Liputan6.com, Jakarta - Ketika dunia mendekati titik tengah dekade transformasi pembangunan, perekonomian global akan mengalami rekor buruk pada akhir tahun 2024 – sebuah pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) lima tahun paling lambat dalam 30 tahun terakhir, demikian menurut Laporan Prospek Ekonomi Global terbaru Bank Dunia.
Di satu sisi, perekonomian global berada dalam kondisi yang lebih baik dibandingkan tahun lalu: risiko resesi global telah berkurang, terutama karena kuatnya ekonomi AS. Namun meningkatnya ketegangan geopolitik dapat menciptakan bahaya baru dalam jangka pendek bagi perekonomian dunia.
Baca Juga
Sementara itu, prospek jangka menengah bagi banyak negara berkembang semakin suram di tengah perlambatan pertumbuhan di sebagian besar negara besar, lesunya perdagangan global, dan kondisi keuangan yang paling ketat dalam beberapa dekade, dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (11/1/2024).
Advertisement
Pertumbuhan perdagangan global pada tahun 2024 diperkirakan hanya separuh dari rata-rata pertumbuhan perdagangan global pada dekade sebelum pandemi. Sementara itu, biaya pinjaman di negara-negara berkembang—terutama negara-negara dengan peringkat kredit yang buruk—kemungkinan akan tetap tinggi karena suku bunga global berada pada level tertinggi dalam empat dekade jika disesuaikan dengan inflasi.
Pertumbuhan global diproyeksikan melambat selama tiga tahun berturut-turut—dari 2,6 persen tahun lalu menjadi 2,4 persen pada tahun 2024, hampir tiga perempat poin persentase di bawah rata-rata tahun 2010-an. Negara-negara berkembang diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 3,9 persen, lebih dari satu poin persentase di bawah rata-rata pertumbuhan pada dekade sebelumnya.
Setelah kinerja yang mengecewakan tahun lalu, negara-negara berpendapatan rendah diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,5 persen, lebih lemah dari perkiraan sebelumnya.
Pada akhir tahun 2024, masyarakat di sekitar satu dari setiap empat negara berkembang dan sekitar 40 persen negara-negara berpenghasilan rendah akan tetap berada dalam kondisi lebih miskin dibandingkan saat menjelang pandemi COVID pada tahun 2019.
Sementara itu, di negara-negara maju, pertumbuhannya melambat menjadi 1,2 persen tahun ini dari 1,5 persen pada tahun 2023.
Begini Gambaran Kondisi Ekonomi Global di 2024
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, menyebut di tahun 2024 ekonomi global tidak akan semakin mudah.
Hal itu ditandai dengan sejumlah risiko dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi tahun depan. Menurutnya, risiko-risiko tersebut merupakan efek lanjutan dari risiko yang telah terjadi di tahun 2023.
"Kami menyadari bersama bahwa sepanjang tahun 2023 dinamika global menjadi faktor yang mempengaruhi perkembangan ekonomi domestik. Ke depan, tantangan tidak bertambah mudah. Sejumlah risiko masih kita hadapi," kata Airlangga dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia "Optimisme Penguatan Ekonomi Nasional Di Tengah Dinamika Global" di Hotel St. Regis, Jakarta, Jumat (22/12/2023).
Adapun risikonya diantaranya volatilitas harga komoditas yang masih tinggi yang dipengaruhi oleh tensi geopolitik yang hingga kini belum mereda, bahkan volatilitas harga komoditas tersebut diprediksi bisa terus meningkat.
Advertisement
Risiko Lain
Resiko selanjutnya, yakni tingkat pengetatan kebijakan moneter di negara maju yang berdampak terhadap aliran modal asing di negara-negara berkembang (emerging country).
Tak kalah pentingnya, yakni pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang dibawah perkiraan dinilai dapat mengganggu rantai pasok global. Selain itu, risiko terganggunya ketahanan pangan dan energi akibat perubahan iklim dapat memperngaruhi pertumbuhan ekonomi di dunia, sehingga semakin tak mudah.
Alhasil, dengan berbagai tantangan tersebut, kata Airlangga prospek ekonomi global akan lebih menantang.