Sukses

Pakistan Alami Krisis Pendidikan Usai 26,21 Juta Anak Putus Sekolah

Pakistan kini sedang bergulat dengan krisis anak-anak putus sekolah. Pasalnya data menunjukkan adanya peningkatan yang mengkhawatirkan dari 22,02 juta menjadi 26,21 juta.

Liputan6.com, Islamabad - Pakistan kini sedang bergulat dengan krisis anak-anak putus sekolah. Pasalnya data menunjukkan adanya peningkatan yang mengkhawatirkan dari 22,02 juta menjadi 26,21 juta.

Laporan soal anak putus sekolah ini dilaporkan oleh The News International dari Pakistan Institute of Education (PIE).

Laporan Statistik Pendidikan Pakistan PIE tahun 2021-2022 mengungkap fakta mengejutkan mengenai jumlah anak putus sekolah.

Pada tahun 2021-2022, terdapat 26,2 juta anak putus sekolah di seluruh Pakistan, hal ini menimbulkan kekhawatiran, dikutip dari laman devdiscourse, Selasa (23/1/2024).

Khususnya, 39 persen anak-anak dalam kelompok usia bersekolah saat ini tidak bersekolah, yang menunjukkan adanya tantangan yang terus-menerus dalam memastikan pendidikan universal, menurut The News International.

Balochistan merupakan daerah dengan persentase tertinggi, dengan 65 persen anak-anak putus sekolah, sementara Wilayah Ibu Kota Islamabad melaporkan persentase terendah.

Dibandingkan dengan provinsi-provinsi besar lainnya, Khyber Pakhtunkhwa memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dengan tingkat putus sekolah sebesar 30 persen.

Meskipun terjadi penurunan persentase anak-anak putus sekolah dari 44 persen pada tahun 2016-2017 menjadi 39 persen pada tahun 2021-2022, jumlah absolutnya telah meningkat dari 22,02 juta menjadi 26,21 juta pada periode yang sama.

Peningkatan ini terutama disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk yang melebihi penurunan jumlah anak putus sekolah.

 

2 dari 4 halaman

Analisis Krisis Pendidikan di Pakistan

Laporan tersebut lebih lanjut menyoroti bahwa di tingkat menengah atas, terdapat 60 persen anak-anak yang akan putus sekolah pada tahun 2021-2022.

Analisis lebih lanjut mengungkapkan bahwa masing-masing tingkat putus sekolah sebesar 44 persen, 30 persen, dan 36 persen pada tingkat sekolah menengah atas, sekolah menengah pertama, dan sekolah dasar, seperti yang dilaporkan oleh The News International.

Khususnya, sebagian besar anak-anak putus sekolah, berjumlah 10,77 juta, berada di tingkat sekolah dasar, hal ini menekankan perlunya intervensi yang tepat sasaran.

3 dari 4 halaman

Terlemah dalam Penyediaan Pendidikan Digital

Sementara itu, dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh ADB Digital Education Readiness Framework atau Kerangka Kesiapan Pendidikan Digital ADB, Pakistan dinilai sebagai negara yang paling tidak siap dalam hal penyediaan pendidikan digital.

Kerangka Kesiapan Pendidikan Digital ADB ini melakukan mengevaluasi penyampaian pendidikan melalui teknologi digital di antara 10 negara di kawasan Asia.

Meskipun pemerintah federal dan provinsi memainkan peran penting dalam memungkinkan guru dan siswa memanfaatkan kekuatan pendidikan digital melalui penyediaan infrastruktur dan kebijakan pendukung, negara ini dianggap tidak dapat mencapai kesiapan digital sendirian.

Pasalnya, potensi kebutuhan akan mata pelajaran, keahlian, pengetahuan teknis, dan sumber daya tambahan dapat difasilitasi melalui sektor swasta dan kemitraan multilateral, dikutip dari dawn.com.

Berdasarkan hasil survei, tidak ada pelatihan guru dalam keterampilan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dengan fokus pada penyampaian pendidikan online.

Meskipun sebagian besar guru mengonfirmasi bahwa mereka juga membuat konten pendidikan, format kontennya sebagian besar bersifat dasar.

4 dari 4 halaman

Penilaian dalam Kualitas Internet

Dalam hal kualitas internet, penilaian menunjukkan bahwa guru di sekolah dapat menggunakan internet untuk sebagian besar fungsi termasuk menelusuri video, mengakses konten audio dan video, dan mengunduh dokumen.

Di antara 10 negara anggota ADB, Pakistan merupakan salah satu negara dengan jumlah lulusan TIK terendah dari total lulusan pendidikan tinggi (1,1 persen).

Pakistan adalah negara mitra Kemitraan Global untuk Pendidikan (GPE), dan menurut laporan GPE tentang kemajuan penggunaan hibah oleh Sindh dan Balochistan mulai Oktober 2020, Pakistan menggunakan alat teknologi untuk memastikan guru dikerahkan ke wilayah tempat mereka berada.