Sukses

Mossad dan Hizbullah Saling Beri Peringatan Pasca Tewasnya Wakil Pemimpin Hamas Saleh al-Arouri

Seorang pejabat AS mengonfirmasi bahwa militer Israel melakukan serangan yang menewaskan Wakil Kepala Biro Politik Hamas yang juga salah satu pendiri sayap militer Hamas Brigade Izz ad-Din al-Qassam, Saleh al-Arouri, dan tidak memberikan pemberitahuan terlebih dahulu kepada Gedung Putih.

Liputan6.com, Tel Aviv - Direktur Dinas Intelijen Israel (Mossad) David Barnea pada Rabu (3/1/2024) berjanji pihaknya akan memburu setiap anggota Hamas yang terlibat dalam serangan 7 Oktober 2023.

"Mossad berkomitmen untuk menyelesaikan masalah dengan para pembunuh yang menyerbu wilayah Gaza (mengacu pada wilayah selatan Israel yang diserang Hamas)," ungkap Barnea, seperti dilansir AP, Jumat (5/1).

Dia berjanji mengejar semua orang yang terlibat, termasuk perencana.

Barnea menyampaikan pernyataannya sehari setelah wakil kepala biro politik Hamas yang juga salah satu pendiri sayap militer Hamas Brigade Izz ad-Din al-Qassam, Saleh al-Arouri, tewas dalam serangan Israel di ibu kota Lebanon.

Arouri memimpin kehadiran Hamas di Tepi Barat yang diduduki Israel. Dia juga merupakan penghubung penting dengan Hizbullah.

Israel menolak mengomentari laporan bahwa merekalah yang melakukan pembunuhan tersebut. Barnea menyinggung peristiwa Olimpiade Munchen 1972, yakni penyanderaan dan pembunuhan sejumlah atlet Israel oleh kelompok militan Palestina yang kemudian disusul dengan aksi balasan.

"Ini akan memakan waktu, seperti yang terjadi setelah pembantaian di Munich, tapi kami akan menangani mereka di mana pun mereka berada," ujarnya.

Pasca pembunuhan Arouri, Israel berada dalam siaga tinggi atas eskalasi konflik dengan kelompok Hizbullah. Arouri sendiri merupakan anggota paling senior dari Hamas yang dibunuh sejak perang Hamas Vs Israel terakhir meletus di Jalur Gaza kurang lebih tiga bulan lalu.

Kepala staf militer Israel Letkol Herzi Halevi yang mengunjungi perbatasan utara Israel dengan Lebanon pada Rabu mengatakan, "Kami berada dalam kesiapan tinggi di utara".

Sementara itu, dalam pidatonya pada Rabu malam, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah berjanji akan membalas dendam. Mengulang pernyataan kelompoknya dia menggarisbawahi bahwa pembunuhan Arouri akan menuai respons dan hukuman.

Sejauh ini, kata Nasrallah, Hizbullah berhati-hati dalam perhitungan strategisnya terkait konflik dengan menyeimbangkan kebutuhan untuk mendukung warga Jalur Gaza dan kepentingan nasional Lebanon. Namun, jika Israel melancarkan perang terhadap Lebanon, dia tegaskan pihaknya siap untuk pertempuran tanpa batas.

"Mereka akan menyesalinya," ungkap Nasrallah. "(Perang) Ini akan sangat, sangat, sangat mahal."

Hizbullah dan militer Israel hampir setiap hari saling baku tembak di perbatasan Israel-Lebanon sejak perang terbaru di Jalur Gaza dimulai. Namun, selama ini Hizbullah belum menunjukkan langkah akan meningkatkan konflik lebih jauh.

Pernyataan Nasrallah mengenai keseimbangan kepentingan disebut mencerminkan kekhawatiran kelompoknya akan disalahkan oleh masyarakat Lebanon jika perselisihan mereka dengan Israel berubah menjadi perang habis-habisan yang membawa kehancuran serupa dengan terjadi pada tahun 2006.

Namun, Nasrallah mengatakan jika Israel menyerang Lebanon maka akan menjadi kepentingan nasional untuk melakukan perlawanan.

"Kami tidak takut perang," ungkap Nasrallah. "Jika musuh berpikir untuk melancarkan perang melawan Lebanon maka kami akan melawan tanpa batasan."

