Sukses

Warga China Kini Bebas Masuk Thailand, Pariwisata Bakal Meroket?

Aturan baru: warga China bisa bebas masuk Thailand.

Liputan6.com, Bangkok - Pemerintah Kerajaan Thailand dan Republik Rakyat China mencapai kesepakatan untuk membolehkan warga mereka untuk bebas saling berkunjung. Ini merupakan realisasi dari program bebas visa masuk yang akan efektif pada 1 Maret 2023. 

Dilaporkan VOA Indonesia, PM Thailand Srettha Thavisin, Selasa (2/1), mengatakan keputusan untuk membuat kebijakan itu permanen muncul setelah perundingan dengan Beijing untuk memberi hak yang sama kepada warga negara Thailand yang mengunjungi China.

Thailand telah mengizinkan pengunjung China untuk masuk dengan bebas visa sejak September lalu, tetapi kebijakan ini akan berakhir pada 29 Februari.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin tidak mau mengonfirmasi pengumuman Srettha. Namun, ia memberitahu para wartawan di Beijing bahwa “otoritas terkait” di kedua pihak “berkomunikasi erat” mengenai masalah tersebut.

Kedua pihak akan mengizinkan turis dari masing-masing negara untuk tinggal hingga 30 hari per kunjungan.

Keputusan Thailand untuk memberi status bebas visa kepada para pengunjung China dimaksudkan untuk memulihkan sektor pariwisata yang penting bagi negara itu. Thailand menerima 40 juta pengunjung pada tahun 2019 – 11 juta di antaranya dari China – tetapi sektor pariwisata hancur karena pandemi COVID-19 pada tahun berikutnya.

Pariwisata perlahan-lahan telah pulih, dengan 28 juta pengunjung asing memasuki Thailand tahun lalu, termasuk di antaranya 3,5 juta dari China – jumlah terbesar kedua setelah Malaysia yang mengirim sedikitnya 4,4 juta turis.

2 dari 4 halaman

China Longgarkan Persyaratan Visa bagi Pelancong AS Demi Dongkrak Pariwisata

RRC juga melonggarkan sejumlah pembatasan bagi warga Amerika Serikat (AS) yang mengunjungi negara itu. Langkat tersebut adalah upaya terbaru untuk menarik para pelancong asing sejak China membuka perbatasannya awal tahun 2023.

Mulai 1 Januari 2024, turis Amerika tidak perlu lagi menyerahkan bukti tiket pesawat pulang-pergi, bukti pemesanan hotel, rencana perjalanan atau undangan untuk ke China, menurut pengumuman yang dipasang daring di situs web Kedutaan Besar China di Washington.

Proses permohonan yang sudah disederhanakan itu bertujuan untuk "memfasilitasi pertukaran masyarakat antara China dan Amerika Serikat," kata pernyataan tersebut, dikutip dari laman VOA Indonesia, Senin (1/1/2024).

Kebijakan itu diambil saat China sudah berjuang untuk meremajakan sektor pariwisatanya setelah tiga tahun menerapkan langkah-langkah pencegahan pandemi yang ketat, termasuk karantina wajib bagi semua pendatang. Meskipun pembatasan tersebut dicabut awal tahun ini, kedatangan wisatawan internasional masih lambat untuk kembali.

Pada paruh pertama 2023, China mencatat 8,4 juta orang asing masuk dan keluar, anjlok dari 977 juta orang sepanjang 2019, yang merupakan tahun terakhir sebelum pandemi, menurut statistik imigrasi.

 

3 dari 4 halaman

Terhambat

Dalam upaya lain untuk meningkatkan pariwisata, China mengumumkan bulan lalu bahwa negara itu akan memberikan fasilitas bebas visa bagi warga negara Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Spanyol dan Malaysia yang berlaku hingga 15 hari.

Program uji coba selama satu tahun ini menandakan “keterbukaan tingkat tingg China terhadap dunia luar,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning pada taklimat harian.

Namun, upaya China untuk menarik wisatawan Amerika mungkin menghadapi hambatan lain. Penerbangan internasional antara kedua negara masih berada jauh di bawah tingkat pandemi, meski perlahan meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Penerbangan antara AS dan China ditetapkan berdasarkan perjanjian bilateral.

Selama musim panas, di tengah memburuknya hubungan antara Beijing dan Washington, AS merekomendasikan warga Amerika untuk mempertimbangkan kembali perjalanan ke China dengan alasan risiko penahanan yang salah dan larangan untuk keluar dari negara itu.

“Pemerintah Republik Rakyat China (RRC) secara sewenang-wenang menegakkan hukum setempat, termasuk mengeluarkan larangan keluar terhadap warga negara AS dan negara lain, tanpa proses yang adil dan transparan berdasarkan hukum,” kata peringatan Pemerintah AS tersebut.

4 dari 4 halaman

Prediksi Tren Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di 2024

Sebelumnya dilaporkan oleh Lifestyle Liputan6.com:

Ada beragam prediksi menjelang Tahun Baru 2024, tidak terkecuali di sektor pariwisata. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memproyeksikan empat tren pariwisata dan ekonomi kreatif pada 2024.

Dikutip dari siaran pers Kemenparekraf, Minggu (24/12/2023), Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo menjelaskan keempat tren tersebut, meliputi Bleisure, Wellness Experience, Deep and Meaningful, dan Set-Jetting. Ada beberapa alasan terkait diungkapnya prediksi tersebut.

Wamenparekraf menerangkan ini dipicu oleh kembali pulihnya perjalanan bisnis secara global dan tumbuhnya kebebasan untuk bekerja jarak jauh meningkatkan fleksibilitas berwisata di sela rutinitas pekerjaan. Pelaku perjalanan bisnis terus menginkorporasi aktivitas leisure dalam komitmen pekerjaannya sehingga menjadikan bleisure (business and leisure) sebagai tren yang akan terus tumbuh pascapandemi.

"Ini akan semakin meningkat ya bagaimana orang akan menggabungkan bisnis dan leisure menjadi satu, ini sebetulnya menguntungkan untuk kita, karena Jakarta menjadi pusat untuk bisnis," kata Wamenparekraf.

 

Baca selengkapnya...