Liputan6.com, Jakarta - Misi pendaratan di bulan yang dijalankan pihak swasta pertama Amerika Serikat mengalami anomali setelah diluncurkan dari negara bagian Florida, AS, Senin (8/1) pagi.
Sebuah roket baru yang dikembangkan oleh perusahaan peluncuran ruang angkasa AS, United Launch Alliance, lepas landas pada Senin pukul 02:18 Waktu Bagian Timur (0718 GMT) dari Kompleks Peluncuran 41 di Stasiun Angkatan Luar Angkasa Cape Canaveral di Florida.
Baca Juga
Kendaraan peluncuran tersebut mengirimkan Peregrine, pendarat bulan yang dikembangkan oleh perusahaan swasta Amerika Astrobotic Technology, dikutip dari Xinhua, Selasa (9/1/2024).
Advertisement
Tak lama setelah terpisah dari pesawat luar angkasa, Peregrine mengalami masalah propulsi.
“Setelah aktivasi sistem propulsi berhasil, Peregrine memasuki kondisi operasional yang aman. Sayangnya, kemudian terjadi anomali, yang menghalangi Astrobotic mencapai orientasi stabil mengarah ke matahari,” kata perusahaan itu dalam rilisnya.
Menurut NASA, pesawat ruang angkasa yang dirancang dan dikembangkan secara pribadi ini menggunakan teknologi baru yang dikembangkan industri, beberapa di antaranya belum pernah terbang ke luar angkasa.
NASA bekerja sama dengan Astrobotic untuk menentukan dampak dari lima penyelidikan sains yang dilakukan badan tersebut di atas kapal Peregrine.
Lima muatan sains dan penelitian NASA di atas pesawat pendarat tersebut akan membantu badan tersebut lebih memahami proses dan evolusi planet, mencari bukti keberadaan air dan sumber daya lainnya, dan mendukung eksplorasi manusia yang berkelanjutan dan jangka panjang, menurut NASA.
Peregrine adalah pendarat bulan komersial Amerika pertama yang diluncurkan dalam misi ke bulan.
NASA Berambisi Bangun Rumah di Bulan Tahun 2040
Sudah setengah abad sejak manusia pertama menginjakkan kaki di Bulan, namun sekarang kita sedang melangkah ke masa depan. Misi Artemis NASA tengah berjalan, dengan tujuan mendaratkan misi berawak pertama di permukaan Bulan sekitar tahun 2025.
Kali ini, NASA memiliki rencana untuk tinggal di sana dalam jangka panjang, dengan membangun stasiun luar angkasa dan fasilitas operasional di permukaan. Mereka juga telah mengungkapkan kerja sama dengan perusahaan bernama Icon untuk mewujudkan rencana membangun rumah di Bulan.
Jika semua berjalan sesuai rencana, mungkin saja orang-orang akan dapat tinggal di rumah-rumah di Bulan dalam masa hidup kita.
Melansir dari Extreme Tech, Jumat (13/10/2023), Proyek Olympus diharapkan dapat terwujud pada tahun 2040. Icon telah mengembangkan teknologi yang pada akhirnya dapat menghasilkan rumah di Bulan, meskipun mungkin berbeda dari konsep di atas.
Metode ini memanfaatkan printer 3D untuk membangun rumah dengan lebih efisien dan ramah lingkungan daripada metode konstruksi konvensional di Bumi. Seperti yang disarankan sebelumnya oleh NASA, teknik pembangunan ini memiliki potensi untuk menjadi solusi yang ideal dalam memanfaatkan sumber daya lokal (ISRU), yaitu menggunakan bahan-bahan yang ada di tempat tujuan daripada mengimpor semuanya.
Advertisement
Menguji Keberhasilan Printer 3D di Lingkungan Luar Angkasa
NASA akan memulai dengan mengirimkan sebuah printer 3D raksasa ke Bulan, langkah pertama dalam rencana mereka. Meskipun printer Icon telah terbukti sukses di Bumi, namun tantangan di luar angkasa berbeda.
Sebagian besar perangkat keras untuk penerbangan luar angkasa dirancang khusus untuk tahan terhadap radiasi dan suhu ekstrem. Menurut laporan The New York Times, pada awal tahun depan, 2023, NASA akan menempatkan printer Icon ke dalam ruang uji khusus di Marshall Space Flight Center.
Di sana, printer akan diuji terhadap radiasi dan kondisi hampa ruang yang intens, mensimulasikan lingkungan di Bulan.
Sebelumnya pada tahun 2020, NASA menjalin kemitraan awal dengan Icon, menyokong riset terkait pencetakan struktur di luar orbit rendah Bumi. Kemudian, pada tahun 2022, NASA mengumumkan kesepakatan senilai $60 juta (sekitar Rp946,7 miliar) untuk sistem konstruksi luar angkasa yang dapat digunakan dalam pembangunan habitat dan landasan pendaratan roket.