Liputan6.com, Gaza - Sebuah badan PBB mengatakan 500.000 pengungsi di Jalur Gaza mungkin akan menuju ke Rafah, dan memperingatkan bahwa kota tersebut sudah penuh sesak dan tidak dapat menampung mereka.
Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina, atau UNRWA, mengunggah komentar di media sosial pada Selasa 5 Desember 2023. Militer Israel telah memberitahu orang-orang di bagian timur Khan Younis, sebuah kota penting di Gaza selatan, untuk pindah lebih jauh ke selatan ke Rafah demi keselamatan mereka.
Baca Juga
Badan tersebut mengatakan, "Perintah evakuasi telah menciptakan kepanikan, ketakutan dan kecemasan pada orang-orang di Gaza – banyak yang telah mengungsi lebih dari satu kali dalam perang ini."
Advertisement
Thomas White, direktur badan tersebut di wilayah tersebut, memperkirakan setengah juta orang akan mengungsi ke Rafah. Namun dia mengatakan kota ini tidak akan mampu mengatasi peningkatan populasi sebesar itu. Dia mencatat bahwa Rafah biasanya memiliki populasi 280.000 jiwa dan sudah menampung sekitar 470.000 pengungsi.
White menambahkan bahwa UNRWA membagikan 300 tenda terakhirnya, namun ribuan orang masih tinggal di luar rumah tanpa tempat berlindung.
UNRWA mengatakan militer Israel telah memerintahkan orang-orang untuk meninggalkan rumah mereka di daerah yang berpenduduk 600.000 orang. Badan tersebut mengatakan 69 tempat penampungan mereka berlokasi di daerah tersebut.
Mengutip BBC, tentara Israel (Israel Defense Forces/IDF) mengatakan rute evakuasi di Gaza adalah 'medan perang' ketika pertempuran sengit berlanjut.
Pertempuran di Gaza selatan sepertinya tidak akan berhenti ketika pasukan Israel terus memperingatkan penduduk tentang operasi mereka yang menargetkan Hamas di selatan Jalur Gaza – terutama di wilayah Khan Younis di mana Israel yakin para pemimpin Hamas bersembunyi.
Khan Younis menjadi fokus pertempuran sengit kemarin dan "instruksi mendesak" yang diberikan kepada warga sipil hari ini menunjukkan bahwa pertempuran akan terus berlanjut, menurut juru bicara IDF untuk media Arab, Avichay Adraee.
IDF mengatakan pihaknya tidak akan mengizinkan warga sipil menggunakan jalan Salah al-Din – jalan utama yang melintasi sepanjang Gaza yang digunakan sebagai jalur evakuasi dari Gaza utara.
Jalan ini adalah "medan perang" dan "sangat berbahaya" untuk dicapai, tulis Adraee di X --sebelumnya Twitter.
Meskipun sudah ada peringatan, banyaknya korban jiwa membuat rumah sakit utama di Gaza selatan kewalahan. Para petugas medis mengatakan bangsal-bangsal tersebut sangat penuh dengan pasien yang tergeletak di lantai yang berlumuran darah.
Pasukan Israel Telah Berada di Jantung Khan Younis, Kota Terbesar Kedua di Jalur Gaza
Adapun Israel pada Selasa (6/12/2023) mengatakan pasukannya telah berada di jantung Khan Younis, kota terbesar kedua di Jalur Gaza. Kota itu menjadi target pertama serangan darat Israel ke Gaza Selatan, yang mereka klaim bertujuan menghancurkan Hamas.
Menurut pejabat militer Israel, pasukannya terlibat dalam hari di mana pertempuran berlangsung paling intens sejak perang Hamas Vs Israel pecah pada 7 Oktober. Di Gaza Utara, juga dilaporkan terjadi baku tembak sengit.
Serangan ke Gaza Selatan mengancam akan memicu gelombang baru pengungsi Palestina dan memperburuk bencana kemanusiaan di Jalur Gaza. PBB mengungkapkan 1,87 juta orang -lebih dari 80 persen populasi Jalur Gaza- terusir dari rumah-rumah mereka.
Perintah evakuasi kesekian kalinya dari militer Israel memaksa pengungsi pindah ke area yang semakin kecil di Gaza Selatan.
