Liputan6.com, Jakarta - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berjanji dalam pidato Tahun Barunya pada Minggu (31 Desember) akan melampiaskan “kemarahan” terhadap pasukan Rusia pada tahun 2024.
Pesannya disampaikan kurang dari 72 jam setelah Moskow meluncurkan rentetan rudal dan drone ke kota-kota Ukraina, menewaskan 39 orang dalam salah satu serangan udara terbesar sejak perang dimulai, dikutip dari Channel News Asia, Senin (1/1/2024).
Baca Juga
“Tahun depan, musuh akan merasakan keganasan dari senjata dalam negeri,” kata Zelenskyy dalam pidatonya di televisi, yang menampilkan klip artileri dan jet tempur Ukraina.
Advertisement
Ukraina akan memiliki setidaknya “satu juta” drone tambahan di gudang senjatanya tahun depan serta jet tempur F-16 yang dikirimkan oleh mitra Baratnya.
“Pilot kami sudah menguasai jet F-16, dan kami pasti akan melihatnya di langit kami,” katanya.
“Sehingga musuh kami pasti bisa melihat apa kemarahan kami yang sebenarnya.”
Perang ini memasuki tahun ketiga, Zelenskyy mendesak sekutu Baratnya untuk tetap memberikan dukungan di tengah meningkatnya tanda-tanda kelelahan akibat konflik tersebut.
“Rakyat Ukraina lebih kuat dari intrik apa pun, upaya apa pun untuk mengurangi solidaritas global, untuk melemahkan koalisi sekutu kami,” Zelenskyy memperingatkan dalam pesannya.
Terlepas dari persenjataan Barat yang bernilai miliaran dolar, Ukraina berjuang untuk membuat terobosan besar dalam serangan balasannya pada tahun 2023 melawan invasi pasukan Rusia.
Sementara itu, Moskow meningkatkan tekanan di sepanjang garis depan, dengan merebut kota Marinka di wilayah timur pada awal Desember dan berusaha menguasai Kupiansk di timur laut.
Zelenskyy Memohon Lebih Banyak Bantuan ke AS
Volodymyr Zelenskyy memohon agar Amerika Serikat (AS) mendukung lebih banyak bantuan ke Ukraina. Untuk itu, Zelenskyy mengunjungi para pemimpin ASdi Washington DC dalam upaya terakhirnya mendapatkan bantuan sebesar USD 61 miliar yang mandek di Kongres.
Proposal pendanaan terbaru tersangkut politik partisan AS, di mana anggota Kongres dari Partai Republik bersikeras bahwa mereka hanya akan mendukung bantuan untuk Ukraina jika hal itu terkait dengan reformasi imigrasi secara menyeluruh.
Meskipun Joe Biden dan Partai Demokrat bersedia mengeluarkan lebih banyak uang untuk keamanan perbatasan, mereka memandang perubahan yang diminta oleh Partai Republik sebagai hal yang tidak dapat diterima.
Waktu hampir habis sebelum Kongres jeda Natal, sehingga menimbulkan peringatan suram dari Gedung Putih dan Ukraina tentang prospek perang tanpa dukungan AS.
Biden yang menemui Zelenskyy di Gedung Putih mengatakan Kongres harus berkompromi dan membuktikan bahwa Putin salah.
"Saya tidak akan meninggalkan Ukraina," kata Biden dalam konferensi pers bersama dengan Zelensky pada Selasa malam, seperti dilansir BBC, Rabu (13/12/2023).
"Ukraina akan bangkit dari perang ini dengan bangga, bebas, dan berakar kuat di Barat – kecuali kita meninggalkannya."
Sementara itu, Zelenskyy mengatakan sangat penting bahwa pada akhir tahun ini untuk mengirimkan sinyal yang sangat kuat kepada agresor.
"Berkat pertahanan Ukraina, negara-negara Eropa lainnya aman dari agresi Rusia," ujarnya.
Advertisement
Republikan Enggan Bernegosiasi
Ini adalah kunjungan ketiga Zelenskyy ke AS sejak perang Ukraina bergulir pada Februari 2022.
Berbeda dengan dua kunjungan sebelumnya, tidak ada karpet merah atau kemeriahan seremonial, yang mencerminkan pesimisme yang melingkupi upaya untuk memenangkan dukungan bagi pendanaan baru.
Sebelumnya pada hari yang sama, Zelenskyy menggelar pertemuan tertutup dengan para senator AS dan juga bertatap muka dengan Ketua DPR AS Mike Johnson dari Partai Republik, yang tetap mempertahankan pendiriannya dalam mendorong masalah perbatasan.
Berbicara kepada wartawan setelah pertemuan mereka, Johnson tidak memberikan indikasi terbuka untuk bernegosiasi, meskipun dia mengakui bantuan lebih lanjut ke Ukraina adalah hal yang penting.
"Perbatasan adalah sebuah bencana besar," katanya, sambil memperingatkan bahwa anggota DPR dari Partai Republik tidak akan mengalah sampai perubahan transformatif dilakukan.
"Inilah kondisi rakyat AS," kata Johnson. "Kami tegas dalam hal itu."
Hadiah Natal bagi Putin?
Ketua DPR AS menyalahkan Gedung Putih atas penundaan bantuan terhadap Ukraina, dengan mengatakan bahwa mereka tidak memiliki strategi yang jelas untuk menang dan tidak dapat memberikan jawaban yang menjadi hak rakyat AS.
Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan mayoritas warga AS tidak lagi mendukung pengiriman lebih banyak uang ke Ukraina dan oposisi di Kongres semakin vokal dalam beberapa bulan terakhir.
Senator Partai Republik dari Missouri Eric Schmitt mengatakan dia tidak mendengar hal baru dari Zelenskyy dan tidak menganggap Partai Demokrat menghargai komitmen Partai Republik dalam mengamankan perbatasan selatan.
"Jika Anda mendengarkan orang-orang di kampung halaman, mereka tidak tertarik dengan cek kosong untuk Ukraina ketika mereka melihat 12.000 orang melintasi perbatasan selatan kita yang terbuka setiap hari," katanya kepada BBC.
Dari Ruang Oval bersama Zelenskyy, Biden memperingatkan bahwa akan menjadi "hadiah Natal" bagi Putin jika Kongres gagal memberikan bantuan militer baru untuk Kyiv.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina, Kongres AS telah menyetujui bantuan militer dan ekonomi senilai lebih dari USD 110 miliar ke Ukraina. Sebagian besar dana tersebut sudah disalurkan.
AS tidak hanya berperan penting dalam mendukung perang Ukraina, namun mereka juga bertanggung jawab mengoordinasikan dukungan tersebut.
Para ahli militer telah memperingatkan bahwa Eropa tidak dapat memenuhi apa yang telah diberikan oleh AS dan bahwa tanpa dukungan AS terdapat bahaya nyata, yaitu Ukraina akan kalah perang – tidak dalam waktu dekat namun dalam jangka panjang.
Advertisement