Liputan6.com, Baghdad - Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Baghdad, Irak kembali diserang.
"Sekitar tujuh mortir mendarat di kompleks Kedutaan Besar AS di Bagdad dalam sebuah serangan pada Jumat 8 Desember 2023 pagi," kata seorang pejabat militer AS kepada Reuters, yang tampaknya merupakan salah satu serangan terbesar terhadap kedutaan dalam beberapa waktu terakhir.
Baca Juga
Peristiwa ini juga menandai pertama kalinya kedutaan AS ditembaki dalam kurun waktu lebih dari setahun, yang tampaknya memperluas jangkauan sasaran setelah puluhan serangan terhadap pangkalan militer yang menampung pasukan AS di Irak dan Suriah sejak pertengahan Oktober di tengah kekhawatiran akan meluasnya konflik di Irak dan Suriah.
Advertisement
Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab, namun serangan sebelumnya terhadap pasukan AS telah dilakukan oleh milisi yang bersekutu dengan Iran yang menargetkan kepentingan AS di Suriah dan Irak karena dukungan Washington terhadap Israel dalam perang Gaza.
Pejabat militer AS, yang berbicara tanpa menyebut nama, membuka kemungkinan bahwa lebih banyak proyektil ditembakkan ke kompleks kedutaan tetapi tidak mendarat di dalamnya.
Pejabat itu menambahkan bahwa serangan itu menyebabkan kerusakan yang sangat kecil tetapi tidak ada korban jiwa.
Ledakan terdengar di dekat kedutaan, di pusat ibu kota, sekitar pukul 04.00 (01.00 GMT) pada hari Jumat. Sirene yang meminta orang untuk berlindung diaktifkan.
Media pemerintah mengatakan serangan itu merusak markas besar badan keamanan Irak.
Pejabat militer AS menambahkan bahwa pangkalan udara Ain al-Asad, yang menampung pasukan AS dan pasukan internasional lainnya di Irak barat, juga menjadi sasaran namun proyektil tidak mendarat di pangkalan tersebut.
Â
Serangan ke Kedubes AS Tekanan Agar Israel Stop Serangan di Gaza?
Sheikh Ali Damoush, seorang pejabat senior di kelompok Hizbullah Lebanon, mengatakan dalam khotbah Jumat bahwa serangan oleh kelompok-kelompok yang bersekutu dengan Iran di Timur Tengah bertujuan untuk memberikan tekanan agar menghentikan serangan Israel di Jalur Gaza. Kendati demikian dia tidak merujuk secara spesifik pada serangan hari Jumat itu.
Lusinan serangan terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah diklaim dilakukan oleh sekelompok milisi Muslim Syiah yang bersekutu dengan Iran dan beroperasi di bawah bendera Islamic Resistance di Irak.
AS membalasnya dengan serangkaian serangan yang menewaskan sedikitnya 15 militan di Irak dan tujuh di Suriah.
Â
Advertisement
Tantangan Bagi PM Irak
Serangan-serangan tersebut merupakan tantangan bagi Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani, yang telah berjanji untuk melindungi misi luar negeri dan memanfaatkan stabilitas yang rapuh untuk fokus pada perekonomian dan menarik investasi asing, termasuk dari Amerika Serikat.
Sudani mengarahkan badan-badan keamanan untuk mengejar para pelaku, dengan menggambarkan mereka sebagai "kelompok yang tidak patuh dan tidak patuh hukum yang sama sekali tidak mewakili keinginan rakyat Irak," kata sebuah pernyataan dari kantornya.
Dia juga mengatakan bahwa merusak stabilitas, reputasi, dan menargetkan tempat-tempat yang telah menjadi komitmen Irak untuk dilindungi adalah tindakan terorisme.
Â
Pemerintah Irak Diminta Lindungi Personel dan Fasilitas Diplomatik Serta Koalisi AS
Seorang juru bicara kedutaan AS meminta pemerintah Irak untuk melakukan segala daya untuk melindungi personel dan fasilitas diplomatik dan koalisi.
"Kami menegaskan kembali bahwa kami berhak untuk membela diri dan melindungi personel kami di mana pun di dunia," kata jubir tersebut.
Selain staf diplomatiknya di Irak, Amerika Serikat memiliki sekitar 2.500 tentara di negara tersebut dengan misi yang dikatakan bertujuan untuk memberi nasihat dan membantu pasukan lokal dalam upaya mencegah kebangkitan ISIS, yang pada tahun 2014 menguasai sebagian besar wilayah kedua negara sebelum dikalahkan.
Kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran telah menembaki Israel dan kapal-kapalnya di Laut Merah dalam sebuah kampanye yang mereka katakan bertujuan untuk mendukung Palestina. Kapal perang AS telah menembak jatuh beberapa proyektil mereka.​
Advertisement