Sukses

Uni Eropa Sorot Pentingnya Kemitraan Strategis dengan Indonesia, Apresiasi RI Jadi Salah Satu Negara Demokrasi Terkuat di Asia

Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Denis Chaibi, menyoroti pentingnya kolaborasi antara Uni Eropa dan Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Denis Chaibi, menyoroti pentingnya kolaborasi antara Uni Eropa (UE) dan Indonesia. Ia menyatakan bahwa Indonesia adalah mitra strategis bagi UE.

"Kerja sama dengan Indonesia merupakan hal yang sangat penting bagi kami. Bukan hanya karena keperluan akan keberadaan Indonesia dalam aspek perdagangan dan investasi di Asia, tetapi juga sebagai bagian dari usaha untuk mengumpulkan negara-negara demokratis yang kuat di tengah kompleksitas tantangan global yang terus meningkat," ujar Dubes Chaibi dalam EU End-of-Year Media Gathering di Jakarta, Senin 11 Desember 2023.

Dubes Chaibi mengungkapkan apresiasinya terhadap Indonesia, sebagai salah satu negara demokrasi terkuat di Asia Tenggara, terutama melalui peran aktif Indonesia dalam ASEAN. Ia juga menyampaikan keinginan UE untuk terus bekerja sama dengan Indonesia.

"Kami berkeinginan untuk terus menjalin dialog dengan Indonesia mengenai kolaborasi dalam beberapa isu tertentu serta mencari upaya bersama untuk mencapai kemajuan," tutur Dubes Chaibi.

Kemudian, menurut Dubes Chaibi, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mendapatkan lebih banyak investasi dari Eropa, yang kemudian diharapkan mampu meningkatkan daya saing teknologinya.

"Kami percaya bahwa dengan investasi dari Eropa, Indonesia dapat menjadi kekuatan global dalam sektor energi, terutama dalam hal standar-standar yang lebih tinggi yang mungkin dibutuhkan. Kami ingin terlibat dalam perjalanan ini bersama Indonesia," ungkap Dubes Chaibi.

2 dari 2 halaman

Tantangan dan Keterlibatan Uni Eropa dalam Keberlanjutan

Dalam kesempatan ini, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Denis Chaibi, turut menyampaikan mengenai tantangan besar yang dihadapi dalam upaya mengubah gaya hidup demi menyelamatkan Bumi.

"Meskipun di sebagian besar negara anggota Uni Eropa, 20 hingga 50 persen populasi sudah berpartisipasi dalam perubahan perilaku untuk keberlanjutan, perubahan fundamental dalam gaya hidup tetap menjadi persoalan sulit," ujar Dubes Chaibi.

Dubes Chaibi menjelaskan bahwa di Eropa, transformasi tersebut melibatkan perubahan yang signifikan, mulai dari penggunaan mobil menjadi penggunaan sepeda listrik yang ramah lingkungan hingga lebih banyak berjalan kaki.

Dalam pandangan Dubes Chaibi, motivasi individu yang berkomitmen untuk keberlanjutan memainkan peran kunci dalam mendorong perubahan. Mereka berupaya agar pilihan gaya hidup mereka tercermin dalam aturan yang berlaku, tanpa mengharuskan orang lain mengikuti pola hidup yang sama.

Namun, Dubes Chaibi menggarisbawahi bahwa hal tersebut juga berkaitan dengan akses pasar. Uni Eropa menetapkan standar untuk produk yang masuk, sambil menghargai keberagaman gaya hidup dan kebutuhan setiap negara.

"Di Eropa, produk-produk yang diimpor harus mematuhi standar tertentu yang berkaitan dengan keberlanjutan. Namun, tak ada niat untuk memaksakan gaya hidup yang sama pada Indonesia karena konteks yang berbeda," jelas Dubes Chaibi.