Sukses

PM Giorgia Meloni Ungkap Alasan Italia Keluar dari Inisiatif Sabuk dan Jalan China

Italia dilaporkan telah menarik diri dari Belt and Road Initiative atau Inisiatif Sabuk dan Jalan China (BRI), lebih dari empat tahun setelah menjadi satu-satunya negara Kelompok Tujuh (G7) yang mendaftar.

Liputan6.com, Jakarta - Italia dilaporkan telah menarik diri dari Belt and Road Initiative atau Inisiatif Sabuk dan Jalan China (BRI), lebih dari empat tahun setelah menjadi satu-satunya negara Kelompok Tujuh (G7) yang mendaftar.

Setelah berbulan-bulan ketidakpastian mengenai keterlibatan Italia dalam proyek ambisius tersebut, Roma menyampaikan keputusannya melalui surat baru-baru ini ke Beijing.

Dikutip dari laman Al Jazeera, Jumat (8/12/2023) Rencana Belt and Road Initiative mengusulkan investasi besar-besaran di bidang infrastruktur seperti jalan raya, jembatan dan pelabuhan untuk menciptakan kembali jalur perdagangan Jalur Sutra kuno yang menghubungkan Eropa dan Asia.

Para kritikus menilai skema ini sebagai sarana bagi Beijing untuk memperluas pengaruh geopolitiknya, termasuk dengan membebani negara-negara miskin dengan utang yang berkelanjutan.

“Kami mempunyai niat untuk menjaga hubungan baik dengan China meskipun kami tidak lagi menjadi bagian dari Inisiatif Sabuk dan Jalan,” kata sumber pemerintah Italia.

“Negara-negara G7 lainnya memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Tiongkok dibandingkan dengan kita, meskipun faktanya mereka tidak pernah tergabung dalam [BRI],” tambahnya.

Keputusan yang telah lama ditunggu-tunggu itu dikomunikasikan ke Beijing tiga hari lalu, menurut surat kabar Italia Corriere della Sera, yang pertama kali melaporkan penarikan tersebut.

 

2 dari 4 halaman

Alasan Italia Mundur dari BRI

Pada tahun 2019, Italia menjadi negara besar Barat pertama yang berpartisipasi dalam program ini, meskipun ada kekhawatiran AS bahwa China akan mendapatkan kendali atas teknologi dan infrastruktur penting.

Namun demikian, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, yang mulai menjabat tahun lalu, menyatakan keinginannya untuk mundur, dengan alasan kurangnya manfaat besar bagi Italia.

Perjanjian tahun 2019 akan berakhir pada bulan Maret 2024, dengan perpanjangan otomatis kecuali Roma memberikan pemberitahuan tertulis tiga bulan sebelumnya tentang penarikan diri.

Namun, Roma berhati-hati dalam memprovokasi Beijing dan mengambil risiko pembalasan terhadap perusahaan-perusahaan Italia.

3 dari 4 halaman

China Janjikan Pasar Terbuka dan Investasi Baru Miliaran Dolar untuk Proyek Belt and Road Initiative

Sebelumnya Xi Jinping menjanjikan perusahaan-perusahaan asing akses yang lebih besar ke pasar China dan pembiayaan baru lebih dari USD 100 miliar kepada negara-negara berkembang. Hal itu diungkapkannya saat membuka Belt and Road Initiative Forum pada Rabu (18/10/2023).

Belt and Road Initiative (BRI) yang menjadi ciri era Xi Jinping telah membangun pembangkit listrik, jalan raya, rel kereta api, dan pelabuhan di seluruh dunia serta memperdalam hubungan China dengan Afrika, Asia, Amerika Latin, dan Timur Tengah. Namun, di lain sisi, pinjaman besar-besaran untuk mendukung proyek-proyek BRI telah membebani sejumlah negara dengan utang yang besar, yang dalam beberapa kasus menyebabkan China mengambil kendali atas aset-aset tersebut.

