Sukses

Hamas Dinilai Solid Secara Finansial, Mampu Bertahan dalam Perang Melawan Israel

Melemahkan aliran pendapatan Hamas diyakini akan menjadi tugas yang berat.

Liputan6.com, Ottawa - Hamas telah menjadi fokus serangan Israel yang belum kunjung henti di Jalur Gaza. Dengan sumber keuangan yang dinilai tangguh dan beragam, Hamas diperkirakan akan memiliki dana perang yang signifikan sekalipun konflik berkepanjangan.

Perdana MenteriBenjamin Netanyahu telah bersumpah memusnahkan Hamas pasca serangan kelompok itu pada 7 Oktober yang diklaim Israel menewaskan setidaknya 1.139 orang dan menyandera sekitar 250 orang.

Melalui kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran hingga akhir November, sejumlah sandera berhasil ditukarkan dengan tahanan Palestina hingga kini dilaporkan tersisa 129 sandera.

Otoritas kesehatan Jalur Gaza menyatakan serangan Israel yang tidak pandang bulu selama dua bulan terakhir di wilayah kantong itu telah menewaskan setidaknya 18.800 orang. Sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.

Sementara Israel mengejar tujuan militernya, melemahkan aliran pendapatan Hamas diyakini juga akan menjadi tugas yang berat.

"Hamas solid secara finansial," kata presiden kelompok Insight Threat Intelligence asal Kanada Jessica Davis kepada AFP seperti dilansir Al Arabiya, Senin (18/12/2023).

"Dalam dekade terakhir atau bahkan lebih lama lagi, mereka telah menciptakan jaringan keuangan yang tangguh."

Jessica menuturkan bahwa kelompok tersebut telah membangun investasi dan sumber pendapatan di banyak negara tanpa mengalami gangguan. Menurutnya, sumber-sumber pendapatan Hamas tersebut mencakup usaha kecil dan real estate di negara-negara seperti Turki, Sudan, dan Aljazair.

Hamas disebut juga bergantung pada jaringan donasi informal.

"Mereka sangat baik dalam mengembangkan dan mengoperasikan sistem penukaran uang yang sangat kompleks," kata pakar ekonomi Palestina dari Israel Yitzhak Gal, merujuk pertukaran yang dilakukan melalui Turki, Uni Emirat Arab, Eropa, dan bahkan Amerika Serikat (AS).

Jumlah pendonor Hamas pun belum tentu berkurang pasca 7 Oktober.

"Meskipun melakukan kekejaman, Hamas tampaknya telah mendapatkan dukungan dari segmen populasi tertentu secara internasional sebagai pelopor perlawanan," jelas Lucas Webber, salah satu pendiri situs spesialis Militant Wire.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Iran dan Qatar Mainkan Peran Penting?

Selama bertahun-tahun, Iran disebut telah menjadi pendukung utama Hamas.

Perkiraan kontribusi tahunan Iran terhadap kelompok itu dikabarkan antara USD 70 juta dan USD 100 juta, melalui beragam sumber yang mencakup pembayaran dalam mata uang kripto, uang tunai, transfer melalui bank asing, dan sistem informal hawala.

Gal meyakini bahwa bantuan Iran dalam bentuk peralatan militer diselundupkan pada tahun-tahun lalu dari Mesir melalui terowongan yang digali antara Jalur Gaza dan Gurun Sinai, yang kini telah diblokade.

Menyusul kemenangan Hamas dalam pemilu tahun 2006 dan perebutan kekuasaan pada tahun berikutnya, perbedaan antara uang yang diperuntukkan bagi 2,4 juta penduduk di wilayah tersebut dan keuangan kelompok itu sendiri menjadi kabur.

"Apa pun yang masuk akan masuk ke Hamas dan mereka memutuskan siapa yang akan hidup dan siapa yang akan mati," klaim Gal.

Lebih lanjut, kata Gal yang merupakan spesialis di think tank Mitvim, dari anggaran Jalur Gaza sebesar USD 2,5 miliar, USD 1,1 miliar di antaranya berasal dari Otoritas Palestina dengan persetujuan Israel.

Adapun komunitas internasional selama ini mendanai UNRWA, yaitu Badan PBB untuk Pengungsi Palestina.

Pembayaran gaji pegawai negeri, seperti dokter dan guru, serta dana sebesar USD 100 per bulan kepada 100.000 keluarga termiskin di Jalur Gaza dibiayai oleh Qatar. Menurut Doha, mereka merogoh kocek sebesar USD 1,49 miliar antara tahun 2012 dan 2021 untuk kepentingan tersebut.

3 dari 3 halaman

Wacana Memusnahkan Hamas Dinilai Tidak Realistis

Pada tahun 2021, Qatar yang dikenal sebagai emirat kaya gas, yang menjadi tuan rumah biro politik Hamas di ibu kotanya dengan restu AS, menjanjikan pendanaan tahunan sebesar USD 360 juta untuk Jalur Gaza.

Namun, Doha membantah memberikan bantuan keuangan kepada Hamas.

"Tanpa kecuali, seluruh bantuan Qatar sepenuhnya dikoordinasikan dengan Israel, pemerintah AS, dan PBB," kata seorang pejabat Qatar kepada AFP. "Semua barang seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar melewati Israel sebelum memasuki Gaza."

Pekan lalu, pemimpin negosiator dan diplomat Qatar Abdulaziz Al-Khulaifi, mengindikasikan bahwa pendanaan emirat itu untuk Jalur Gaza akan terus berlanjut.

Pada Oktober, Washington menjatuhkan sanksi terhadap 10 anggota utama Hamas. Namun, memusnahkan Hamas sepenuhnya dinilai tidak mungkin dilakukan.

"Prospek kehancuran total keuangan Hamas dalam jangka panjang tidaklah realistis," ujar Davis. "Anda bisa mengganggunya, Anda bisa mengeluarkan pemain-pemain kunci, Anda bisa meminimalkan sumber dana, tapi jaringan, infrastruktur akan selalu ada dan jika grup tersebut masih memiliki pendukung, mereka bisa memiliki pengaruh untuk membantu."

Gal berpendapat keuangan Hamas erat kaitannya dengan masa depan Jalur Gaza.

"Ketika perang berhenti dan kehidupan normal kembali berjalan, pertanyaannya adalah: apakah seluruh sistem pembiayaan ini akan dilanjutkan atau diubah?" kata Gal. "Jalur Gaza sekarang menjadi salah satu kamp pengungsi yang besar. Siapa yang akan bertanggung jawab menyediakan makanan, air dan tempat berlindung bagi para pengungsi ini, Hamas atau organisasi lain, mekanisme lain?"

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.