Sukses

Akhirnya, Israel Mengaku Tak Sengaja Bunuh Warga Sendiri yang Ditawan Hamas

Laki-laki Israel itu tewas saat upaya penyelamatan yang gagal.

Liputan6.com, Tel Aviv - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akhirnya mengakui bahwa mereka tak sengaja membunuh seorang warga Israel yang ditawan Hamas. Korban adalah laki-laki muda bernama Sahar Baruch (25).

Sahar Baruch adalah salah satu orang Israel yang ditawan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Berdasarkan laporan The Times of Israel, Jumat (5/1/2023), Hamas sebelumnya menebut bahwa Baruch tewas karena upaya pertolongan gagal dari IDF pada Desember lalu. Hamas juga sempat merilis video jenazah Baruch serta senjata Israel.

Sebelumnya, IDF berkata tidak tahu pasti apakah Baruch tewas karena Hamas atau upaya gagal IDF. Jenazah Baruch kini masih ada di Jalur Gaza.

IDF telah memberi tahu pihak keluarga Baruch.

"Kami bekerja dengan segala cara, intelijen dan operasional, untuk mengembalikan para tawanan," ujar pihak IDF.

The Times of Israel melaporkan bahwa masih 129 tawanan di Jalur Gaza, namun tak semuanya masih hidup. IDF telah mengkonfirmasi bahwa ada 23 orang yang sudah meninggal.

Sementara, 105 orang berhasil dibebaskan saat gencatan senjata pada November lalu. Sejumlah orang Israel yang dibebaskan termasuk lansia, remaja, dan anak-anak.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Militer Israel Prediksi Perang di Gaza Berlanjut Sepanjang 2024

Militer Israel memperkirakan konflik di Gaza akan berlanjut sepanjang tahun 2024.

Dalam pesan Tahun Baru 2024, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari mengatakan pengerahan pasukan disesuaikan untuk mempersiapkan "pertempuran berkepanjangan".

Hagari mengatakan beberapa pasukan, terutama pasukan cadangan, akan ditarik agar mereka dapat berkumpul kembali.

"Adaptasi ini dimaksudkan untuk memastikan perencanaan dan persiapan melanjutkan perang pada tahun 2024," ujarnya, seperti dikutip dari laman BBC, Selasa (2/1/2024).

"IDF harus membuat rencana ke depan berdasarkan pemahaman bahwa akan ada misi tambahan dan pertempuran akan berlanjut hingga sisa tahun ini."

Dia mengatakan bahwa beberapa pasukan cadangan akan meninggalkan Gaza "secepatnya pada minggu ini" untuk memungkinkan mereka mempersiapkan diri menjelang operasi militer mendatang.

Sekitar 21.978 orang – sebagian besar perempuan dan anak-anak – telah terbunuh di Gaza sejak perang Israel Vs Hamas dimulai pada 7 Oktober 2023, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas. Laporan terkini menyebutkan 56.697 orang di Gaza terluka dalam periode yang sama.

Jumlah tersebut termasuk 156 orang tewas dan 246 orang terluka dalam 24 jam terakhir, tambah kementerian tersebut.

Perang terbaru ini dipicu oleh serangan lintas batas yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh kelompok bersenjata Hamas di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, yang menewaskan 1.200 orang.

3 dari 4 halaman

Salah Satu Pimpinan Hamas Tewas Diserang Israel

Israel membunuh wakil pemimpin Hamas Saleh al-Arouri dalam serangan drone atau pesawat tak berawak di ibu kota Lebanon, Beirut pada Selasa (2 Januari), kata sumber keamanan Lebanon dan Palestina, ketika tank dan pesawat tempurnya menghantam Gaza dalam peperangan "intensitas tinggi" lebih lanjut melawan kelompok militan tersebut di daerah kantong.

Mengutip laporan Channel News Asia, Rabu (3/1), Radio dan TV Hamas serta TV Mayadeen yang pro-Iran di Lebanon mengonfirmasi kabar dari sumber keamanan bahwa Arouri, anggota politbiro gerakan militan Palestina yang berbasis di luar negeri dan salah satu pendiri sayap militer Hamas, Brigade Izz-el-Deen al-Qassam, tewas ketika sebuah pesawat tak berawak menyerang kantor Hamas di Beirut selatan.

Secara keseluruhan, serangan pesawat tak berawak itu menewaskan enam orang di pinggiran selatan Kota Daliyeh, yang merupakan benteng pertahanan Hizbullah, kata kantor berita pemerintah Lebanon.

Dua sumber keamanan mengatakan pesawat tak berawak itu menargetkan sebuah pertemuan dan TV Al Aqsa Hamas mengatakan komandan sayap bersenjata kelompok itu di Lebanon – Samir Findi Abu Amer dan Azzam Al-Aqraa Abu Ammar – termasuk di antara korban tewas.

Wakil pemimpin Hamas Saleh al-Arouri yang berusia 57 tahun adalah pemimpin politik senior Hamas pertama yang terbunuh sejak Israel melancarkan serangan udara dan darat yang menghancurkan terhadap penguasa Hamas di Gaza, hampir tiga bulan lalu setelah militan Hamas mengamuk di kota-kota Israel.

Pembunuhan Saleh al-Arouri dapat meningkatkan risiko perang Israel-Hamas yang meluas ke luar Jalur Gaza. Kelompok Hizbullah Lebanon yang bersenjata lengkap, sekutu Hamas, hampir setiap hari melakukan baku tembak dengan Israel di perbatasan selatan Lebanon sejak perang di Gaza dimulai.

4 dari 4 halaman

Juru Bicara Militer Israel: Kami Fokus Membunuh Hamas

Saat dimintai konfirmasi bahwa Israel berada di balik pembunuhan Saleh al-Arouri, juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan pada konferensi pers: "Kami fokus membunuh Hamas."

Daniel Hagari menolak menjelaskan lebih lanjut.

Sementara Mark Regev, penasihat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan MSNBC TV bahwa Israel "tidak bertanggung jawab atas serangan ini".

"Tetapi siapa pun pelakunya, harus jelas – ini bukan serangan terhadap negara Lebanon," kata Mark Regev. "Siapapun yang melakukan ini melakukan serangan menargetkan kepemimpinan Hamas".

Israel menuduh Arouri memerintahkan dan mengawasi serangan Hamas di Tepi Barat yang diduduki Israel selama bertahun-tahun.​

"Saya menunggu kemartiran (kematian) dan saya pikir saya telah hidup terlalu lama," kata Arouri pada Agustus 2023, menyinggung ancaman Israel untuk melenyapkan para pemimpin Hamas baik di Gaza maupun di luar negeri.

Arouri baru-baru ini menghabiskan waktu di Lebanon dan Qatar, di mana seorang pejabat Hamas mengatakan bahwa dia berada di "inti perundingan" yang dilakukan oleh Kairo dan Doha mengenai cara-cara menyelesaikan konflik Gaza, dan pembebasan sandera yang dilakukan Hamas ke Israel pada 7 Oktober.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.