Dalam pidatonya sambutannya di Aula Besar Rakyat yang penuh hiasan dan megah, Xi Jinping berjanji bahwa dua bank pembangunan yang didukung China, yaitu China Development Bank dan Export–Import Bank of China, masing-masing akan menyiapkan pendanaan sebesar USD 47,9 miliar. Tambahan USD 11 miliar akan diinvestasikan dalam Silk Road Fund untuk mendukung proyek-proyek BRI.

"Kami akan menghapus secara komprehensif pembatasan akses investasi asing di sektor manufaktur," kata Xi Jinping seperti dilansir AP, Kamis (19/10).

Dia mengatakan China akan lebih membuka perdagangan lintas batas dan investasi di bidang jasa serta memperluas akses pasar untuk produk digital dan melakukan reformasi di badan usaha milik negara dan di sektor-sektor seperti ekonomi digital, hak kekayaan intelektual, dan pengadaan pemerintah.

Janji-janji China datang pada saat perekonomian negara itu sedang melambat dan investasi asing anjlok.

Xi Jinping menyinggung upaya Amerika Serikat (AS) dan sekutunya untuk mengurangi ketergantungan mereka pada manufaktur dan rantai pasokan China di tengah meningkatnya persaingan dan perselisihan diplomatik, serta menegaskan kembali janji bahwa China akan menciptakan lingkungan yang lebih adil bagi perusahaan asing.

"Kami tidak terlibat dalam konfrontasi ideologis, permainan geopolitik, atau konfrontasi politik klik," tegas Xi Jinping. "Kami menentang sanksi sepihak, pemaksaan ekonomi, serta pemisahan dan pemutusan rantai (pasokan)."

4 dari 4 halaman

Putin Bela Belt and Road Initiative

Mengulangi keluhan soal upaya-upaya AS dimaksudkan untuk membatasi pertumbuhan China, Xi Jinping mengatakan bahwa memandang pembangunan negara lain sebagai ancaman atau menganggap saling ketergantungan ekonomi sebagai risiko tidak akan membuat kehidupan seseorang menjadi lebih baik atau mempercepat pembangunannya.

"China hanya bisa berhasil jika dunia juga baik-baik saja," ujarnya. "Ketika China berhasil dengan baik, dunia akan menjadi lebih baik lagi."

Perwakilan dari lebih dari 130 negara berkembang menghadiri BRI Forum, termasuk setidaknya 20 kepala negara dan pemerintahan. Kehadiran Presiden Vladimir Putin sendiri dinilai mencerminkan dukungan ekonomi dan diplomatik China terhadap Rusia di tengah isolasi yang diakibatkan oleh perang Ukraina.

Berbicara di BRI Forum tepat setelah Xi Jinping, Putin memuji BRI sungguh penting, global, berorientasi masa depan, bertujuan untuk menciptakan hubungan dunia yang lebih adil dan multipolar.

"Ini benar-benar sebuah rencana global," katanya, seraya menambahkan bahwa hal ini sejalan dengan rencana Rusia untuk membentuk ruang Eurasia yang luas, sebagai ruang kerja sama dan interaksi orang-orang yang berpikiran sama, di mana berbagai proses integrasi akan saling terkait.

Dia merujuk pada organisasi regional lainnya, seperti Organisasi Kerja Sama Shanghai yang berorientasi pada keamanan, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), dan Uni Ekonomi Eurasia yang beranggotakan negara-negara bekas Soviet.

Beberapa pejabat Eropa termasuk duta besar Prancis dan Italia untuk China serta mantan Perdana Menteri Perancis Jean-Pierre Raffarin keluar saat Putin berpidato dan kembali setelahnya.

Pada Selasa, Putin bertemu dengan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban, yang merupakan satu-satunya pemimpin pemerintah Uni Eropa yang menghadiri forum tersebut. Peristiwa itu adalah pertemuan langka seorang presiden Rusia dengan pemimpin Eropa sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.

Adapun pertemuan Putin dan Xi Jinping berlangsung setelah upacara pembukaan Belt and Road Initiative Forum.