Liputan6.com, Manila - Pemerintah Filipina memanggil Duta Besar Republik Rakyat China (RRC) untuk meminta klarifikasi atas konfrontasi maritim yang baru-baru ini terjadi. Kapal RRC tertangkap kamera menembakan meriam air ke kapal milik Filipina.
Dilaporkan VOA Indonesia, Selasa (12/12), video yang dirilis oleh Garda Pantai Filipina menunjukkan kapal-kapal China menembakkan meriam air ke kapal-kapal Filipina selama dua misi pasokan terpisah di Scarborough Shoal dan sebuah garnisun kecil di Second Thomas Shoal pada hari Sabtu dan Minggu.
Baca Juga
Ada juga tabrakan antara kapal Filipina dan China di beting Second Thomas, tempat sejumlah tentara Filipina ditempatkan di kapal perang yang sengaja dikandaskan, dan kedua negara saling menyalahkan atas insiden itu.
Advertisement
Panglima militer Filipina Jenderal Romeo Brawner berada di kapal pasokan Filipina yang terlibat dalam tabrakan tersebut, kata para pejabat.
Protes diplomatik telah diajukan dan “duta besar China juga telah dipanggil”, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Filipina Teresita Daza pada konferensi pers, Senin.
Daza mengatakan, penetapan duta besar China Huang Xilian sebagai "persona non grata" di Filipina juga merupakan "sesuatu yang harus dipertimbangkan secara serius.”
Eskalasi Serius
Koresponden AFP di luar Kementerian Luar Negeri di Manila melihat sebuah SUV berbendera China memasuki kompleks tersebut sekitar pukul 15.00 waktu setempat. Kendaraan terlihat meninggalkan lokasi itu 45 menit kemudian.
Aksi menabrak dan aksi meriam air yang dilakukan China terhadap kapal-kapal Filipina, serta penggunaan perangkat akustik jarak jauh, merupakan “eskalasi serius” dari taktik Beijing, kata Jonathan Malaya, asisten Direktur Jenderal Dewan Keamanan Nasional Filipina, kepada wartawan.
Namun Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa tindakan garda pantainya bersifat “profesional” dan “terkendali”, dan pihaknya telah “menyampaikan pernyataan tegasnya” kepada Manila.
Garda Pantai China sebelumnya menuduh salah satu kapal pemasok Filipina sengaja menghantam kapalnya meskipun ada “peringatan keras”.
China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan sebagai wilayahnya dan mengabaikan keputusan pengadilan internasional yang menyatakan klaim mereka tidak memiliki dasar hukum.
Negara ini mengerahkan kapal-kapal untuk berpatroli di jalur perairan yang sibuk itu dan telah membangun pulau-pulau buatan yang telah dimiliterisasi untuk memperkuat klaimnya.
Advertisement