Sukses

PBB: 576.600 Warga Palestina di Jalur Gaza Kelaparan Akibat Serangan Israel

Tingkat kelaparan penduduk Jalur Gaza, bahkan melampaui yang terjadi di Afghanistan dan Yaman dalam beberapa tahun terakhir. Laporan itu memperingatkan bahwa risiko kelaparan meningkat setiap hari yang dipicu oleh kurangnya bantuan yang masuk.

Liputan6.com, Gaza - Laporan yang dirilis pada Kamis (21/12/2023) oleh PBB dan sejumlah lembaga non-pemerintah mengungkapkan bahwa seluruh penduduk di Jalur Gaza berada dalam krisis pangan, dengan 576.600 orang berada pada tingkat bencana atau kelaparan akibat serangan Israel sejak 7 Oktober.

"Ini adalah situasi di mana hampir semua orang di Gaza kelaparan," tutur kepala ekonom Program Pangan Dunia (WFP) Arif Husain, seperti dilansir AP, Jumat (22/12/2023)

"Orang-orang sangat, sangat dekat dengan wabah penyakit dalam jumlah besar karena sistem kekebalan tubuh mereka menjadi sangat lemah lantaran tidak mendapatkan cukup makanan."

Menurut angka-angka dalam laporan tersebut, tingkat kelaparan penduduk Jalur Gaza, bahkan melampaui yang terjadi di Afghanistan dan Yaman dalam beberapa tahun terakhir. Laporan itu memperingatkan bahwa risiko kelaparan meningkat setiap hari yang dipicu oleh kurangnya bantuan yang masuk.

"Saya belum pernah melihat hal sebesar ini terjadi di Gaza. Dan secepat ini," ungkap Husain.

Israel sendiri mengaku pihaknya sedang dalam tahap akhir untuk membasmi kelompok Hamas dari Gaza Utara, namun pertempuran masih akan berlangsung di Gaza Selatan selama berbulan-bulan mendatang.

Melansir Al Jazeera, korban tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza telah melampaui 20.000 orang. Media pemerintah Jalur Gaza menyebutkan bahwa setidaknya 8.000 anak dan 6.200 perempuan adalah bagian dari mereka yang dibunuh Israel.

Adapun sekitar 1,9 juta warga Jalur Gaza - lebih dari 80 persen populasi - terusir dari rumah-rumah mereka dan banyak dari mereka berlindung di fasilitas-fasilitas PBB.

Perang Hamas Vs Israel turut menyebabkan kehancuran sektor kesehatan Jalur Gaza. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan, hanya sembilan dari 36 fasilitas kesehatan yang masih berfungsi, itupun hanya sebagian dan seluruhnya terletak di Gaza Selatan.

Pengeboman dan pertempuran masih berlangsung dan internet serta komunikasi yang terputus selama beberapa hari secara bertahap mulai kembali normal di seluruh wilayah Jalur Gaza.

2 dari 3 halaman

Israel Sebut PBB Mengeluh Melulu

Anggota Dewan Keamanan (DK) PBB sedang merundingkan resolusi yang disponsori Arab untuk menghentikan pertempuran guna memungkinkan peningkatan pengiriman bantuan. Pemungutan suara mengenai resolusi tersebut telah ditunda dua kali dalam pekan ini dengan harapan Amerika Serikat (AS) akan mendukungnya atau mengizinkannya untuk disahkan setelah memveto resolusi seruan gencatan senjata sebelumnya.

Laporan PBB pada Kamis turut menggarisbawahi kegagalan upaya AS selama berminggu-minggu untuk memastikan bantuan yang lebih besar sampai ke Palestina. Pada awal perang, Israel menghentikan semua pengiriman makanan, air, obat-obatan dan bahan bakar ke wilayah tersebut.

Setelah mendapat tekanan dari AS, mereka mengizinkan sedikit bantuan masuk melalui Mesir. Namun, badan-badan PBB mengatakan hanya 10 persen dari kebutuhan pangan Jalur Gaza yang telah masuk selama berminggu-minggu.

Pekan ini, menurut PBB, Israel mulai mengizinkan bantuan masuk ke Jalur Gaza melalui penyeberangan Kerem Shalom. Jumlah truk yang masuk meningkat dari sekitar 100 truk per hari menjadi sekitar 190 pada Rabu (20/12). Itu terjadi sebelum serangan Israel pada Kamis pagi menghantam sisi perbatasan Palestina, yang menurut juru bicara Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Juliette Touma, memaksa PBB menghentikan pengambilan bantuan.

Sebuah rumah sakit dekat penyeberangan melaporkan bahwa empat staf tewas akibat serangan tersebut, yang menurut Israel menargetkan kelompok militan.

Presiden Isaac Herzog mengaku Israel telah berupaya meningkatkan pemeriksaan truk bantuan menjadi 300 atau 400 per hari dan menyalahkan PBB atas kegagalan pengiriman bantuan.

"Jumlah bantuan bisa tiga kali lipat jika PBB melakukan tugasnya alih-alih mengeluh sepanjang hari," katanya, tanpa menjelaskan lebih jauh apa yang harus dilakukan PBB lagi.

Penyeberangan Rafah, yang membatasi Jalur Gaza dengan Mesir memiliki kapasitas terbatas untuk dilalui truk. Para pejabat PBB menuturkan bahwa pengiriman bantuan di sebagian besar wilayah Jalur Gaza menjadi sulit atau tidak mungkin karena adanya pertempuran, yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 130 personel PBB.

3 dari 3 halaman

Pemandangan Menyayat Hati di RS Al-Ahli

Israel telah bersumpah melanjutkan serangan sampai dapat menghancurkan kemampuan militer Hamas dan membebaskan sejumlah sandera yang ditangkap selama serangan ke Israel selatan pada 7 Oktober. Setidaknya 1.200 orang tewas di Israel pada hari itu dan sekitar 240 lainnya disandera.

Hamas sendiri terus menembakkan rentetan roket ke Israel tengah pada Kamis, menunjukkan kemampuan militernya tetap tangguh. Belum ada laporan mengenai korban jiwa atau kerusakan.

Pada Rabu, WHO mengirimkan pasokan ke Rumah Sakit Al-Ahli dan Al-Shifa di Gaza Utara.

"Rumah Sakit Al-Ahli adalah tempat orang menunggu kematian," kata Sean Casey, anggota tim WHO yang mengunjungi kedua rumah sakit tersebut pada Rabu. "Lima dokter dan lima perawat yang tersisa serta sekitar 80 pasien masih berada di Rumah Sakit Al-Ahli."

"Semua bangunan rumah sakit rusak kecuali dua bangunan tempat pasien dirawat – bangsal ortopedi dan sebuah gereja di halaman."

"Di dalam gereja, terjadi pemandangan yang tak tertahankan. Pasien dengan luka traumatis berjuang melawan infeksi. Yang lainnya telah menjalani amputasi. Pasien menangis kesakitan, tapi juga berteriak agar kami memberi mereka air."

Militer Israel mengklaim 137 tentaranya tewas dalam serangan darat di Jalur Gaza. Mereka juga mengatakan telah membunuh sekitar 7.000 militan tanpa memberikan bukti.

Israel menyalahkan tingginya angka kematian warga sipil di Jalur Gaza pada Hamas dengan menuturkan mereka menggunakannya sebagai tameng hidup saat berperang di daerah permukiman.

Â