Sukses

Sekjen PBB Peringatkan Perang Hamas Vs Israel Dapat Picu Epidemi hingga Pengungsian Massal ke Negara Tetangga

Otoritas kesehatan Gaza menyebutkan bahwa 1.207 warga Palestina di wilayah kantong itu tewas sejak gagalnya gencatan senjata sementara pada Jumat (1/12) dan 70 persen dari korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.

Liputan6.com, Gaza - Pasukan Israel dan Hamas dilaporkan terlibat dalam perang kota di sepanjang Jalur Gaza, menimbulkan dampak buruk bagi warga sipil di tengah mandeknya bantuan kemanusiaan.

Ketika perang Hamas Vs Israel semakin intensif pada Rabu (6/12/2023), Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menggunakan klausul yang jarang digunakan dalam Piagam PBB untuk mengangkat isu ini atas inisiatifnya sendiri ke Dewan Keamanan (DK) PBB, memperingatkan bahwa konflik dapat memperburuk ancaman yang ada terhadap perdamaian dan keamanan internasional.

"Kita menghadapi risiko besar runtuhnya sistem kemanusiaan," tulis Guterres dalam suratnya kepada DK PBB, seperti dilansir The Guardian, Kamis (7/12).

"Situasi ini dengan cepat memburuk menjadi sebuah bencana dengan dampak yang berpotensi tidak dapat diubah lagi bagi warga Palestina secara keseluruhan dan bagi perdamaian serta keamanan di kawasan."

Dia menambahkan, "Di tengah pengeboman yang terus menerus yang dilakukan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan tanpa tempat berlindung atau hal-hal penting untuk bertahan hidup, saya memperkirakan ketertiban umum akan segera rusak karena kondisi yang menyedihkan, bahkan membuat bantuan kemanusiaan yang sudah terbatas menjadi tidak mungkin dilakukan dilakukan."

"Situasi yang lebih buruk dapat terjadi, termasuk epidemi dan meningkatnya tekanan untuk melakukan pengungsian massal ke negara-negara tetangga."

Meluasnya serangan darat Israel dari Gaza Utara ke Gaza Selatan telah menghentikan pengiriman bantuan kemanusiaan.

Otoritas kesehatan Gaza menyebutkan bahwa 1.207 warga Palestina di wilayah kantong itu tewas sejak gagalnya gencatan senjata sementara pada Jumat (1/12) dan 70 persen dari korban tewas adalah perempuan dan anak-anak. Angka tersebut menambah besar total korban tewas dari sebelum gencatan senjata sementara, yakni setidaknya 16.428 orang, termasuk 7.112 anak-anak dan 4.885 perempuan.

Lebih dari 7.600 orang masih dilaporkan hilang. Di Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza Utara, lebih dari 100 jenazah disebut menanti untuk dimakamkam di tengah tidak adanya bahan bakar dan serangan yang berlanjut.

"Seluruh wilayah utara Jalur Gaza tidak memiliki layanan kesehatan," tutur pejabat otoritas kesehatan Gaza Munir al-Bursh.

Titik fokus pertempuran selama dua hari terakhir adalah kamp pengungsi Jabalia dan Distrik Shujaiya di Gaza Utara, serta Khan Younis dan Bani Suheila di Gaza Selatan.

IDF telah menguasai sebagian besar Jalan Salah al-Din, jalan raya utama utara-selatan yang membentang di tengah Jalur Gaza.

2 dari 3 halaman

Taktik Hamas Targetkan Pasukan Israel Diakui Canggih

Pada Rabu pagi, IDF meminta penduduk Khan Younis untuk meninggalkan kota tersebut ke daerah yang lebih aman, dengan menyatakan bahwa akan ada jeda hingga pukul 14.00 waktu setempat dalam pengeboman Rafah, tepat di selatan perbatasan Mesir.

PBB dan badan-badan bantuan telah berulang kali mengatakan bahwa tidak ada lagi tempat di Gaza yang aman. Menurut PBB, 1,87 juta orang, lebih dari 80 persen populasi Gaza, telah mengungsi. Bahkan, banyak yang harus berpindah tempat pengungsian beberapa kali untuk menghindari serangan Israel.

Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengungkapkan pada Selasa (5/12) bahwa pola serangan yang menargetkan atau berdampak pada infrastruktur sipil menimbulkan kekhawatiran serius mengenai kepatuhan Israel terhadap hukum kemanusiaan internasional dan secara signifikan meningkatkan risiko kejahatan kekejaman.

Dewan Pengungsi Norwegia juga menegaskan bahwa perang Gaza kini termasuk dalam serangan terburuk terhadap penduduk sipil di masa dan zaman kita.

Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, mengklaim bahwa IDF memenangkan perang dan lebih dari separuh komandan batalion Hamas telah tewas.

"Tanah berguncang di Khan Younis dan Jabalia. Kami telah mengepung keduanya. Tidak ada tempat yang tidak bisa kami capai," kata Netanyahu pada Selasa.

Dia mengatakan IDF memenangkan setiap pertempuran, namun dengan harga yang tidak tertahankan.

IDF melaporkan tujuh korban pada Selasa dan dua lagi pada Rabu pagi. Sejak operasi darat ke Jalur Gaza dimulai, 84 tentara IDF dilaporkan tewas, banyak di antaranya akibat bom dan rudal anti-tank yang ditembakkan dari jarak dekat.

"Pejuang milisi Palestina terus menggunakan taktik yang lebih canggih dalam menargetkan pasukan Israel di seluruh Jalur Gaza," ungkap Institute for the Study of War yang berbasis di Washington dalam laporan yang ditulis bersama dengan American Enterprise Institute.

Laporan tersebut mengutip insiden pada Selasa, di mana sayap militer Hamas menggunakan bahan peledak untuk merobohkan sebuah rumah di atas tentara Israel di Khan Younis dan meledakkan serangan berbentuk penusuk lapis baja terhadap sebuah tank Israel.

Hamas juga mampu meluncurkan 15 roket dari tempat persembunyian mereka di Gaza ke Israel tengah dan selatan pada Selasa.

3 dari 3 halaman

Israel Klaim Khan Younis Benteng Utama Hamas

IDF mengatakan Khan Younis telah menjadi benteng utama Hamas setelah serangan darat ke utara dimulai pada 27 Oktober, dengan empat dari 24 batalion kelompok itu disebut bermarkas di sana.

Para komandan Israel percaya bahwa hierarki Hamas, termasuk pemimpinnya Yahya Sinwar, mungkin bersembunyi di jaringan terowongan luas di bawah Khan Younis. Sinwar lahir di kamp pengungsi Khan Younis dan pada Rabu malam, Netanyahu mengatakan IDF mengepung rumah keluarga Sinwar.

"Kemarin saya katakan bahwa pasukan kami bisa menjangkau mana saja di Jalur Gaza. Hari ini mereka mengepung rumah Sinwar. Rumahnya mungkin bukan bentengnya dan dia bisa melarikan diri, tapi hanya masalah waktu sebelum kita menangkapnya," ujar Netanyahu.

Pada saat bersamaan, Amerika Serikat (AS) terus mendesak Israel untuk berbuat lebih banyak guna meminimalisir korban sipil. Namun, pejabat tinggi bantuan kemanusiaan PBB Martin Griffiths, mengatakan serangan IDF di Gaza Selatan sama buruknya dengan operasi mereka di Gaza Utara dan diplomasi AS tidak memberikan pengaruh apa pun terhadap hasilnya.