Sukses

Pendeta Bethlehem Tegaskan Ada Genosida di Jalur Gaza

Gereja di Palestina turut menyorot nestapa di Jalur Gaza.

Liputan6.com, Bethlehem - Pendeta Bethlehem, Rev. Dr. Munther Isaac, menggunakan momen Natal 2023 untuk mengirimkan pesan ke dunia tentang tragedi di Jalur Gaza. Ia bahkan menganalisis taktik politik, finansial, dan teologis yang dipakai untuk melegitimasi serangan Israel.

Pada ceramahnya, ia mengingatkan bahwa sudah 20 ribu orang tewas di Jalur Gaza, termasuk ribuan anak-anak.

"Kita marah, kita hancur, ini harusnya menjadi waktu kebahagiaan, tetapi kita malah berduka. Kita takut. Lebih dari 20 ribu orang dibunuh, ribuan masih terkubur di reruntuhan, hampir 9.000 anak dibunuh dengan cara yang paling brutal," ujar Dr. Isaac dalam video yang disebar Middle East Monitor, Selasa (26/12/2023).

"Gaza yang kita kenal sudah tidak lagi eksis. Ini adalah penghancuran. Ini adalah genosida," ia menambahkan.

Tak hanya itu, sang pendeta menyorot pihak-pihak yang memberikan perlindungan kepada serangan Israel, baik secara politik hingga keagamaan.

Salah satu perlindugan finansial yang disorot Dr. Munther adalah membayarkan ongkos serangan Israel.

Dan seperti diketahui, Amerika Serikat menggunakan kekuatan politiknya untuk memveto resolusi gencatan senjata di Jalur Gaza.

Dr. Munther turut menyorot adanya alasan teologis yang digunakan di serangan ini, seperti menggunakan kitab suci untuk melegitimasi serangan terhadap pihak lain seperti yang terjadi di Palestina.

Sebagai informasi, agama Yahudi melihat Palestina sebagai Tanah yang Dijanjikan.

Dr. Munther pun menegaskan bahwa Palestina akan tetap bangkit meski diserang bertubi-tubi.

"Kita akan bangkit lagi dari tengah-tengah kehancuran seperti yang selalu kita lakukan sebagia rakyat Palestina, meski mungkin ini pukulan terbesar yang kita terima sejak waktu yang lama, tetapi kita akan baik-baik saja," ucapnya.

2 dari 3 halaman

Paus Fransiskus Berduka: Anak-Anak Gaza yang Tewas Adalah Yesus Kecil

Paus Fransiskus memberikan perhatian kepada Jalur Gaza dalam pesan Natal di tahun 2023. Pontifex turut berduka atas meninggalnya ana-anak di Jalur Gaza. Perang di Gaza telah menewaskan lebih dari 20 ribu orang. 

Dilaporkan VOA Indonesia, Selasa (26/12), Paus Fransiskus mengatakan dalam pesan Natalnya pada Senin (25/12) bahwa anak-anak yang tewas dalam perang, termasuk di Gaza, adalah “Yesus-Yesus kecil masa kini” dan bahwa serangan Israel di sana menuai “panen mengerikan“ warga sipil yang tak bersalah.

Dalam pidato Urbi et Orbi (Kepada Kota dan Dunia) Hari Natalnya, Paus Fransiskus juga menyebut serangan 7 Oktober terhadap Israel oleh militan Hamas sebagai tindakan “mengerikan” dan kembali menyerukan pembebasan sekitar 100 sandera yang masih ditawan di Gaza.

Berbicara dari balkon tengah Basilika Santo Petrus kepada ribuan orang di lapangan di bawahnya, ia kembali mengecam industri persenjataan, dengan mengatakan industri itu pada akhirnya mengendalikan “boneka perang.”

Paus Fransiskus (87) yang merayakan Natal ke-11 dalam masa kepausannya ini, menyerukan diakhirinya konflik, baik politik, sosial maupun militer, di berbagai tepat, termasuk di Ukraina, Suriah, Yaman, Lebanon, Armenia dan Azerbaijan, dan ia membela hak-hak para migran di seluruh dunia.

“Berapa banyak orang-orang tak bersalah yang dibantai di dunia kita! Di rahim ibu mereka, dalam pengembaraan yang dilakukan dalam keputusasaan dan dalam upaya mencari harapan, dalam kehidupan anak-anak itu yang masa kecil mereka dihancurkan oleh perang. Mereka adalah Yesus-Yesus kecil masa kini,” ujarnya.

Ia memberi perhatian terutama terhadap Tanah Suci, termasuk Gaza, di mana, menurut para pejabat kesehatan Palestina, serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 78 orang dalam salah satu malam paling mematikan di wilayah kantong yang terkepung itu dari pertempuran 11 pekan Israel dengan Hamas.

“Semoga perdamaian tiba di Israel dan Palestina, di mana perang menghancurkan kehidupan orang-orang itu. Saya merangkul mereka semua, terutama komunitas Kristen Gaza dan seluruh Tanah Suci,” kata Paus Fransiskus.

3 dari 3 halaman

Permohonan Pontifex

Paus Fransiskut turut mengatakan bahwa, “hatinya berduka atas para korban serangan keji tanggal 7 Oktober” dan sekali lagi menyerukan pembebasan para sandera.

“Saya memohon diakhirinya operasi militer dengan panen korban warga sipil tak bersalah yang mengerikan, dan menyerukan solusi bagi situasi kemanusiaan yang menyedihkan dengan membuka penyediaan bantuan kemanusiaan,” ujarnya.

Pekan lalu, sebuah organisasi yang didukung PBB mengatakan dalam sebuah laporan bahwa seluruh 2,3 juta populasi Gaza menghadapi krisis kelaparan dan bahwa risiko bencana kelaparan meningkat setiap hari.

Vatikan, yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel dan Otoritas Palestina, percaya bahwa solusi dua negara merupakan satu-satunya jawaban bagi konflik panjang di sana.

Paus Fransiskus menyerukan “dialog terus menerus antara para pihak, didukung oleh kemauan politik dan dukungan masyarakat internasional.”

Paus Fransiskus, yang mendedikasikan satu paragraf pesannya mengenai

Perdagangan senjata, mengatakan, “Dan bagaimana kita dapat berbicara tentang perdamaian, kalau produksi, penjualan dan perdagangan senjata sedang meningkat?”

Ia menyerukan lebih banyak lagi investigasi mengenai perdagangan senjata.

“Ini harus dibahas dan ditulis, untuk menjelaskan kepentingan dan laba yang menggerakkan para boneka perang,” ujarnya.