Sukses

Perang Hamas Vs Israel: 20.057 Warga Palestina di Jalur Gaza Tewas dan Voting Resolusi DK PBB Tertunda Lagi

DK PBB pada Kamis (21/12), sekali lagi menunda pemungutan suara untuk melahirkan resolusi terkait perang Hamas Vs Israel. Penundaan terjadi bahkan setelah Amerika Serikat (AS), yang sebelumnya menentang sejumlah poin dalam rancangan resolusi, menyatakan siap mendukung resolusi yang telah diperbarui.

Liputan6.com, Gaza - Otoritas kesehatan Jalur Gaza, wilayah yang dikuasai Hamas, mengatakan lebih dari 20.000 warga Palestina tewas dalam perang Hamas Vs Israel terbaru yang dimulai pada 7 Oktober 2023.

Perang juga telah menyebabkan lebih dari 80 persen penduduk Palestina di Jalur Gaza mengungsi, di mana sebagian besar wilayah pesisir tersebut dilaporkan menderita kehancuran.

Dalam pernyataannya pada Jumat (22/12/2023), seperti dilansir AP, otoritas kesehatan Jalur Gaza mengatakan pihaknya telah mendokumentasikan 20.057 kematian warga Palestina. Sebelumnya disebutkan bahwa sekitar dua per tiga dari korban tewas adalah perempuan atau anak di bawah umur.

Sementara itu, Dewan Keamanan (DK) PBB pada Kamis (21/12), sekali lagi menunda pemungutan suara untuk melahirkan resolusi terkait perang Hamas Vs Israel. Penundaan terjadi bahkan setelah Amerika Serikat (AS), yang sebelumnya menentang sejumlah poin dalam rancangan resolusi, menyatakan siap mendukung resolusi yang telah diperbarui.

Pasca tertunda selama berhari-hari, versi rancangan resolusi terbaru yang dilihat AFP menyerukan langkah-langkah mendesak untuk segera memungkinkan akses kemanusiaan yang aman dan tanpa hambatan, serta juga menciptakan kondisi bagi penghentian permusuhan yang berlanjutan. Namun, tidak ada seruan untuk segera mengakhiri pertempuran di Jalur Gaza.

2 dari 3 halaman

AS Nyatakan Siap Dukung Resolusi DK PBB

Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield menuturkan jika resolusi tersebut diajukan sebagaimana yang telah ada maka pihaknya akan mendukungnya.

Linda membantah bahwa rancangan resolusi tersebut telah diperhalus.

"Rancangan resolusi itu sangat kuat dan didukung penuh oleh kelompok Arab," ujar Linda.

Perselisihan diplomatik di Markas Besar PBB, yang menyebabkan pemungutan suara untuk melahirkan resolusi ditunda beberapa kali pekan ini, terjadi di tengah terus memburuknya kondisi di Jalur Gaza.

"Sepertinya AS telah mengambil keuntungan penuh dari keinginan anggota DK PBB lainnya untuk menghindari veto. Rancangan resolusi yang dihasilkan terlihat sangat lemah di banyak bagian," tutur analis dari International Crisis Group Richard Gowan, seperti dilansir CNA.

Rancangan resolusi yang disponsori oleh Uni Emirat Arab disebut mengalami perubahan untuk menjamin kompromi.

3 dari 3 halaman

Netanyahu: Tidak Akan Ada Gencatan Senjata Sampai Hamas Lenyap

Israel yang didukung penuh oleh AS sebagai sekutu utamanya telah menentang penggunaan terminologi "gencatan senjata" dan AS telah menggunakan hak vetonya dua kali untuk menggagalkan resolusi yang ditentang Israel sejak awal menyerang Jalur Gaza secara membabi buta.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Rabu (20/12) menekankan bahwa tidak akan ada gencatan senjata di Jalur Gaza sampai Hamas dilenyapkan.

Perselisihan diplomatik terjadi ketika sistem pemantauan kelaparan PBB memperingatkan bahwa setiap orang di Jalur Gaza diperkirakan akan menghadapi kerawanan pangan akut tingkat tinggi dalam enam pekan ke depan.

"Program Pangan Dunia (WFP) menyebut situasi ini menyedihkan. Kata mereka, tidak ada seorang pun di Gaza yang aman dari kelaparan. Itu sebabnya kami semua menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera," ungkap juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Stephane Dujarric.