Sukses

Ketika Netanyahu Sesumbar Tak Ada Yang Bisa Hentikan Israel

PM Israel Benjamin Netanyahu tak takut dengan resolusi PBB.

Liputan6.com, Tel Aviv - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sesumbar bahwa tidak akan ada yang bisa menghentikan serangan Israel di Jalur Gaza. Ia pun tidak gentar pada tekanan internasional.

Seperti diketahui, baru-baru ini PBB telah meloloskan resolusi yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza. Ada 153 negara yang memberikan dukungan, termasuk sejumlah negara-negara Barat. 

Tetapi saat melakukan briefing dengan militer Israel, Benjamin Netanyahu menegaskan tak ada yang bisa menghentikan negaranya. 

"Tidak ada yang akan menghentikan kita, kita akan pergi hingga akhir, menuju kemenangan, tidak kurang dari itu," tegas Netanyahu pada video yang ia posting di Twitter.com. 

Benjamin Netanyahu berkata misi Israel adalah memberantas Hamas di Jalur Gaza. Meski korban jiwa sudah tembus 18 ribu orang, Netanyahu tidak menunjukkan tanda-tanda ingin melakukan gencatan senjata. 

Namun, Netanyahu masih punya satu pendukung: Presiden AS Joe Biden. 

Amerika Serikat merupakan satu dari 10 negara yang menolak resolusi PBB untuk gencatan senjata. (Negara lain yang menolak termasuk Austria, Paraguay, dan Papua Nugini). 

Pada perayaan hari Hanukkah di Gedung Putih, Presiden Joe Biden juga menegaskan posisinya sebagai seorang Zionis. 

"Saya adalah Zionis," ucap Joe Biden. Ia pun berkomitmen akan terus lanjut memberikan bantuan militer ke Israel untu bisa mengalahkan Hamas. 

Berdasarkan polling PBS, dukungan masyarakat AS ke perang ternyata tidak besar. 32 persen mendukung bantuan pendanaan ke Ukraina dan Israel, akan tetapi 36 persen lainnya menolak bantuan untuk keduanya. Survey itu melibatkan 1.259 orang dengan margin of error plus/minus 3,5 persen poin.

2 dari 4 halaman

Israel Dilaporkan Pompa Air Laut untuk Membanjiri Terowongan Hamas di Gaza, Nasib Sandera Terancam

Militer Israel dilaporkan mulai memompa air laut ke dalam kompleks terowongan Hamas di Gaza, Wall Street Journal dan ABC News melaporkan pada Selasa 12 Desember 2023, mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya.

Wall Street Journal melaporkan prosesnya kemungkinan akan memakan waktu berminggu-minggu. ABC News melaporkan bahwa banjir tampaknya terbatas ketika Israel mengevaluasi efektivitas strategi tersebut.

Sejauh ini belum ada komentar dari Militer Israel atas laporan tersebut. Juru bicara Kementerian Pertahanan Israel pun tak berkomentar.

Beberapa pejabat pemerintahan Joe Biden mengatakan proses tersebut dapat membantu menghancurkan terowongan, tempat Israel yakin kelompok militan tersebut menyembunyikan sandera, dan amunisi, Wall Street Journal melaporkan, mengutip Arab News, Kamis (14/12/2023).

Pejabat lain telah menyatakan kekhawatirannya bahwa air laut akan membahayakan pasokan air bersih di Gaza, tambah Journal.

Sementara itu, NY Post mengutip Wall Street Journal dari pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, melaporkan bahwa air dari Mediterania adalah salah satu dari beberapa tindakan yang digunakan Israel Defense Forces/IDF atau Pasukan Pertahanan Israel untuk membersihkan dan memusnahkan bermil-mil terowongan yang saling terkait.

Awal bulan Desember ini, outlet tersebut melaporkan bahwa taktik tersebut sedang "dipertimbangkan" setelah IDF membangun setidaknya lima pompa sekitar satu mil di utara kamp pengungsi Al-Shati yang dapat digunakan untuk menarik air laut untuk mengalir keluar dari terowongan.

