Sukses

MINUSMA Akhiri Satu Dekade Masa Penugasan di Mali, Ini Alasannya

Misi Stabilisasi Terpadu Multidimensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Mali mengakhiri satu dekade penugasannya

Liputan6.com, Jakarta - Misi Stabilisasi Terpadu Multidimensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Mali (United Nation Multidimensional Integrated Stabilization Mission in Mali/MINUSMA) mengakhiri satu dekade penugasannya di negara yang dilanda krisis ini pada Minggu (31/12). Berakhirnya penugasan itu sesuai tenggat 31 Desember yang disepakati setelah para pemimpin militer Mali memerintahkan MINUSMA untuk meninggalkan negara itu.

MINUSMA telah berada di Mali sejak 2013, dan penarikan misi ini memicu kekhawatiran akan meningkatnya pertempuran di antara pasukan dan faksi-faksi bersenjata di Mali, dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (2/1/2024).

Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada hari Minggu, Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan MINUSMA telah menyelesaikan penarikan pasukan yang telah disepakati pada 31 Desember 2023.

Kepala PBB itu memuji "peran kunci" misi tersebut dalam melindungi warga sipil dan mendukung proses perdamaian di Mali, yang berada dalam cengkeraman kekerasan jihadis dan krisis lainnya.

Ia juga mengakui kinerja MINUSMA dalam "memastikan penghormatan terhadap gencatan senjata dalam konteks perjanjian perdamaian dan rekonsiliasi 2015" antara Bamako dan kelompok-kelompok pemberontak di bagian utara, serta upayanya untuk memulihkan otoritas negara.

 

2 dari 2 halaman

Junta Militer Tuntut Penarikan MINUSMA

Junta yang berkuasa di Mali, yang merebut kekuasaan pada 2020, menuntut penarikan misi PBB di negara itu pada Juni lalu. Selama sepuluh tahun terakhir, sekitar 15.000 tentara dan polisi dari berbagai negara yang tergabung dalam MINUSMA bertugas di Mali.

Ratusan anggota MINUSMA tewas dalam situasi yang tidak bersahabat, yang sebagian besar dituduhkan kepada kelompok-kelompok bersenjata yang terkait dengan Al Qaeda atau kelompok negara Islam. Untuk itu secara khusus Guterres menyampaikan penghormatan kepada 311 personel MINUSMA yang kehilangan nyawa dan lebih dari 700 orang yang luka-luka dalam upaya perdamaian itu.

Fase likuidasi akan dimulai pada 1 Januari, yang melibatkan kegiatan seperti penyerahan peralatan oleh beberapa tim yang lebih kecil di Gao dan Bamako kepada pihak berwenang.

Aksi kekerasan telah menyelimuti negara yang rentan dan miskin itu, bahkan meluas ke negara tetangganya di Burkina Faso dan Niger, memicu ketegangan etnis di sepanjang perbatasan.

Ribuan warga sipil dan pejuang telah tewas, sementara jutaan orang lainnya terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman.