Sukses

NASA Deteksi Ledakan Matahari Terbesar Sejak Tahun 2017, Sempat Mengganggu Komunikasi Radio di Bumi

Matahari melontarkan suar besar dibarengi dengan ledakan radio masif pada Kamis (14/12), menyebabkan interferensi radio selama dua jam di beberapa bagian Amerika Serikat (AS) dan bagian dunia lainnya yang diterangi Matahari.

Liputan6.com, Washington, DC - Teleskop milik Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (National Aeronautics and Space Administration/NASA) mendeteksi suar atau ledakan matahari terbesar dalam beberapa tahun terakhir, yang sempat mengganggu komunikasi radio di Bumi.

Dilansir VOA Indonesia, Sabtu (16/12/2023), matahari melontarkan suar besar dibarengi dengan ledakan radio masif pada Kamis (14/12), menyebabkan interferensi radio selama dua jam di beberapa bagian Amerika Serikat (AS) dan bagian dunia lainnya yang diterangi Matahari.

Para ilmuwan di Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (National Oceanic and Atmospheric Administration/NOAA) mengatakan ledakan ini adalah yang terbesar sejak 2017. Semburan radionya sangat luas, bahkan memengaruhi frekuensi yang lebih tinggi.

Shawn Dahl dari Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa NOAA pada Jumat (15/12) mengatakan kombinasi itu menghasilkan salah satu kejadian radio surya paling besar yang pernah tercatat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gangguan Komunikasi

Sejumlah pilot melaporkan gangguan komunikasi dengan dampak yang terasa di seluruh penjuru AS, menurut pusat ramalan cuaca antariksa.

Para ilmuwan sekarang memantau wilayah bintik Matahari ini dan menganalisis kemungkinan ledakan plasma dari Matahari, yang juga dikenal sebagai lontaran massa koronal, yang mungkin mengarah ke Bumi.

Hal ini dapat mengakibatkan badai geomagnetik, kata Dahl, yang pada gilirannya dapat mengganggu sinyal radio frekuensi tinggi di lintang yang lebih tinggi dan memicu cahaya utara atau aurora, dalam beberapa hari mendatang.

3 dari 3 halaman

Erupsi Surya

Erupsi surya itu terjadi di bagian paling barat Matahari. Observatorium Dinamika Surya NASA menangkap aksi tersebut dalam sinar ultraviolet ekstrem dan merekam gelombang energi yang kuat sebagai kilatan cahaya yang sangat besar dan terang.

Diluncurkan 2010, pesawat ruang angkasa ini berada pada orbit yang sangat tinggi mengelilingi Bumi, di mana ia terus memantau matahari.

Matahari mendekati puncak siklus matahari selama 11 tahun atau lebih. Aktivitas bintik matahari maksimum diperkirakan terjadi pada 2025.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini