Liputan6.com, Sana'a - Kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman mengatakan pada Jumat (12/1/2024) bahwa serangan terhadap gerakan tersebut oleh Amerika Serikat dan Inggris tidak akan berjalan tanpa "hukuman atau pembalasan." Demikian mengutip Middle East Online.
Juru bicara militer kelompok Houthi mengatakan serangan itu menewaskan lima anggota dan melukai enam lainnya, dan bahwa kelompok itu akan terus memblokir jalur kapal di Laut Merah dan Laut Arab.
Baca Juga
Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan pada hari Jumat (12/1) bahwa serangan Kamis (11/1) semalam terhadap sasaran militer Houthi di Yaman oleh Inggris dan AS dimaksudkan untuk mencegah serangan lebih lanjut.
Advertisement
“Tujuan kami tetap untuk meredakan ketegangan dan memulihkan stabilitas di Laut Merah," tulis kementerian tersebut di platform media sosial X.​
Sementara menurut laporan situs Politico, serangan udara Barat terhadap posisi Houthi di Yaman pada Kamis 11 Januari malam tidak akan menghentikan para anggotanya mengganggu pelayaran di Laut Merah, tegas kelompok militan yang didukung Iran pada hari Jumat di tengah eskalasi paling signifikan dalam krisis yang telah berlangsung selama berbulan-bulan hingga saat ini.
Setelah AS, Inggris, dan segelintir sekutu lainnya menyerang puluhan sasaran militer strategis dengan amunisi presisi pada Jumat (12/1) dini hari, Mohammed Ali al-Houthi, anggota dewan tertinggi gerakan tersebut, mengecam operasi militer yang "tidak dapat dibenarkan: tersebut dan bersikeras bahwa "tanggapan" akan diumumkan dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.
Barat: Fasilitas Penyimpanan Senjata hingga Tempat Peluncuran Drone Hancur
Laporan dari situs Politico menyebut, Wakil Menteri Luar Negeri Houthi, Hussein Al-Ezzi, menambahkan bahwa "Amerika dan Inggris harus bersiap membayar harga yang mahal" atas peran mereka dalam serangan tersebut, yang menurut para pejabat Barat telah menghancurkan fasilitas penyimpanan senjata, sistem pertahanan udara dan lokasi peluncuran drone yang digunakan untuk menyerang kapal sipil di perairan sibuk Laut Merah.​
Mohammed Abdulsalam, juru bicara pemberontak Syiah, menegaskan bahwa kelompok Houthi akan melanjutkan serangannya terhadap kapal-kapal yang dikatakan terkait dengan Israel sebagai pembalasan atas perang di Gaza.
Adapun lusinan kapal tanker minyak dan kapal kargo diserang tanpa pandang bulu dalam beberapa pekan terakhir, dan koalisi angkatan laut pimpinan Washington terpaksa mencegat rudal anti-kapal dan mencegah upaya pembajakan.
Advertisement
Serangan AS-Inggris Didukung Australia, Kanada, Belanda, dan Bahrain
Menurut Komando Pusat AS, pasukannya melakukan serangan tersebut melalui koordinasi dengan pasukan Inggris dan dengan dukungan dari Australia, Kanada, Belanda, dan Bahrain.
"Kami menganggap militan Houthi dan sponsor Iran yang mengganggu stabilitas mereka bertanggung jawab atas serangan ilegal, sembarangan, dan sembrono terhadap pelayaran internasional yang berdampak pada 55 negara sejauh ini, termasuk membahayakan nyawa ratusan pelaut, termasuk Amerika Serikat," kata Jenderal Michael Erik Kurila.
Iran, yang secara konsisten mendukung Houthi sebagai bagian dari Poros Perlawanan terhadap Israel, menegaskan bahwa operasi tersebut merupakan "pelanggaran nyata terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Yaman."
Sekutu dekat Iran di kelompok militan Hizbullah Lebanon juga menyuarakan dukungan untuk Houthi, ketika pejuang mereka terus menembakkan roket melintasi perbatasan ke Israel.
Beberapa jam sebelumnya, angkatan laut Teheran menaiki dan menyita kapal kargo Yunani yang berlayar di sekitar Selat Hormuz, menuju Turki dengan muatan minyak Irak. Iran juga telah mengerahkan kapal perangnya yang sudah tua ke Laut Merah, yang memicu kekhawatiran akan konfrontasi langsung dengan armada Barat.​
Sekilas Serangan AS-Inggris ke Houthi di Yaman
Militer Amerika Serikat (AS) dan Inggris pada Kamis (11/1/2024) mengebom lebih dari selusin lokasi yang digunakan oleh kelompok Houthi di Yaman dengan menggunakan rudal Tomahawk dan jet tempur yang diluncurkan oleh kapal perang. Hal tersebut dikonfirmasi sejumlah pejabat AS kepada AP. Sasaran militer, kata mereka, mencakup pusat logistik, sistem pertahanan udara, dan lokasi penyimpanan senjata.
AS dan Inggris sebelumnya memang telah dilaporkan siap melancarkan serangan militer terhadap Houthi. Sumber pertahanan Barat mengindikasikan persiapan semakin intensif pada Kamis sebagai tanggapan terhadap serangan 21 rudal dan drone Houthi yang ditujukan ke kapal perang AS dan Inggris pada Selasa (9/1) malam, meskipun skala dan waktunya masih dirahasiakan.
Ditanya tentang potensi serangan AS terhadap Houthi di Yaman, juru bicara keamanan nasional AS John Kirby seperti dilansir The Guardian, Jumat (12/1), mengatakan, "Kami akan melakukan apa yang harus kami lakukan untuk melawan dan mengalahkan ancaman yang terus dilancarkan Houthi terhadap pelayaran komersial di Laut Merah."
Pada Rabu (10/1), Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan akan ada konsekuensi setelah serangan Houthi, sementara Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps, menggarisbawahi kepada wartawan untuk "mengawasi isu ini".
Sebagai respons, pemimpin Houthi Abdul-Malik al-Houthi, kelompok yang menguasai bagian utara dan barat Yaman, mengatakan pada Kamis bahwa jika diserang, Houthi akan melawan.
"Setiap serangan AS tidak akan dibiarkan tanpa tanggapan. Responsnya akan lebih besar dibandingkan serangan yang dilakukan dengan 20 drone dan sejumlah rudal," kata al-Houthi dalam pidato yang disiarkan televisi.
"Kami lebih bertekad untuk menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel dan kami tidak akan mundur."
Advertisement