Sukses

AS dan Inggris Lancarkan Serangan Balasan terhadap Kelompok Houthi di Yaman

Sejumlah pejabat AS mengonfirmasi bahwa sasaran serangan terhadap kelompok Houthi di Yaman mencakup pusat logistik, sistem pertahanan udara, dan lokasi penyimpanan senjata.

Liputan6.com, Washington, DC - Militer Amerika Serikat (AS) dan Inggris pada Kamis (11/1/2024) mengebom lebih dari selusin lokasi yang digunakan oleh kelompok Houthi di Yaman dengan menggunakan rudal Tomahawk dan jet tempur yang diluncurkan oleh kapal perang. Hal tersebut dikonfirmasi sejumlah pejabat AS kepada AP. Sasaran militer, kata mereka, mencakup pusat logistik, sistem pertahanan udara, dan lokasi penyimpanan senjata.

AS dan Inggris sebelumnya memang telah dilaporkan siap melancarkan serangan militer terhadap Houthi. Sumber pertahanan Barat mengindikasikan persiapan semakin intensif pada Kamis sebagai tanggapan terhadap serangan 21 rudal dan drone Houthi yang ditujukan ke kapal perang AS dan Inggris pada Selasa (9/1) malam, meskipun skala dan waktunya masih dirahasiakan.

Ditanya tentang potensi serangan AS terhadap Houthi di Yaman, juru bicara keamanan nasional AS John Kirby seperti dilansir The Guardian, Jumat (12/1), mengatakan, "Kami akan melakukan apa yang harus kami lakukan untuk melawan dan mengalahkan ancaman yang terus dilancarkan Houthi terhadap pelayaran komersial di Laut Merah."

Pada Rabu (10/1), Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan akan ada konsekuensi setelah serangan Houthi, sementara Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps, menggarisbawahi kepada wartawan untuk "mengawasi isu ini".

Sebagai respons, pemimpin Houthi Abdul-Malik al-Houthi, kelompok yang menguasai bagian utara dan barat Yaman, mengatakan pada Kamis bahwa jika diserang, Houthi akan melawan.

"Setiap serangan AS tidak akan dibiarkan tanpa tanggapan. Responsnya akan lebih besar dibandingkan serangan yang dilakukan dengan 20 drone dan sejumlah rudal," kata al-Houthi dalam pidato yang disiarkan televisi.

"Kami lebih bertekad untuk menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel dan kami tidak akan mundur."

2 dari 3 halaman

Cobaan Terbaru bagi Yaman

Para ahli sebelumnya percaya bahwa AS, Inggris, dan sekutu Barat lainnya kemungkinan besar akan menargetkan radar pesisir dan lokasi peluncuran dalam upaya yang terkalibrasi untuk menghentikan serentetan serangan rudal dan drone Houthi yang telah berlangsung selama tiga bulan di jalur perairan Timur Tengah yang sibuk.

Namun, ada yang menambahkan bahwa intervensi apa pun penuh dengan risiko. Sidharth Kaushal, seorang ahli dari lembaga pemikir Royal United Services Institute mengatakan, "Itu tergantung target apa yang dipilih, tetapi Houthi mengatakan mereka tidak akan mundur, sehingga ada risiko terjadinya konflik yang berkepanjangan."

Serangan apa pun – yang mungkin dilakukan dari udara dan laut – harus cukup untuk memberikan efek jera, tambah analis tersebut, namun serangan pengeboman yang lebih luas menambah risiko jatuhnya korban sipil dan dapat mengobarkan opini publik di Timur Tengah yang sudah bergejolak.

Badan-badan bantuan menuturkan mereka prihatin dengan dampak pengeboman baru terhadap penduduk Yaman, negara yang sedang mencoba untuk menegosiasikan diakhirinya perang saudara yang telah berlangsung selama sembilan tahun, namun salah satu lembaga mengatakan kepada The Guardian bahwa serangan Houthi sangat populer di Yaman, yang ditafsirkan sebagai bentuk perlawanan terhadap Israel dan Barat.

3 dari 3 halaman

Imbas dari Perang Hamas Vs Israel

Krisis di Laut Merah bagian selatan terjadi pada saat konflik yang lebih luas terjadi di Timur Tengah. Serangan pengeboman Israel terhadap Hamas di Jalur Gaza sudah memasuki bulan keempat, sementara ketegangan semakin memburuk di bagian utara negara itu, di mana pasukan Israel dan Hizbullah di Lebanon terlibat dalam serangan balas dendam yang semakin agresif.

Namun, sekelompok negara Barat yang dipimpin oleh AS, disebut semakin percaya bahwa meskipun situasi internasional sedang sulit, harus ada tanggapan militer terhadap Houthi. Kelompok ini secara bertahap meningkatkan serangkaian serangan di wilayah selatan Laut Merah sejak pertengahan Oktober untuk mendukung Hamas.

Dengan menggunakan senjata yang dirancang di Iran, Houthi memulai dengan menargetkan kapal dagang yang melintasi jalur perairan sibuk yang diperkirakan menjadi jalur pelayaran 15 persen perdagangan dunia melalui laut. Langkah Houthi pada Desember mendorong kelompok pelayaran besar seperti Maersk dan Hapag-Lloyd mengubah lalu lintas ke sekitar Tanjung Harapan, menambahkan setidaknya tujuh hari waktu dan biaya perjalanan.

Adapun serangan pada Selasa malam dinilai mewakili eskalasi karena langsung menyasar sekelompok kapal perang AS dan Inggris yang dikirim ke Laut Merah sebagai perlindungan. Sumber Angkatan Laut Kerajaan Inggris mengatakan HMS Diamond, sebuah kapal perusak, termasuk di antara mereka yang menjadi sasaran langsung dan terpaksa menggunakan rudal Sea Viper/Aster dan senapan mesin untuk mempertahankan diri.

AS sendiri telah membentuk koalisi angkatan laut internasional, Operation Prosperity Guardian, yang beranggotakan Australia, Bahrain, Belgia, Kanada, Denmark, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Singapura, Selandia Baru, dan Inggris untuk melindungi jalur pelayaran tersebut. Angkatan Laut Prancis juga beroperasi di wilayah yang sama, tetapi bukan bagian dari kelompok tersebut.

Pasukan itu dipimpin oleh kapal induk AS Dwight D Eisenhower, yang memiliki pesawat F/A-18 yang dapat digunakan untuk menyerang sasaran di Yaman, ditambah tiga kapal perusak, dengan HMS Diamond bertindak di sampingnya untuk melindungi sasaran udara.