Liputan6.com, Tel Aviv - Israel semakin khawatir terhadap upaya kelompok Hamas yang berpotensi mendapatkan kembali kendali di Jalur Gaza utara, menurut media Israel.
“Ada tren yang mengkhawatirkan dalam lembaga keamanan Israel mengenai upaya Hamas untuk memulihkan kemampuan sipilnya di Gaza utara,” kata Radio Tentara Israel, dikutip dari yenisafak.com, Jumat (19/1/2024).
Baca Juga
Badan keamanan Israel mengutip upaya kelompok Palestina untuk menugaskan kembali polisi lokal guna mengambil alih wilayah tersebut.
Advertisement
Tentara Israel melakukan serangan baru ke beberapa wilayah di Jalur Gaza utara pada Selasa lalu, beberapa jam setelah Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengumumkan diakhirinya operasi darat “intensitas tinggi” di wilayah tersebut.
Menurut seorang reporter Anadolu, pasukan tentara maju ke bagian utara Kota Gaza dan wilayah timur kota Jabalia dan barat Beit Hanoun dan Beit Lahia.
“Kekhawatiran utama lembaga keamanan Israel adalah keberhasilan Hamas dalam memulihkan kemampuan militernya di wilayah tersebut juga,” kata Radio Angkatan Darat.
Menteri Kabinet Perang Israel Gideon Sa'ar mengatakan pada Selasa pagi bahwa Hamas masih jauh dari kekalahan.
“Jika ada yang berpikir bahwa akan ada alternatif terhadap kekuasaan mereka di Jalur Gaza, hal itu tidak akan terjadi,” kata Sa'ar kepada Radio Angkatan Darat.
Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober, menewaskan sedikitnya 24.285 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai 61.154 lainnya, menurut otoritas kesehatan setempat.
Israel mengatakan, sekitar 1.200 orang tewas dalam serangan Hamas.
Serangan Israel telah menyebabkan 85% penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur di wilayah kantong itu rusak atau hancur, menurut PBB.
350 Ribu Rumah di Gaza Rusak Akibat Serangan Israel
Dana setidaknya USD 15 miliar atau sekitar Rp234 triliun dibutuhkan untuk membangun kembali rumah-rumah di Gaza akibat serangan Israel, demikian diungkapkan oleh Kepala Dana Investasi Palestina Mohammed Mustafa pada Rabu (17/1/2024)
Mustafa mengatakan laporan internasional menunjukkan 350.000 unit rumah telah rusak di Gaza, baik rusak sepenuhnya atau sebagian dan lebih dari 70.000 unit hancur total.
"Dengan asumsi 150.000 unit rumah perlu dibangun kembali dengan biaya rata-rata USD 100.000 per unit, "itu berarti US$15 miliar untuk unit rumah", katanya di Forum Ekonomi Dunia di Davos, seperti dilansir CNA, Kamis (18/1).
"Kami masih belum membicarakan infrastruktur, kami belum membicarakan rumah sakit yang rusak, jaringan listrik," sambungnya.
Angka tersebut menunjukkan biaya rekonstruksi yang jauh lebih besar dibandingkan anggaran sebelumnya untuk mengembalikan Gaza setelah konflik sebelumnya, lantaran perang telah berlangsung selama lebih dari 100 hari.
Menyusul perang tahun 2014 antara Hamas dan Israel, yang berlangsung selama tujuh minggu dan menewaskan 2.100 warga Palestina, Qatar menghabiskan lebih dari USD 1 miliar untuk proyek perumahan dan bantuan di Gaza.
Mustafa mengatakan kepemimpinan Palestina, dalam jangka pendek, akan terus fokus pada bantuan kemanusiaan termasuk makanan dan air, namun pada akhirnya fokusnya akan beralih ke rekonstruksi.
Advertisement
Krisis Kemanusiaan di Gaza
Perang Israel Vs Hamas menyebabkan sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza meninggalkan rumah mereka, beberapa di antaranya bahkan telah mengalaminya beberapa kali. Kondisi ini menyebabkan krisis kemanusiaan, dengan makanan, bahan bakar, dan pasokan medis yang semakin menipis.
"Jika perang di Gaza terus berlanjut, kemungkinan besar lebih banyak orang yang meninggal karena kelaparan dibandingkan perang," kata Mustafa.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengembalikan makanan, obat-obatan, air dan listrik ke wilayah kantong yang terkepung, tambahnya.
Ketika ditanya apa peran Hamas di masa depan, Mustafa mengatakan "cara terbaik ke depan adalah menjadi se-inklusif mungkin".
100 Hari Perang di Gaza: Israel dan Hamas Sepakati Perjanjian Kiriman Bantuan
Israel dan Hamas sepakat perjanjian tentang bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza. Qatar dan Prancis berkolaborasi sebagai mediator pada perjanjian terbaru ini.
Dilaporkan BBC, Rabu (17/1), perjanjian baru ini menyebut agar obat-obatan dapat diberikan kepada para tawanan di Jalur Gaza. Sebagai timbal balik, Israel akan mengizinkan lebih banyak bantuan pokok masuk ke Jalur Gaza.
Bantuan kemanusiaan akan berangkat lewat Doha, ibu kota Qatar, menuju Mesir pada Rabu kemarin. Kemudian, bantuan itu akan diantarkan ke Gzaza untuk rakyat sipil, sementara obat-obatan akan dibawa untuk tawanan dari Israel.
Obat-obatan itu dikirim karena anggota keluarga para tawanan melaporkan kepada pemerintah bahwa banyak dari korban penculikan Hamas yang butuh obat-obatan, beberapa bahkan dinyatakan dalam kondisi bahaya.
Advertisement