Liputan6.com, Tel Aviv - Irak menyerang dua kota Israel dengan rudal Scud, memicu kekhawatiran bahwa Israel mungkin akan terlibat dalam Perang Teluk.
Kota terbesar Israel, Tel Aviv dan Haifa -- pelabuhan utama Israel -- terkena serangan yang dimulai pada pukul 03.00 waktu setempat.
Baca Juga
Saat serangan terjadi, sebagian besar penduduk sedang tidur, dikutip dari laman BBC, Kamis (18/1/2024).
Advertisement
Laporan dari Tel Aviv mengatakan, udara dipenuhi suara sirene dan beberapa menit kemudian delapan rudal melesat masuk dan meledak dalam bentuk bola api.
Warga berebut pakaian pelindung dan masker gas, yang diberikan kepada sebagian besar penduduk sebelum konflik dimulai.
Para korbannya diyakini mengalami luka ringan dan tidak ada yang terbunuh, dan hanya sedikit orang yang terluka.
Ini merupakan kali pertama Tel Aviv dilanda konflik Israel-Arab.
Hulu Ledak Kimia
Laporan awal bahwa salah satu rudal tersebut memiliki hulu ledak kimia dengan cepat terbukti salah.
Israel memiliki kekuatan militer terkuat di antara negara-negara Timur Tengah lainnya, dan mengatakan bahwa serangan apa pun yang dilakukan Irak akan membawa “hukuman” besar-besaran.
Presiden Amerika Serikat kala itu George Bush, mengeluarkan seruan kepada Israel untuk menahan diri dari pembalasan atas serangan tersebut.
Komandan sekutu telah diperintahkan untuk melakukan serangan khusus untuk mencari dan menghancurkan situs rudal dan peluncur bergerak Irak yang dapat mengancam Israel.
Bush juga menekankan tekadnya untuk melindungi Israel dari serangan lebih lanjut.
Pertemuan Darurat
Perdana Menteri Israel, Yitzhak Shamir, mengadakan pertemuan darurat komite pertahanan menteri yang terdiri dari para menteri senior dan perwira militer untuk memutuskan tanggapan Israel.
Setelah pertemuan sehari penuh, Menteri Luar Negeri David Levy mengatakan kepada wartawan bahwa belum ada keputusan yang diambil apakah akan melakukan pembalasan.
“Israel berhak membalas dengan cara dan skala serta metode yang mereka pilih sendiri,” katanya.
Setiap tindakan militer Israel dapat memecah belah koalisi multi-nasional melawan Irak dengan memprovokasi negara-negara Arab untuk menarik dukungan mereka.
Sementara itu, pemboman udara Sekutu terhadap sasaran militer Irak terus berlanjut dengan kecepatan 2.000 serangan per hari.
Advertisement