Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat (AS) menyatakan Rusia telah menggunakan rudal balistik dan peluncur yang dipasok oleh Korea Utara dalam perang Ukraina. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby menyebutnya sebagai eskalasi signifikan dan memprihatinkan.
AS, ungkap Kirby, akan mengangkat isu ini ke Dewan Keamanan (DK) PBB dan menjatuhkan sanksi tambahan terhadap mereka yang berupaya memfasilitasi transfer senjata. Pengadaan rudal balistik oleh Korea Utara merupakan pelanggaran langsung terhadap sejumlah resolusi DK PBB.
Baca Juga
"Kami akan menuntut Rusia bertanggung jawab karena sekali lagi melanggar kewajiban internasionalnya," kata Kirby, seperti dilansir BBC, Jumat (5/1/2024).
Advertisement
Dia juga menuturkan AS yakin Rusia berencana membeli rudal jarak dekat dari Iran, namun hingga saat ini mereka belum melakukannya.
Dalam kesempatan yang sama, Kirby mendesak Kongres AS segera menyetujui pendanaan tambahan untuk Ukraina.
"Respons paling efektif terhadap kekerasan mengerikan yang dilakukan Rusia terhadap rakyat Ukraina adalah dengan terus memberikan Ukraina kemampuan pertahanan udara yang penting dan jenis peralatan militer lainnya," ujarnya.
"Iran dan Korea Utara mendukung Rusia. Ukraina berhak mengetahui bahwa rakyat AS dan pemerintah akan terus mendukung mereka," tutur Kirby.
Paket bantuan militer AS terakhir ke Ukraina, senilai sekitar USD 250 juta, telah disetujui oleh Kongres pada 27 Desember. Namun, pembicaraan mengenai pendanaan lebih lanjut terhenti di Kongres karena kurangnya dukungan di kalangan Partai Republik, yang bersikeras bahwa tindakan keamanan yang lebih ketat di perbatasan AS-Meksiko harus menjadi bagian dari kesepakatan.
Ukraina telah memperingatkan bahwa upaya perang dan keuangan negaranya terancam jika bantuan Barat tidak segera diberikan.
Reaksi Inggris
Inggris mengutuk keras penggunaan rudal balistik yang bersumber dari Korea Utara di Ukraina oleh Rusia.
"Korea Utara diwajibkan tunduk pada rezim sanksi yang kuat dan kami akan terus bekerja sama dengan mitra kami untuk memastikan bahwa Korea Utara membayar harga yang mahal karena mendukung perang ilegal Rusia di Ukraina," kata juru bicara Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan.
Advertisement
Bantahan Rusia
Rusia telah membantah adanya kolaborasi semacam itu dengan Korea Utara. Faktanya, pada September pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengunjungi Rusia untuk membahas potensi kerja sama militer.
AS sebelumnya memang telah menuduh Korea Utara memasok senjata ke Rusia. Namun, pernyataan Kirby menandai kali pertama AS menyinggung spefisik rudal balistik – roket berpemandu yang dapat mencapai sasaran sejauh 900 km.