Liputan6.com, Washington, DC - Perwakilan pemerintah Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab melakukan pertemuan untuk membahas situasi geopolitik, termasuk perang yang terjadi di Jalur Gaza. Pertemuan digelar di Abu Dhabi antara penasihat keamanan nasional dari dua negara tersebut.
Berdasarkan pernyataan resmi Gedung Putih, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan membahas perdamaian rakyat Israel dan Palestina bersama counterpart-nya dari UEA, yakni Tahnoun bin Zayed. Keduanya bertemu pada Jumat lalu (15/12).
Baca Juga
Keduanya membahas "upaya-upaya berjalan untuk membawa perdamaian yang adil dan bertahan antara rakyat Israel dan Palestina".
Advertisement
"Mr. Sullivan berterima kasih kepada UEA dan kepemimpinan personal Presiden Mohamed bin Zayed atas kontribusi-kontribusi signifikan terhadap respons kemanusiaan yang berlangsung di Gaza, termasuk mendirikan rumah sakit lapangan untuk rakyat sipil Palestina," tulis rilis resmi Gedung Putih, dikutip Senin (18/12).
Kedua penasihat keamanan disebut juga membahas konflik di Sudan, serta cara menanggulangi ancaman-ancaman dari pasukan Houthi di Laut Merah.
Sebelumnya dilaporkan bahwa pasukan Houthi menyerang kapal-kapal niaga yang melewati Laut Merah. Politico melaporkan bahwa kapal perang AS telah berangkat ke kawasan tersebut untuk menangkal serangan Houthi.
Jake Sullivan turut mengapresiasi UEA yang berhasil melaksanakan COP28 beberapa waktu lalu. Kedua pihak juga menyentuh isu-isu investasi di masa yang akan datang, serta koordinasi pertahanan, stabilitas dan integrasi regional, serta upaya bersama untuk mempromosikan agenda afirmasi untuk rakyat kawasan Timur Tengah.
Israel Klaim Temukan Terowongan Terbesar Hamas Sepanjang 4 KM dan Bisa Dilintasi Mobil
Sebelumnya dilaporkan, militer Israel pada hari Minggu (17/12/2023) mengatakan menemukan sebuah terowongan besar di Jalur Gaza, tepatnya di dekat lokasi yang dulunya merupakan jalur tersibuk untuk menyeberang ke Israel.
Pintu masuk ke terowongan hanya berjarak beberapa ratus meter dari persimpangan Erez yang dijaga ketat, di mana juga terdapat pangkalan militer Israel di dekatnya.
Menurut militer Israel, terowongan itu membentang lebih dari empat kilometer, terhubung dengan jaringan terowongan yang luas di seluruh Jalur Gaza dan cukup lebar untuk dilewati mobil. Terowongan yang sama diklaim pula memfasilitasi transit kendaraan, militan, dan pasokan dalam persiapan serangan ke Israel selatan pada 7 Oktober.
Pada hari itu, kelompok Palestina militan disebut menggunakan granat berpeluncur roket untuk menerobos bagian tembok dekat penyeberangan Erez dan menyerbu pangkalan militer Israel, menewaskan sedikitnya tiga tentara dan menculik beberapa di antaranya.
Serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya tersebut memicu pembantaian Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza hingga detik ini, menewaskan lebih dari 18.000 orang. Membela serangan membabi butanya ke Jalur Gaza, Israel mengatakan jaringan terowongan Hamas terbentang di bawah sekolah, rumah sakit, dan kawasan permukiman.
Pejabat militer, intelijen, dan politik Israel mendapat kecaman keras karena gagal mendeteksi serangan pada 7 Oktober.
Juru bicara militer Israel Mayor Nir Dinar menuturkan bahwa dinas keamanan Israel tidak mengetahui tentang terowongan tersebut sebelum 7 Oktober karena pertahanan perbatasan Israel hanya mendeteksi terowongan yang dimaksudkan untuk memasuki Israel.
"Sejauh yang saya tahu, terowongan ini tidak melintasi Gaza ke Israel dan berhenti dalam jarak 400 meter dari perbatasan, yang berarti indikator tidak menunjukkan bahwa terowongan sedang dibangun," kata Dinar, seperti dilansir AP, Senin (18/12).
Dia menambahkan bahwa pintu masuk, berupa bukaan semen melingkar yang mengarah ke lorong besar, terletak di bawah garasi, menyembunyikannya dari drone dan citra satelit Israel.
Â
Advertisement
Terowongan di Jalur Gaza
Meskipun militer Israel sadar bahwa Hamas memiliki jaringan terowongan yang luas, namun Dinar mengatakan mereka tidak berpikir kelompok militan itu akan mampu melancarkan serangan skala besar.
"Tidak mengherankan bahwa ini adalah strategi Hamas selama ini," ungkap Dinar. "Yang mengejutkan adalah mereka berhasil dan ukuran terowongan ini … sungguh mengejutkan."
Dinar, yang mengunjungi terowongan itu pada Jumat (15/12), mengatakan terowongan itu dua kali lebih tinggi dan tiga kali lebar dari terowongan lain yang ditemukan di Jalur Gaza.
Terowongan itu, sebut Dinar, dilengkapi ventilasi dan listrik serta menyelam 50 meter di bawah tanah di beberapa titik. Dia mengatakan jelas bahwa jutaan dolar serta sejumlah besar bahan bakar dan tenaga kerja dibutuhkan untuk membangun dan memelihara terowongan tersebut.
Penyeberangan Erez, sebuah fasilitas mirip benteng yang memproses pergerakan warga Palestina ke Israel untuk bekerja, perawatan medis dan transit ke negara tetangga Yordania, dilaporkan memiliki nilai simbolis yang besar bagi Hamas. Penyeberangan besar-besaran itu dilindungi oleh kamera keamanan dan patroli militer serta pangkalan militer yang berdekatan.
Penyeberangan tersebut mengalami kerusakan parah pada 7 Oktober dan belum dibuka kembali.
Â
Terowongan Akan Dihancurkan
Militer Israel mengatakan unit khusus "Yahalom", yang berspesialisasi dalam peperangan terowongan, telah berupaya menggali terowongan tersebut sejak pertama kali terdeteksi. Mereka mengaku menemukan senjata di dalamnya.
"Saat ini, ini adalah terowongan terbesar di Gaza," tutur kepala juru bicara militer Laksamana Muda Daniel Hagari saat mengunjungi pintu masuk terowongan pada Jumat (15/12).
Sementara itu, militer Israel juga mengumumkan pada Jumat bahwa mereka telah menemukan mayat dua tentara Israel yang bekerja di pangkalan tersebut pada 7 Oktober di Gaza.Â
Pada hari Minggu, Hagari mengungkapkan pasukan Israel telah menemukan setidaknya dua terowongan "seukuran kota" dengan cakupan serupa, yang masih mereka petakan. Dia mencatat bahwa terowongan tersebut digunakan selama perang dan tentara Israel telah membunuh militan Hamas di dalam terowongan itu.
Hagari menyatakan pihaknya berencana menghancurkan terowongan yang baru ditemukan dan terus memburu militan yang bersembunyi di terowongan lain.
"Kami akan memburu mereka meski kami harus turun ke terowongan," ujar Hagari. "Kami juga perlu melakukannya dengan perhatian pada penyelamatan sandera kami dan pemahaman bahwa mungkin beberapa dari mereka berada di dalam terowongan."
Advertisement