Liputan6.com, London - Enam orang telah ditangkap karena dicurigai merencanakan gangguan pada London Stock Exchange (Bursa Efek London).
Metropolitan Police (Met Police) atau Polisi Inggris untuk county Greater London mengatakan informasi menunjukkan aktivis dari kelompok Aksi Palestina bermaksud menargetkan pertukaran pada hari Senin (15/1/2024).
Baca Juga
Pihak kepolisian tersebut mengatakan, diyakini mereka yang terlibat berencana menyebabkan kerusakan dan "mengunci" dalam upaya menghentikan pembukaan gedung untuk perdagangan di Bursa Efek London.
Advertisement
Laporan BBC menyebut, penangkapan dilakukan di London, Liverpool dan Brighton pada hari Minggu (14/1). Keenam orang tersebut saat ini telah ditahan polisi.
Adapun seorang pria berusia 31 tahun dari Liverpool ditangkap karena dicurigai melakukan konspirasi untuk menyebabkan kerusakan kriminal oleh petugas dari Polisi Merseyside pada Minggu (14/1) dini hari.
Lima orang lainnya ditangkap atas pelanggaran yang sama pada hari yang sama, termasuk seorang wanita, 29 tahun dari Brent di London utara, seorang pria berusia 23 tahun dari Tower Hamlets di London timur, dua wanita berusia 28 dan 26 tahun dari Liverpool dan seorang pria berusia 27 tahun di Brighton.
Kepolisian Inggris mengatakan pihaknya "memperhatikan saran bahwa ini adalah salah satu bagian dari pekan aksi yang direncanakan". Dikatakan bahwa pihaknya telah melakukan kontak dengan pihak lain, termasuk Kepolisian Kota London, untuk memastikan gangguan lebih lanjut dapat diatasi.
Â
Penangkapan dari Informasi Daily Express
Â
Met Police juga mengatakan penangkapan itu dipicu oleh informasi yang dibagikan oleh Daily Express.
Det Supt atau detektif pengawas Sian Thomas berkata: "Ini adalah penangkapan yang signifikan. Kami yakin kelompok ini siap melakukan aksi yang mengganggu dan merusak yang bisa menimbulkan implikasi serius jika dilakukan dengan sukses."
"Saya berterima kasih kepada Express atas kesediaan mereka memberikan informasi yang diperoleh dari penyelidikan mereka sendiri," kata Thomas.
"Hal ini sangat penting dalam membantu kami melakukan intervensi dengan sukses. Karena kami baru diberikan materi pada Jumat sore, kami memiliki waktu yang terbatas untuk bertindak."
Thomas mengatakan berkat "usaha yang gigih" dari tim kejahatan ketertiban umum kepolisian Inggris dan rekan-rekannya di Merseyside, petugas "dapat mengidentifikasi, menemukan dan menangkap orang-orang yang kami curigai terlibat dalam plot ini".​
Advertisement
Inggris Tangkap 3 Warga Negara Bulgaria, Diduga Jadi Mata-mata Rusia
Sebelumnya, Inggris menangkap tiga warga negara Bulgaria yang diduga menjadi mata-mata Rusia saat tinggal di Inggris telah ditangkap dan didakwa.
Para terdakwa termasuk di antara lima orang yang ditahan pada Februari setelah penyelidikan anti-terorisme yang berlangsung lama. Tiga dari mereka kemudian didakwa dengan kepemilikan dokumen identitas palsu, menurut Polisi Metropolitan, yang bertanggung jawab atas kasus spionase.
BBC melaporkan bahwa mereka dituduh bekerja untuk dinas keamanan Rusia, sebagai bagian dari sel yang menyamar. Mereka dilaporkan memegang paspor dan kartu identitas dari Inggris, Bulgaria, Prancis, Italia, Spanyol, Kroasia, Slovenia, Yunani, dan Republik Ceko.
Para terdakwa, yang ditangkap di bawah Undang-Undang Rahasia Resmi 1911 oleh polisi anti-terorisme, mengetahui bahwa dokumen tersebut dipalsukan dan memilikinya dengan "niat yang tidak benar". Demikian dugaannya seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (16/8/2023).
Tiga orang yang diduga mata-mata Rusia tersebut adalah Orlin Roussev (45), Biser Dzhambazov (41), dan Katrin Ivanova (31). Dzhambazov dan Ivanova digambarkan sebagai pasangan.
Laporan BBC menyebutkan bahwa ketiganya telah bermukim di Inggris selama bertahun-tahun, bekerja di berbagai bidang, dan tinggal di serangkaian properti pinggiran kota.
Pelaku Kekerasan Ditangkap
Sebelumnya, polisi Inggris mengatakan menindak pelaku "barbar" seorang pria di St Helens, Inggris, berujung pidana karena ia meninggalkan kekasihnya pasca-kecelakaan. Pria itu ternyata juga mabuk.Â
Menurut laporan BBC, Minggu (14/1/2024), pelaku bernama Kevin Marsh (42) berkendara dengan kecepatan sangat tinggi ketika ia berada di bawah pengaruh narkoba dan alkohol. Peristiwa ini terjadi pada Juli 2023 lalu, dan kini Marsh divonis penjara 16 tahun.
Pelaku juga dilarang berkendara selama 18 tahun.
Pacarnya adalah seorang ibu dengan empat orang anak bernama Michelle Atherton (47). Paul melarikan diri usai kecelakaan dengan berjalan kaki. Michelle sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tidak tertolong.
Pihak kepolisian mengingatkan bahwa aksi ngebut-ngebutan sembari dipengaruhi narkoba dan alkohol bisa membahayakan nyawa dan memicu luka yang tak bisa dibayangkan bagi orang-orang yang terlibat.
Sementara, keluarga Michelle Atherton menegaskan bahwa ia merupakan seorang ibu yang baik dan direnggut terlalu awal karena insiden ini.
Advertisement