Di Kota Deir al-Balah di Gaza Tengah, tepat di utara Khan Younis, serangan pada Selasa menghancurkan sebuah rumah tempat puluhan pengungsi berlindung. Setidaknya 34 orang tewas, termasuk enam anak-anak, menurut reporter AP di rumah sakit yang menghitung jumlah jenazah.
Serangan Israel sejak 7 Oktober, menurut otoritas kesehatan Gaza, telah menewaskan setidaknya 16.248 warga Palestina di Gaza, termasuk di antaranya 7.112 anak-anak dan 4.885 perempuan. Setidaknya 43.616 orang lainnya terluka dan 7.600 orang menyandang status hilang.
Â
Advertisement
Israel Harus Pertahankan Kendali Keamanan Terbuka Atas Jalur Gaza
Sementara itu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menuturkan pada Selasa bahwa militer Israel harus mempertahankan kendali keamanan terbuka atas Jalur Gaza lama setelah perang berakhir.
Komentarnya mengisyaratkan adanya kembali pendudukan langsung Israel di Gaza, sesuatu yang ditentang oleh sekutu utamanya, Amerika Serikat (AS).
Netanyahu mengatakan hanya militer Israel yang dapat memastikan Gaza tetap mengalami demiliterisasi.
"Tidak ada kekuatan internasional yang bertanggung jawab atas hal ini," kata Netanyahu seperti dilansir AP, Rabu (6/12). "Saya belum siap menutup mata dan menerima pengaturan lain."
Di bawah tekanan AS untuk mencegah jatuhnya korban massal lebih lanjut, Israel mengaku mereka bertindak lebih tepat sambil memperluas serangannya dan mengambil langkah-langkah ekstra untuk mendesak warga sipil agar mengungsi. Sebelum gencatan senjata berlangsung selama sepekan beberapa waktu lalu, serangan udara masif selama berminggu-minggu ditambah serangan darat telah melenyapkan sebagian besar wilayah Gaza Utara.
Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Herzi Halevi mengakui bahwa pasukannya menggunakan kekuatan besar terhadap bangunan sipil. Dia mengklaim militan menyimpan senjata di rumah dan bangunan, sehingga penyerang berpakaian sipil dapat menggunakannya untuk menembak pasukan Israel.
"Menyerang mereka memerlukan penggunaan tembakan yang signifikan, baik untuk menargetkan musuh tetapi juga untuk, tentu saja, melindungi pasukan kita," ujar Halevi. "Oleh karena itu pasukan beroperasi penuh kekuatan."Â Â
Ke Mana Warga Gaza Harus Berlindung?
Setelah evakuasi besar-besaran di Gaza Utara yang diperintahkan oleh Israel pada awal perang, sebagian besar penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa terhimpit di wilayah seluas 90 mil persegi di Gaza Tengah dan Selatan.
Sejak bergerak ke Gaza selatan, militer Israel telah memerintahkan warga dari hampir dua lusin lingkungan di dalam dan sekitar Khan Younis untuk mengungsi. Hal ini semakin mengurangi lebih dari seperempat wilayah tempat warga sipil dapat mencari perlindungan.
Tidak jelas berapa banyak orang yang mengikuti seruan evakuasi tersebut.
"Tidak ada tempat yang aman di Gaza dan tidak ada tempat lagi untuk dituju," kata koordinator kemanusiaan PBB untuk wilayah Palestina Lynn Hastings, pada Senin (4/12). "Kondisi yang dibutuhkan untuk menyalurkan bantuan kepada masyarakat Gaza tidak ada. Skenario yang lebih mengerikan mungkin terjadi."
Selama dua hari terakhir, sebut PBB, distribusi bantuan – terutama berupa pasokan tepung dan air – hanya dapat dilakukan di Rafah, di ujung selatan perbatasan dengan Mesir. Selebihnya, tidak dapat dijangkau karena pertempuran.
Nasser Bolbol, kepala perawatan intensif neonatal di Rumah Sakit Eropa di Khan Younis, mengatakan kelaparan akut telah menyebar, dengan beberapa kematian anak-anak karena dehidrasi dan kekurangan gizi.
"Gaza sepenuhnya diselimuti kematian dan kegelapan," ujar dia.
Advertisement