Adapun kabarnya banjir akan terjadi di terowongan ketika Israel menambahkan dua pompa lagi ke lima pompa tersebut dan IDF melakukan beberapa tes awal, kata para pejabat AS kepada WSJ.

 

3 dari 4 halaman

Ada 800 Terowongan di Gaza

Laporan WSJ soal pemompaan air laut ke terowongan Hamas ini juga masih dalam tahap awal dan keefektifannya masih dipelajari, dan masuk dalam taktik memberantas Hamas termasuk serangan udara, bahan peledak cair, dan pengiriman anjing, drone, dan robot ke dalam terowongan.

Ditanya soal kabar membanjiri terowongan Hamas pada hari Kamis, Presiden Joe Biden menjelaskan bahwa hal itu dapat menyebabkan kematian sekitar 100 sandera yang masih ditahan oleh kelompok tersebut.

Pekan lalu, Kepala Staf IDF Letjen Herzl Halevi mengatakan membanjiri terowongan adalah "ide yang bagus, tapi saya tidak akan berkomentar secara spesifik," lapor Times of Israel.

Dalam rekaman yang dilaporkan antara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan para sandera yang dibebaskan serta keluarga mereka, warga Israel dengan marah mengatakan kepadanya bahwa mereka khawatir banjir akan membunuh orang-orang yang mereka cintai, menurut laporan Wall Street Journal.

Adapun pada tahun 2015, Mesir pernah membanjiri terowongan penyelundupan antara Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai dengan air laut, sehingga memicu keluhan bahwa hal tersebut merusak tanah.

IDF pekan lalu mengumumkan bahwa pasukan telah menemukan lebih dari 800 terowongan sejak awal serangan darat terhadap Hamas.

Sekitar 500 di antaranya telah hancur.​​

4 dari 4 halaman

153 Negara Setuju Resolusi Gencatan Senjata di Gaza, Namun 10 Negara Menolak

Sebanyak 153 negara mendukung resolusi gencatan senjata di Jalur Gaza. Hanya 10 negara yang menolak, termasuk Amerika Serikat, Israel, Paraguay, dan Papua Nugini.

Ada tiga permintaan penting di resolusi itu berdasarkan laporan UN News, Selasa (12/12). 

1. Menuntut gencatan senjata kemanusiaan secepatnya.

2. Menegaskan permintaan kepada semua pihak agar mematuhi tanggung jawab-tanggung jawab di bawah hukum internasional, termasuk hukum kemanusiaan internasional, terutama terkait perlindungan rakyat sipil.

3. Menuntut pelepasan secepatnya dan tanpa syarat semua tawanan, serta memastikan akses kemanusiaan.

Tiga anggota Dewan Keamanan PBB mendukung resolusi gencatan senjata di Jalur Gaza, yakni Prancis, China, dan Rusia.

Sejumlah negara Barat juga terpantau mendukung resolusi ini, termasuk Norwegia, Denmark, Finlandia, Kanada, Kroasia, Irlandia, dan Estonia.

Ada 10 negara yang menolak resolusi ini, yakni Austria, Czechia, Guatemela, Israel, Liberia, Micronesia, Nauru, Papua Nugini, Paraguay, dan Amerika Serikat.

Sebelum resolusi ini lolos, Duta Besar Israel Gilad Erdan menyuarakan kekesalannya karena resolusi itu tidak mengecam Hamas.

"Tidak hanya resolusi ini gagal untuk mengecam Israel untuk kejahatan terhadap kemanusiaan, ini tidak menyebut Hamas sama sekali. Ini hanya akan memperlama kematian dan kehancuran di kawasan, itulah tepatnya arti dari gencatan senjata," ujar Gilad Erdan.

Lebih lanjut, Erdan mengklaim Israel sudah lama telah membantu akses kemanusiaan ke Gaza. 

"Kita semua tahu bahwa panggilan gencatan senjata kemanusiaan di resolusi ini tidak terkait kemanusiaan. Israel telah mengambil setiap tindakan untuk memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan ke dalam Gaza," katanya.