Nasrallah memuji Arouri dan juga serangan yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober, dengan mengatakan bahwa serangan itu mengembalikan perjuangan Palestina setelah hampir terlupakan. Dia menegaskan Israel sejauh ini gagal mencapai semua tujuannya dalam perang di Jalur Gaza dan telah merusak reputasi internasionalnya.

Amerika Serikat (AS) dilaporkan berupaya mencegah meluasnya konflik, termasuk dengan mengerahkan dua kapal induk dan aset militer lainnya. Menteri Luar Negeri Antony Blinken diperkirakan akan kembali mengunjungi kawasan tersebut pekan ini.

2 dari 3 halaman

Eskalasi Konflik

Para pemimpin Hamas dilaporkan jelas berharap Hizbullah akan mendukung mereka.

Dalam sebuah wawancara pada Sabtu, tiga hari sebelum pembunuhan Arouri, AP bertanya kepada pejabat politik Hamas yang berbasis di Beirut, Osama Hamdan, apakah kelompok tersebut khawatir tentang kemungkinan Israel membunuh pejabatnya di Lebanon.

Hamdan meramalkan bahwa Hizbullah tidak akan membiarkan hal ini dibiarkan begitu saja dan perang habis-habisan akan terjadi.

"Jadi, mengapa Israel ingin melakukan hal itu? Apakah mereka menginginkan perang di Lebanon?" tanyanya.

"Perang bisa terjadi jika Israel bertindak salah dan agresif atau perang tidak mungkin terjadi jika Israel mengambil langkah mundur dan bertindak dengan cara yang tidak agresif terhadap Lebanon."

Dalam peristiwa yang menggambarkan eskalasi, Hizbullah mengatakan pada Rabu bahwa sembilan pejuangnya tewas dalam serangan Israel di Lebanon, jumlah korban tewas harian tertinggi dalam hampir tiga bulan ketegangan.

Hizbullah juga mengumumkan bahwa kelompoknya melakukan 11 serangan terhadap pos-pos Israel di sepanjang perbatasan, termasuk empat serangan menggunakan roket Burkan dengan hulu ledak berat, yang jarang ditembakkan kelompok itu selama konflik terbaru.

3 dari 3 halaman

Israel Serang Lebanon Tanpa Beritahu AS

Seorang pejabat AS mengonfirmasi bahwa militer Israel melakukan serangan yang menewaskan Arouri dan tidak memberikan pemberitahuan terlebih dahulu kepada Gedung Putih. Pejabat terkait berbicara tanpa menyebut nama karena tidak berwenang membahas operasi tersebut.

Serangan ini menandai pertama kalinya Israel mencapai negara lain untuk menargetkan para pemimpin Hamas, yang sebagian besar tinggal di pengasingan di kawasan.

Pernyataan direktur Mossad dinilai pula mengindikasikan akan terjadi lebih banyak pembunuhan terhadap tokoh-tokoh Hamas, senada dengan ancaman Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk membunuh para pemimpin Hamas di mana pun mereka berada.

Namun, fokus perang tetap berada di Jalur Gaza, di mana Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan Israel sedang mencari kemenangan nyata atas Hamas, yang telah menguasai Jalur Gaza sejak tahun 2007.

Serangan udara, darat dan laut Israel yang tanpa pandang bulu di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 22.300 warga Palestina, mendorong sekitar 85 persen dari populasi Gaza mengungsi ke tempat-tempat yang sudah penuh sesak di wilayah aman yang ditetapkan Israel, namun tetap saja dibom oleh mereka.

PBB telah bersuara keras bahwa seperempat penduduk Gaza menghadapi kelaparan karena blokade yang dilakukan Israel dan pertempuran sengit menghambat pengiriman bantuan. Kantor kemanusiaan PBB juga telah memperingatkan bahwa Gaza akan mengalami bencana kesehatan masyarakat.

Israel sendiri dinilai masih jauh dari tujuannya untuk menghancurkan Hamas dan mengembalikan sekitar 129 sandera yang masih ditahan Hamas. Gallant mengklaim beberapa ribu pejuang Hamas masih berada di Gaza Utara, tempat pasukan Israel memerangi mereka selama lebih dari dua bulan.

Pertempuran sengit juga terjadi di Gaza tengah dan Khan Younis di Gaza Selatan, di mana para pejabat Israel mengatakan sebagian besar struktur militer Hamas masih utuh. Yehya Sinwar, pemimpin tertinggi Hamas di Gaza, dan para wakilnya sejauh ini berhasil menghindari pasukan Israel.

Video Terkini