Sukses

Juanita Castro, Adik Mantan Penguasa Kuba Fidel Castro dan Raul Castro Sekaligus Agen CIA Meninggal

Dalam bukunya, Juanita Castro, seorang anti-komunis yang setia, menulis bahwa dia mulai berkolaborasi dengan CIA tidak lama setelah AS gagal dalam invasi Teluk Babi pada tahun 1961.

Liputan6.com, Washington, DC - Juanita Castro, adik perempuan dari mantan penguasa Kuba Fidel Castro dan Raul Castro, meninggal di Miami, Amerika Serikat, pada usia 90 tahun. Florida telah menjadi rumahnya tidak lama setelah dia meninggalkan tanah airnya hampir 60 tahun lalu.

Jurnalis Maria Antonieta Collins, yang bersama Juanita Castro menulis buku Fidel Y Raul, Mis Hermanos tahun 2009 menulis via Instagram bahwa Juanita Castro meninggal pada Senin (4/12/2023).

"Juanita Castro ... wanita luar biasa, pejuang tak kenal lelah demi Kuba yang sangat saya cintai," tulis Collins.

Pemerintah Kuba dan media belum melaporkan kematiannya hingga Rabu (6/12).

Dalam bukunya, Juanita Castro, seorang anti-komunis yang setia, menulis bahwa dia mulai berkolaborasi dengan CIA tidak lama setelah AS gagal dalam invasi Teluk Babi pada 1961.

Juanita Castro awalnya mendukung upaya para kakak laki-lakinya untuk menggulingkan diktator Fulgencio Batista, mengumpulkan uang dan membeli senjata. Namun, dia disebut menjadi kecewa ketika Fidel Castro menjadi komunis garis keras setelah mengambil alih kekuasaan pada tahun 1959 dan mendorong mereka yang tidak setuju keluar dari pemerintahannya.

Ketika rumahnya di Kuba menjadi tempat perlindungan bagi kelompok anti-komunis pada awal tahun 1960-an, Fidel Castro memperingatkan Juanita Castro untuk tidak terlibat dengan "gusanos" atau cacing, sebutan pemerintah bagi mereka yang menentang revolusi.

2 dari 3 halaman

Memutuskan Meninggalkan Kuba

Juanita Castro mengatakan dalam bukunya bahwa istri duta besar Brasil untuk Kuba-lah yang membujuknya untuk bertemu dengan agen CIA selama perjalanan ke Mexico City pada 1961. Dia mengaku mengatakan kepada agen tersebut bahwa dia tidak menginginkan uang dan tidak akan mendukung kekerasan apa pun terhadap saudara laki-lakinya atau orang lain.

Dia menuturkan bahwa CIA menggunakannya untuk menyelundupkan pesan, dokumen, dan uang ke Kuba yang disembunyikan di dalam makanan kaleng. Mereka berkomunikasi dengannya melalui radio gelombang pendek, memainkan waltz, dan lagu dari opera Madame Butterfly sebagai tanda bahwa penghubungnya mempunyai pesan untuknya.

Juanita Castro tetap tinggal di Kuba ketika ibu mereka masih hidup, percaya bahwa hal itu akan melindunginya dari kemarahan Fidel Castro.

"Saudara laki-laki saya bisa saja mengabaikan apa yang saya lakukan atau terkesan mengabaikannya agar tidak menyakiti ibu saya, tapi bukan berarti saya tidak punya masalah," tulisnya.

Setelah ibu mereka meninggal pada tahun 1963, kata Juanita Castro, "Segalanya menjadi semakin rumit."

Juanita Castro meninggalkan Kuba pada tahun berikutnya, setelah Raul Castro membantunya mendapatkan visa ke Meksiko dan dia pun tidak pernah melihat saudara laki-lakinya lagi.

"Saya tidak bisa lagi bersikap acuh tak acuh terhadap apa yang terjadi di negara saya," katanya kepada wartawan setibanya di Meksiko.

"Saudara laki-laki saya Fidel dan Raul menjadikannya penjara besar yang dikelilingi air. Rakyat dipakukan pada salib siksaan yang dikenakan oleh komunisme internasional."

3 dari 3 halaman

Menjadi Warga Negara AS

Karena pekerjaannya untuk CIA dilakukan secara rahasia dan tidak diketahui publik, banyak warga pengasingan Kuba yang takut bahwa Juanita Castro adalah mata-mata komunis ketika dia tiba di AS. Dia kemudian membantu mendirikan organisasi nirlaba yang didukung CIA yang bekerja melawan pemerintah Castro.

Juanita Castro akhirnya menjalani kehidupan yang tenang di Miami, di mana dia mengelola apotek Little Havana dan menjadi anggota komunitas Kuba-AS yang dihormati. Dia menjadi warga negara AS pada tahun 1984.

Luis Zuniga Rey, yang merupakan tahanan politik di Kuba sebelum diusir pada tahun 1988, pada Rabu mengisahkan pertemuannya dengan Juanita Castro selama wawancara radio lokal.

"Dia serius tetapi selalu baik dan penuh hormat," tutur Rey. "Sebagai saudara perempuan diktator Kuba, dia selalu berusaha menjaga latar belakang keluarganya agar tidak mengganggu sesama warga Kuba di Miami."

"Penentangannya terhadap Fidel Castro menunjukkan keberanian yang besar ... Bayangkan bagaimana rasanya menantang saudara Anda yang kuat dan apa artinya itu secara pribadi."

Fidel Castro memerintah Kuba hingga tahun 2008, ketika dia menyerahkan kekuasaan kepada Raul Castro, orang kedua yang memegang komandonya. Raul Castro kemudian menghabiskan satu dekade sebagai pemimpin Kuba.

Ketika masalah kesehatan Fidel Castro yang serius pada tahun 2006 menyebabkan perayaan jalanan di Little Havana, Juanita Castro tidak merasa senang. Bagaimana pun, dia tetap saudara laki-lakinya, meskipun dia menentang pemerintahnya.

"Saya menghormati posisi semua orang yang merasa senang dengan masalah kesehatannya, tapi mereka juga harus menghormati saya," katanya kepada AP. "Ini keluarga saya. Itu saudara-saudara saya. Tidak masalah. Kami berpisah karena alasan politik, alasan ideologis, tapi sebatas itu saja."

Fidel Castro meninggal pada tahun 2016 pada usia 90 tahun, sementara Raul Castro, sudah saat ini berusia 92 tahun dan sudah pensiun. Kakak laki-laki tertua Fidel, Raul, dan Juanita, Ramon Castro, meninggal tahun 2016 pada usia 91 tahun.