anak.

Jumlah kematian bukan tidak mungkin dapat lebih tinggi karena runtuhnya sistem kesehatan di Gaza telah mempersulit pengumpulan statistik dan ada lebih dari 6.000 warga Palestina yang dianggap hilang di wilayah tersebut. Demikian seperti dilansir The Guardian, Senin (4/12).

Israel melancarkan serangan pada 7 Oktober setelah Hamas menyerbu Israel selatan pada hari yang sama dan menewaskan sedikitnya 1.200 orang serta menyandera 240 orang. Israel meyakini Hamas masih menyandera lebih dari 130 orang di Gaza, sementara beberapa sandera lainnya dibebaskan melalui pertukaran dengan tahanan Palestina.

Dalam perkembangan lainnya, sejumlah saksi mata mengatakan kepada AFP bahwa tank-tank Israel telah memasuki Gaza Selatan, dekat Khan Younis, pada Senin. Selain tank, kendaraan lapis baja pengangkut personel dan buldoser juga terlihat.

Salah seorang saksi mata, Moaz Mohammed (34), mengatakan bahwa tank-tank Israel berada di bagian selatan Jalan Salah al-Din yang membentang dari utara ke selatan Jalur Gaza.

"Mereka mengendalikan Jalan Salah al-Din di kedua sisi dan sekarang memotong jalan antara Deir al-Balah dan Khan Younis, menembak ke arah mobil-mobil dan orang-orang yang mencoba melintas area tersebut," kata dia.

 

4 dari 4 halaman

Perang Berlanjut

Militer Israel pada Senin kembali menyerukan evakuasi massal dari Khan Younis, tempat puluhan ribu pengungsi Palestina mencari perlindungan setelah terusir dari Gaza Utara, menyusul perluasan serangan darat Israel.

Dilansir AP, meningkatnya tekanan dari Amerika Serikat (AS) diduga membuat Israel berkejaran dengan waktu untuk melancarkan serangan terhadap Jalur Gaza, sebelum mereka "dipaksa" untuk kembali ke meja perundingan.

Serangan darat Israel telah mengubah sebagian besar Gaza utara, termasuk Kota Gaza, menjadi puing-puing. Dan Gaza Selatan, yang sebelumnya dilabeli sebagai zona aman oleh Israel, ditakutkan banyak pihak akan berujung serupa.

Nasib rakyat Palestina di Gaza kian nestapa karena negara tetangga seperti Mesir telah menolak menerima pengungsi.

Warga mengatakan mereka mendengar serangan udara dan ledakan di dalam dan sekitar Khan Younis pada Minggu (3/12) malam hingga Senin setelah militer menjatuhkan selebaran yang memperingatkan masyarakat untuk pindah lebih jauh ke selatan menuju perbatasan dengan Mesir.

Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari menuturkan pihaknya mengejar Hamas dengan kekuatan maksimum di utara dan selatan, dengan berusaha meminimalkan kerugian terhadap warga sipil. Dia merujuk pada peta yang membagi Gaza Selatan menjadi puluhan blok untuk memberikan instruksi yang tepat kepada warga di mana harus mengungsi.

Namun, banyak warga Palestina mengabaikan perintah evakuasi, dengan mengatakan bahwa mereka tidak merasa lebih aman di daerah tempat mereka diminta mencari perlindungan – yang juga telah berulang kali dibom. Sementara itu, militer melarang mereka yang melarikan diri dari Gaza Utara untuk kembali, bahkan selama gencatan senjata.

Perusahaan telekomunikasi Palestina, Paltel, dalam pernyataannya mengumumkan bahwa semua layanan telekomunikasi di Kota Gaza dan Gaza Utara padam menyusul terputusnya elemen utama jaringan mereka sehubungan dengan agresi Israel yang sedang berlangsung.

"Tim teknis kami bekerja tanpa henti dengan segala cara untuk memulihkan layanan," ujar Paltel.