Liputan6.com, Beirut - Kedutaan Besar Irak di Beirut mengalami musibah maut saat sebuah bom seberat 220 pon (90 kg) menghancurkan gedung berlantai lima tersebut pada 15 Desember 1981.Â
Kejadian ini menewaskan sedikitnya 25 orang dan melukai 100 lainnya yang berada di dalam gedung kedutaan tersebut menurut laporan pekerja Palang Merah sebagaimana dilansir dari UPI, Rabu (13/12/2023).
Baca Juga
Siang hari di tanggal itu, ledakan bom dahsyat ini merobohkan pilar-pilar dan meratakan lima lantai bangunan dengan tanah, menyisakan reruntuhan dan korban terperangkap di dalamnya. Polisi memperkirakan jumlah korban tewas bisa meningkat lebih dari 25 orang.
Advertisement
Duta Besar Irak Abdel Razzak Lafteh, yang berada dalam lift saat ledakan terjadi dilaporkan terhempas ke dalam terowongan. Namun, ia berhasil keluar dari reruntuhan tanpa cedera. Ia kemudian mengarahkan evakuasi korban, baik yang tewas maupun terluka.
Sebuah panggilan anonim mengatasnamakan Tentara untuk Pembebasan Kurdistan yakni sebuah wilayah di bawah kendali Irak, mengklaim tanggung jawab atas serangan ini. Panggilan tersebut ditujukan kepada Radio Phalangist.
Dikabarkan, ledakan ini menjadi serangan teroris paling dahsyat saat itu terhadap misi diplomatik di Beirut yang tengah dilanda perang.
Setelah itu, pasukan Suriah dan Irak bergerak mengelilingi bangunan yang hancur. Mereka mengeluarkan tembakan senjata otomatis untuk mengusir wartawan dan pejalan kaki yang penasaran. Sementara itu, buldoser sedang dimanfaatkan untuk menemukan mayat korban yang terkubur di reruntuhan.
Dampak serangan bom ini menyebabkan tiga perempat bangunan kedutaan rata dengan tanah. Sementara pecahan kaca berserakan di jalan sekitar di bawah awan debu dan asap.Â
Polisi menuturkan bahwa para teroris tampaknya membuat terowongan melalui tanah berpasir untuk mencapai kompleks kedutaan yang saat itu memang dijaga ketat. Dikatakan bahwa teroris tersebut menanam bom TNT seberat 220 pon (90 kg) di antara enam pilar bangunan kedutaan.
Namun, sumber lain mengatakan bahwa terdapat kemungkinan peledakan persenjataan yang disimpan di dalam kedutaan untuk tujuan keamanan.
Demonstrasi dan Kondisi Diplomatik di Beirut
Lokasi ledakan di distrik tepi laut Beirut ini dikatakan menyerupai kamp bersenjata, dengan pasukan Suriah melakukan penutupan jalan sementara sejumlah orang bersenjata ikut membawa korban luka ke rumah sakit dengan menaiki atap ambulans.
Selain itu, demonstrasi kemarahan juga terjadi di Beirut Barat yakni wilayah kekuasaan Suriah. Orang bersenjata asal Irak serta simpatisan dari Palestina dan Lebanon turun ke jalan. Mereka memblokir persimpangan setelah ledakan ini.
Wilayah Beirut sendiri merupakan lokasi perang rahasia antara Irak dan Iran di mana sekitar belasan diplomat kedua negara tewas sejak Perang Gult Persia pada 1980 pecah pada September 1980.
Tak hanya itu, sebelumnya dikabarkan bahwa Bank Rafidein Irak sempat terkena beberapa sasaran dari roket.
Misi diplomatik lainnya pun tak terkena dampak dari peperangan yang terjadi di antara berbagai pemerintahan Arab dan milisi bersenjata di Lebanon sejak perang saudara pecah di negara tersebut pada 1975.
Advertisement