Sukses

Diklaim Kasus Pertama di Dunia, Tenggorokan Pria Ini Robek dan Bolong Akibat Tahan Bersin

Ketika ingin bersin, pria tersebut justru menutup mulut dan hidungnya.

Liputan6.com, Jakarta - Banyak dari kita kerap menahan bersin karena mungkin berada di tengah rapat atau situasi hening.

Rupanya, hal yang terdengar sederhana itu mencelakakan seorang pria yang kini memiliki lubang di tenggorokannya akibat menahan bersin.

Dalam kasus yang diklaim pertama di dunia yang diketahui, lubang kecil muncul di tenggorokan pria tersebut akibat berusaha menahan bersin.

Dilansir Live Science, Selasa (12/12/2023), insiden tersebut terjadi ketika ia tengah mengemudi dan merasa ingin bersin. Alih-alih melepaskan bersinnya, ia justru menahannya dengan menutup hidung dan mulutnya.

Padahal, ketika seseorang bersin dan mulut serta hidungnya tertutup, tekanan yang dihasilkan di saluran napas bagian atas bisa melebihi 20 kali lipat dari tekanan normal. Dalam kasus pria tersebut, tekanannya begitu besar sehingga muncul lubang berukuran 0,08 inci di tenggorokannya.

Ketika pria itu tiba di Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit, ia merasa sakit dan lehernya bengkak di kedua sisi. Saat dokter memeriksanya, suaranya terdengar berderak samar. Namun, pria tersebut tidak mengalami masalah pernapasan, menelan, atau berbicara.

Hasil rontgen lehernya menunjukkan bahwa pria tersebut menderita emfisema bedah, suatu kondisi di mana udara terperangkap di bawah lapisan jaringan terdalam di bawah kulit.

Pemindaian tomografi komputer (CT) kemudian menunjukkan bahwa robekan itu terjadi di antara tulang ketiga dan keempat, atau tulang belakang, di lehernya. Udara juga terkumpul di ruang dada di antara paru-parunya.

 

2 dari 4 halaman

Disebabkan Peningkatan Tekanan

Dokter menyimpulkan bahwa robekan tersebut disebabkan oleh "peningkatan tekanan yang cepat di trakea saat bersin dengan hidung terjepit dan mulut tertutup."

Dokter memutuskan bahwa pria tersebut tidak memerlukan operasi. Namun, dia dipantau di rumah sakit selama dua hari untuk memastikan kadar oksigen dan tanda-tanda vital lainnya tetap stabil.

Pria itu kemudian dipulangkan dan diberikan obat pereda nyeri dan demam. Dokternya juga menyuruhnya untuk tidak melakukan aktivitas fisik berat selama dua minggu.

Lima minggu kemudian, CT scan menunjukkan bahwa robekannya telah sembuh total.

3 dari 4 halaman

Jadi Peringatan Bagi Orang Lain

Pada akhirnya, pria tersebut mengalami luka dengan kategori cukup ringan.

Namun dokter yang terlibat dalam kasusnya, seperti yang dijelaskan dalam laporan yang diterbitkan pada 1 Desember di jurnal BMJ Case Reports, mengatakan bahwa hal tersebut harus menjadi peringatan bagi orang lain.

"Setiap orang disarankan untuk tidak menahan bersin dengan menutup hidung sambil menutup mulut karena dapat mengakibatkan perforasi trakea (batang tenggorokan)," tulis penulis laporan kasus tersebut.

 

4 dari 4 halaman

Jarang Terjadi Namun Berpotensi Mematikan

Robeknya tenggorokan secara spontan jarang terjadi namun berpotensi mematikan.

Hanya sedikit kasus yang pernah dilaporkan, dan biasanya disebabkan oleh trauma fisik atau cedera setelah prosedur medis, seperti operasi pengangkatan kelenjar tiroid atau pemasangan selang ke tenggorokan.