Sukses

28-8-1955: Pengakuan Bersalah Pembunuh Sadis Emmett Till, Tragedi yang Mengubah Sejarah Amerika Serikat

Kematian Emmett Till telah mengubah sejarah Amerika Serikat. Pada tahun 2022, Presiden Joe Biden mengesahkan undang-undang atas namanya, Emmett Till Antilynching Act.

Liputan6.com, Washington, DC - Pada 24 Januari 1956, hampir lima bulan setelah kejadian, majalah Look mempublikasikan pengakuan bersalah dari J.W Milam dan Roy Bryant. Keduanya merupakan pria kulit putih pelaku penculikan dan pembunuhan remaja kulit hitam bernama Emmett Louis Till atau lebih dikenal Emmett Till di Mississippi pada tahun 1955.

Melalui artikel berjudul "The Shocking Story of Approved Killing in Mississippi"  di majalah tersebut, kedua pelaku menceritakan secara detail bagaimana mereka memukul Emmett dengan pistol, menembaknya, dan membuang jasadnya di Sungai Tallahatchie menggunakan pemberat yang dipasangi kawat berduri di lehernya.

Kedua pria tersebut, seperti dilansir History, Selasa (23/1/2024), dilaporkan menerima bayaran sebesar USD 4.000 untuk terlibat dalam penulisan artikel tersebut.

Kisah pembunuhan Emmett yang terjadi pada 28 Agustus 1955 bermula ketika ia mengunjungi keluarganya yang tinggal di Money, Mississippi. Sang ibu sudah memperingatkan Emmett untuk lebih berhati-hati lantaran diskriminasi rasial di sana lebih parah dibandingkan tempat tinggalnya waktu itu, Chicago.

Namun, seperti remaja seusianya pada umumnya, Emmett suka berbuat usil. Suatu hari pada 24 Agustus 1955, ia bersama sejumlah sepupu dan teman pergi ke sebuah toko di Money untuk membeli permen.

Mereka tak lantas pergi dan berkerumun di depan toko. Emmett lalu menunjukkan fotonya bersama teman-teman sekelasnya di Chicago -- sebelum segregasi rasial di sekolah diterapkan. Ia sesumbar bahwa seorang gadis berkulit putih dalam foto adalah pacarnya.

Tentu saja, teman-teman dan sepupunya tak percaya. Mereka menantang Emmett untuk mengajak bicara Carolyn Bryant, istri pemilik toko yang duduk sendirian di belakang kasir. Remaja itu pun menyanggupinya.

Ia kemudian masuk ke dalam, membeli permen, dan mengucapkan, "Bye, baby" ke perempuan itu. Sementara, Carolyn Bryant mengklaim Emmett menyentuh lengannya, mengatakan hal tak pantas, dan bersiul ke arahnya. Tak ada saksi mata di dalam toko kala itu.

Sepupu Emmett, Simeon Wright yang masuk ke toko kurang dari semenit setelahnya mengaku, tak ada tindakan tak pantas yang dilakukan saudaranya itu.

Entah mana yang benar. Namun, pemilik toko Roy Bryant yang merupakan suami Carolyn, marah besar saat mendengar remaja berkulit gelap itu bicara dengan istrinya. Saat kejadian ia sedang pergi untuk urusan bisnis.

Pada 28 Agustus dini hari, Roy bersama Milam yang tidak lain adalah iparnya, menuju ke rumah Mose Wright, tempat Emmett tinggal dan memaksa bertemu anak itu.

Tak mempedulikan permohonan Wright, keduanya memaksa Emmett masuk ke mobil dengan todongan senjata. Setelah itu, remaja tersebut jadi korban siksaan tak berperikemanusiaan sebelum akhirnya ditembak di bagian kepala dan jasadnya dibuang ke Sungai Tallahatchie.

2 dari 3 halaman

Jasad Emmett Till Ditemukan

Tiga hari kemudian jasad Emmett ditemukan dalam kondisi mengenaskan dan sulit dikenali. Cincin berinisial namanya menjadi satu-satunya petunjuk pembunuhan itu.

Aparat meminta agar jasad korban segera dimakamkan. Namun, sang ibu, Mamie Bradley, meminta jenazah putranya dibawa ke Chicago.

Setelah melihat jasad buah hatinya yang dimutilasi, ia memutuskan untuk mengadakan upacara pemakaman dengan peti terbuka -- agar dunia tahu ketidakadilan dan pembunuhan sadis atas dasar rasial yang menimpa anak satu-satunya.

Kemudian, sebuah majalah mingguan Jet mempublikasikan foto jasad Emmett. Sejumlah media mainstream kemudian juga mengulas kisahnya.

Kurang dari dua minggu setelah pemakaman, Milam dan Bryant disidang.

Pada 23 September, semua juri yang berkulit putih memutuskan vonis 'tidak bersalah' dengan alasan tak ada bukti yang mengidentifikasi jenazah. Keputusan itu sontak bikin marah apalagi dalam wawancara dengan Look, Milam mengaku telah membunuh Emmett. Ia mengatakan, awalnya hanya ingin memukul remaja tersebut. Namun, kemudian memutuskan untuk membunuhnya ketika korban tak menunjukkan rasa takut dan menolak untuk berlutut.

Hal itu menyulut kemarahan di tingkat nasional dan menjadi katalisator yang kuat bagi gerakan hak-hak sipil di Negeri Paman Sam.

3 dari 3 halaman

Carolyn Bryant Menarik Kesaksiannya

Milam dan Bryant tidak pernah diadili dan keduanya meninggal karena kanker.

Pada tahun 2004, Kementerian Kehakiman AS membuka kembali kasus ini di tengah dugaan bahwa ada orang lain—beberapa di antaranya masih hidup—mungkin ikut serta dalam kejahatan tersebut.

Jenazah Emmett digali oleh FBI pada tahun 2005 dan otopsi pun dilakukan. Pada tahun 2007 dewan juri memutuskan untuk tidak mengajukan dakwaan terhadap individu lain.

Tahun 2017, Tim Tyson, penulis buku "The Blood of Emmett Till" mengungkapkan bahwa Carolyn Bryant menarik kembali kesaksiannya, mengakui bahwa Emmett tidak pernah menyentuh, mengancam atau melecehkannya.

"Apa pun yang dilakukan anak itu tidak dapat membenarkan apa yang terjadi padanya," kata Bryant, yang kemudian meninggal pada tahun 2023.