Sukses

Kedutaan Besar Israel di Seoul Unggah Video Warga Korea Selatan Diserang Hamas, Kemlu Korsel: Itu Tidak Pantas

Kedutaan Besar Israel di Seoul Korea Selatan mengunggah video di media sosial Facebook resminya soal skenario khayalan di mana warga Korea diserang oleh penyerang bertopeng di Seoul, merujuk pada Hamas.

Liputan6.com, Seoul - Kedutaan Besar Israel di Korea Selatan jadi sorotan karena menayangkan video skenario khayalan di mana warga Korea diserang oleh penyerang bertopeng di Seoul, merujuk pada Hamas.

Video tersebut diunggah di media sosial Facebook kedutaan, menggambarkan skenario menyedihkan di mana seorang wanita Korea Selatan di ibu kota diculik oleh penyerang bersenjata pada Hari Natal, dan dipisahkan secara paksa dari putrinya yang masih kecil, demikian sebuah klip yang diterbitkan oleh penyiar berita Korea Selatan YTN.

Kedutaan Besar Israel di Seoul kemudian menyertai tulisan dalam video yang diunggah pada Selasa 26 Desember 2023: "Pada tanggal 7 Oktober, Israel diserang oleh teroris Hamas. 1.200 pria, wanita dan anak-anak terbunuh, dan lebih dari 240 orang disandera di Gaza."

"Bayangkan jika hal itu terjadi padamu. Apa yang akan kamu lakukan?" tambah kedutaan Israel.

Belakangan video tersebut dihapus oleh pihak kedutaan Israel di Seoul.

"Kedutaan Besar Israel di Korea Selatan telah menghapus video yang menunjukkan skenario khayalan di mana warga Korea diserang oleh penyerang bertopeng di Seoul, merujuk pada Hamas, kata Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Seoul pada Kamis 28 Desember, seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat (29/12/2023).

Kementerian Luar Negeri Seoul mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikirimkan kepada AFP bahwa video tersebut dianggap "tidak pantas", dan pihaknya telah meminta kedutaan Israel untuk menghapusnya.

Adapun Korea Selatan secara teknis masih berperang dengan Korea Utara yang mempunyai senjata nuklir, karena konflik militer mereka pada tahun 1950 hingga 1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

 

2 dari 4 halaman

Dalih Upaya Rekonstruksi

Sementara itu, kabarnya unggahan video oleh kedutaan Israel yang disebut menyinggung pihak Korea Selatan merupakan upaya rekonstruksi belaka.

YTN melaporkan bahwa duta besar Israel di Seoul, Akiva Tor, mengatakan dalam sebuah postingan media sosial yang telah dihapus: "Kami telah merekonstruksi insiden teroris mengerikan yang terjadi pada tanggal 7 Oktober untuk membantu warga Korea Selatan di Asia Timur, jauh dari Israel. memahami situasi perang saat ini."

Adapun Israel telah berulang kali berjanji untuk melanjutkan kampanyenya untuk menghancurkan kelompok militan Palestina Hamas sebagai pembalasan atas serangan berdarah pada 7 Oktober, yang menyebabkan sekitar 1.140 orang tewas, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka-angka Israel.

Militan Palestina juga menyandera sekitar 250 orang, 129 di antaranya masih disandera, kata Israel.

 

3 dari 4 halaman

Video Buatan Kedutaan Israel Dianggap Tak Pantas

Pengeboman dan invasi darat Israel yang tiada henti di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 21 ribu orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut jumlah korban terbaru dari kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza.

"Pembunuhan dan penculikan warga sipil Israel oleh Hamas tidak dapat dibenarkan, namun produksi dan distribusi video yang dibuat oleh Kedutaan Besar Israel yang menggambarkan situasi keamanan di negara lain dianggap tidak pantas," kata Kementerian Luar Negeri Korea Selatan dalam pernyataannya.

"Kami telah menyampaikan posisi kami kepada Kedutaan Besar Israel di Korea Selatan, dan pihak Israel telah mengambil tindakan untuk menghapus video tersebut," imbuh pihak Kementerian Luar Negeri Korea Selatan.

4 dari 4 halaman

Euro-Med Monitor Serahkan Temuan Genosida oleh Tentara Israel di Gaza ke ICC dan PBB

Bicara soal Israel, baru-baru ini Euro-Mediterranean Human Rights Monitor (Euro-Med Monitor), sebuah organisasi hak asasi manusia internasional pada Selasa 26 Desember 2023 menyerahkan laporan perihal pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan tentara Israel dalam serangannya di Jalur Gaza, kepada International Criminal Court (ICC) atau Pengadilan Kriminal Internasional dan UN rapporteurs atau pelapor PBB.

Laporan yang disebut mendokumentasikan pelanggaran HAM yang dilakukan tentara Israel dalam serangannya di Jalur Gaza, menggambarkan pembunuhan warga Palestina sebagai genosida dan menuntut penyelidikan atas serangan gencar yang sedang berlangsung, Anadolu Agency melaporkan.

Pemantau Hak Asasi Manusia yang berbasis di Jenewa, dalam temuan awalnya yang diserahkan ke ICC dan pelapor PBB mendokumentasikan contoh eksekusi yang dilakukan oleh tentara Israel di Gaza.

"Menurut perkiraan Euro-Med Monitor, lebih dari 28.000 warga Palestina telah terbunuh sejak dimulainya kampanye genosida Israel di Jalur Gaza, jumlah tersebut mencakup mereka yang masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang hancur dan kini dianggap tewas. Perempuan dan anak-anak merupakan 70% dari korban yang tercatat. Oleh karena itu, kematian warga Palestina merupakan angka korban sipil tertinggi di dunia pada abad ke-21," kata pernyataan Euro-Mediterranean Human Rights Monitor (Euro-Med Monitor) seperti dikutip dari Middle East Monitor, Kamis (28/12/2023).

Organisasi HAM tersebut meminta pihak-pihak tersebut di atas untuk mengambil sikap tegas terhadap operasi pembunuhan luas yang dilakukan oleh pasukan Israel yang menargetkan warga sipil Palestina, khususnya eksekusi lapangan dan likuidasi fisik di Jalur Gaza.

Selengkapnya klik di sini...